"Alhamdulillah Neng, weekend gitu loo," jawab pemilik warung. Mengangsurkan satu gelas es kopi hitam kepada Nadhira.

Mereka berbincang mengenai kehidupan, hampir semua warga lokal yang ada di sana, tahu Nadhira, meskipun ia baru beberapa bulan bekerja di resort.

Pribadi yang ramah kepada siapa pun, membuat Nadhira disenangi orang-orang yang ada di sekelilingnya.
**

"Sa, dapat berapa dari calon CEO itu?" Sergah Rosa pada putrinya.

"Ma, Sa baru saja dekat dengannya, oke," jawab Alexa acuh. Menaiki tangga lantai dua.

"Kalau begitu, layani saja teman Papa, mau sampai kapan kita terus-terusan begini!" Sentak Rosa.

Alexa mengurungkan niatnya untuk naik ke lantai dua dan kembali menghampiri Rosa.

"Ma, kemarin Sa udah kasih, 'kan? Sepuluh juta, Ma. Minggu lalu Sa dapat dari Tuan David," Seru Alexa pada Rosa.

"Kalung baru, Ma?" tambah Alexa.

"Kan, Mama ini istri dari Bos, masak Mama pakai perhiasan itu-itu saja," elak Rosa. Alexa berdecak kesal. Memegang kepalanya, pusing.

"Ma ... Kalau begini terus, kapan kita bisa tutup utang itu, Ma?"

"Kamu mintalah sama Syam, calon CEO itu,"

"Ma ... Please Ma, tolonglah ... Alexa sudah capek, Ma," keluh Alexa.

"Kalau bukan kamu siapa lagi? Papa kamu? Rio? Mereka asyik dengan dunia mereka sendiri," sentak Rosa.

"Ma! Mama pikir Sa ini apa? Anak Mama atau ATM berjalan Mama!" Alexa membalas sentakan Rosa. Ia tidak tahan, dengan kondisi keluarganya saat ini.

"Bantu Papa kamu, Sa. Cuma kamu harapan Mama," ucap Rosa. Suaranya tak setinggi sebelumnya.

"Ma ...." Alexa menghampiri Mamanya dan kemudian memeluknya.

"Sa, akan lakukan itu, tapi tolong Mama juga bantu Sa, tahan dulu keinginan untuk belanja,"

Ibu dan anak itu saling mencurahkan isi hatinya. Namun, gengsi keduanya masih tidak bisa diturunkan. Mengingat kepala rumah tangga mereka adalah seorang direktur utama sebuah perusahaan yang dirintis dari nol.
**

"Bagus ya, kemarin Hasan, sekarang Nurdin! Kamu itu memang wanita murahan, ya!" Sentak Syam pada Nadhira.

"Ch!" Nadhira berdecak kesal. Namun, tetap acuh pada pria yang duduk di kursi kerjanya.

"Kamu Bu*eg apa gimana? Woy!" teriak Syam.

Nadhira memilih fokus dengan pekerjaannya, tidak menghiraukan panggilan Syam. Membuat pria berkulit putih itu marah, dan menghampirinya.

"Heh!" Cengkeram Syam pada kedua pipi Nadhira, membuat Nadhira mendongak.

"Saya tanya sama kamu tadi!" Syam membuang wajah Nadhira kasar.

"Woy! Jawaaab!" bentak Syam.

"Saya malas berdebat dengan kamu, silakan kembali ke meja kerja kamu," ucap Nadhira, malas.

Syam memejamkan matanya sejenak, menarik sudut bibirnya, sinis.

"Berani kamu, ya! Saya atau kamu yang calon C-E-O, Wamur! Wanita murah!" sindir Syam.

Brak!

Nadhira menggebrak meja kerjanya di hadapan Syam. Ia sudah berusaha menahan dan terus bersabar ketika dihina oleh Syam. Nadhira masih meyakinkan dirinya untuk tidak hilang kendali pada suaminya.

"Silakan kembali ke meja anda, Bapak Syam Mahardika," ucap Nadhira. Syam mendengus kesal, pertanyaannya tidak mendapat jawaban dari Nadhira. Syam kembali ke tempat kerjanya.

Triing! Triing!

"Halo, assalamu'alaikum, iya Nur, gimana?" tanya Nadhira.

Sorot mata Syam menyimpan dendam pada Nadhira juga Nurdin. Syam masih menatap tajam istrinya yang sedang menerima telepon dari Nurdin.

"Oke, saya ke sana sekarang, waalaikumussalam," jawab Nadhira.

Nadhira berdiri dari duduknya dan mengambil tasnya, bergegas ke FS menyelesaikan pekerjaannya bersama Nurdin.

"Heh! Ja*ang! Kalau kamu keluar dari ruangan ini, saya lepaskan kamu!" ancam Syam. Membuat Nadhira mengurungkan langkahnya.

Melirik tajam ke arah Syam, dan menghampiri suaminya, mengeluarkan beberapa maps dari tasnya. Kemudian menyerahkan maps itu di atas meja kerja Syam.

"Kalau begitu, silakan kamu menemui Nurdin, untuk persiapan penyambutan tamu dari Korea besok," ucap Nadhira dingin. Dan kembali ke meja kerjanya.

"S-saya nggak mau, kan sejak awal kamu yang mengerjakan, untuk apa saya gaji kamu kalau bukan untuk bekerja!" Syam mencari alasan untuk membenarkan egonya. Yang membuat Syam mendapat tatapan tajam dari Nadhira.

NADHIRA CHAIRUNNISAWhere stories live. Discover now