Sherlock-44

Mulai dari awal
                                    

"Dari awal emang sering gue tebak, tapi gue diem. Eh taunya bener, ya?" Sky tertawa remeh seraya melirik Sherlock yang menatap keduanya dengan alis terangkat.

"Mainnya begitu, keren juga. Tapi gak yakin gue dia bisa berhasil ke depannya."

"Iya, terus aja terus lo berdua begitu. Anggap aja kita semua gak ada, patung ini kita semua! Celingak-celinguk kagak paham apa-apa. Melongo sampe netes air liur lo itu Jay!" Leon mengeluarkan unek-uneknya diakhiri dengan celetukan tak sengaja karena matanya menangkap tingkah laku ajaib Jaya.

"Anjing," umpat Anuraga menjauh menyadari air liur itu hampir saja menetes di lengannya.

Jaya cengengesan seraya mengusap bibirnya. "Gak sadar gue, habisnya bingung itu Bang Sky sama Bang Tiger bahas apaan."

"Bahas apaan, sih? Jelasin kek biar kita semua paham!" seru Resume.

"Minta jelasin ke orangnya aja." Sky menunjuk Sherlock.

Sherlock mendengus. "Kok gue?"

"Ya, emang ini tentang lo."

"Lo berdua yang daritadi ngoceh. Kok jadi gue yang suruh jelasin?" Sherlock berdecak malas. "Gak jelas lo berdua." Pria itu bangkit, membuang puntung rokok dan mengambil jaket.

"Dih ngambek lo?" ejek Tiger.

Sherlock memutar bola matanya. "Cafe."

"Wih ikutt!" seru Leon langsung bangkit diikuti Resume.

"Ayo nongki, gue mau makan mie!"

"Ck, mie di sini juga ada noh! Masak sendiri biasanya juga." Biru menggerutu. Namun, ia juga ikut bangkit, menatap Sherlock tertarik. "Cafe mana?"

"Samping Freeplay, biar nanti langsung main. Mau?" ajak Sherlock.

"Mau! Ayo Bang, gue ikut, ya?" ucap Karega.

"Semua aja ayo, gue traktir." Sky bangkit, mengundang tatapan binar dari mereka.

"Habis jual motor yang mana?" sindir Sherlock.

Sky terkekeh. "Hasil menang tanding kemarin, udah ayo!" ajaknya merangkul bahu Sherlock dan berjalan paling depan. Diikuti yang lain, menyisakan Biru dan Winter di sana.

"Mau ikut kagak es?" Biru menyenggol Winter.

Winter mendongak, menatapnya datar. "Ke mana?"

"Nongki, lo gak sadar mereka udah pergi?"

Barulah disitu Winter mengedarkan pandangannya. Menyadari hanya ada dia dan Biru di sana. Pada akhirnya ia menutup buku tebalnya, menyimpan di meja dan bangkit seraya meraih jaket miliknya.

"Ayo," ajaknya berlalu lebih dulu, meninggalkan Biru yang sudah menghembuskan napas kasar.  "Dosa apa gue punya temen tembok tapi hidup begitu."

Gerombolan pria dengan deru motor yang lumayan bising itu tidak membuat perhatian pengunjung terganggu. Karena tanpa mereka sadari, ada yang lebih membuatnya terganggu oleh tragedi di dalam cafe.

Sherlock melihatnya sekarang. Begitu sampai di sana, hendak mencari bangku kosong untuk ia dan teman-temannya Sherlock malah mendapati kericuhan di sebelah Timur.

"Eh, ada apaan, tuh?" Leon berseru kepo, menyempil di tengah-tengah Sherlock dan Sky yang berdiri paling depan.

"Itu cewek lagi berantem sama pacarnya kali, ya? Tapi gak gentle banget pacarnya bawa dua temen gitu?" celetuk Resume menganalisa pemandangan di depan sana.

"Njir, keren berantemnya. Tiga lawan satu cuy. Kayaknya bukan sama doinya itu," timpal Anuraga berdecak kagum.

Mereka hanya bisa melihat pemandangan dari kejauhan. Begitupula dengan posisi perempuan yang membelakangi mereka, membuatnya tak bisa melihat bagaimana rupa perempuan hebat tersebut yang bisa melawan 3 pria seperti itu.

SHERLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang