=34= Permintaan

2.6K 619 193
                                    

Seperti kata Mikey, malamnya, beberapa anggota Touman yang (Nama) kenal datang mengunjunginya.

"Kudengar kau bertarung dengan gagah berani melawan BD, (Surname). Kau wanita hebat," ucap sosok berambut peach dengan senyuman abadinya.

Smiley beserta adiknya datang membawa buah-buahan di tangan mereka dan memberikannya pada (Nama).

(Nama) tertawa sambil mengusap belakang kepalanya menanggapi pernyataan tersebut. Beberapa orang yang dekat dengannya merasa seperti hidung gadis itu bertambah panjang karena sombong.

"Yah, itu bukan masalah besar kok, Smiley." (Nama) menggaruk hidungnya dan mendengus bangga.

Dari samping, Draken menoyor kepala (Nama) hingga gadis itu hampir terjungkal. "Lihat wajahmu sendiri, sombong sekali."

Emma yang ada di sisi pemuda dengan tato naga tersebut menampar tangan Draken keras dan memberinya tatapan tajam. Gadis tersebut langsung membawa kepala (Nama) ke pelukannya. "Jangan sentuh (Nama). Dia sedang sakit."

(Nama) sendiri balas memeluk Emma dan memberikan seringai ejekan pada Draken yang membuat pemuda itu seperti ingin meremat kepala gadis berambut (h/c) tersebut.

"Draken, percuma saja kau melakukannya, hanya buang-buang tenaga," sahut Mitsuya yang duduk di sofa sambil mengupas apel di tangannya ke piring. Sementara Mikey yang duduk di samping pemuda dengan surai keperakan itu mencicip apel satu-persatu.

Draken hanya menghela napas. Sepertinya ia setuju dengan pernyataan dua rekannya.

Tak menghiraukan (Nama) yang tengah bercakap ria dengan Emma dan kapten dari  divisi empat tersebut, Draken memilih bergabung untuk duduk di sofa. Mikey hendak kembali mencomot apel di piring sebelum kemudian Mitsuya menampik tangannya.

"Ini untuk (Nama), Mikey."

Mikey mengerutkan dahinya tidak suka. Pipinya mengembung lucu, lalu bersedekap kesal sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Tch! Aku tidak suka apel," ucap pemuda berambut pirang tersebut.

Draken hanya menggelengkan kepalanya melihat hal itu.

Pemuda dengan tato naga di sisi kepalanya tersebut menyenderkan punggungnya ke sofa dan menghela napas. Hal itu menarik perhatian Mitsuya yang duduk di sampingnya.

"Ada apa denganmu, Draken?" tanya Mitsuya menaikkan alisnya.

Draken berkedip beberapa kali. Netra kegelapan miliknya menatap langit-langit kamar rawat (Nama). "Aku hampir terkena serangan jantung tepat setelah mendengar kabar (Nama) tertembak ... seperti.. bagaimana bisa dia sampai terluka separah itu?!" bisik Draken lalu memejamkan matanya.

"Kenapa dia selalu saja terkena masalah yang mengancam nyawanya sih?" sambung Draken kembali membuang napasnya.

Mikey mendengarkan. Ia ikut memejamkan matanya setelah sempat memandang (Nama) yang kini tengah menertawai Angry karena memuji gadis itu dengan ekspresi marah yang tidak cocok.

Mitsuya terkekeh. "Sepertinya, bukan (Nama) namanya jika tidak terlibat masalah berat."

Bibir pemuda itu tersenyum, tapi sepasang netra keunguan tersebut tidak dapat berbohong. Ia tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya yang sangat kentara. Apalagi bayangan sosok (Nama) yang tergeletak bersimbah darah tepat di pangkuannya tak bisa ia hilangkan, malah membawa Mitsuya kepada mimpi buruk selama beberapa malam.

"Ini semua salahku."

Dua pemuda yang tengah tenggelam dalam pikiran mereka, terkejut saat mendengar hal itu keluar dari mulut Mikey. Pembicaraan ketiganya seolah tak terdengar oleh empat sosok yang tengah sibuk dengan percakapan mereka.

𝙁𝙇𝙊𝙒 2 [Tokyo Revengers] -𝚅𝙴𝚁𝚈 𝚂𝙻𝙾𝚆 𝚄𝙿-Where stories live. Discover now