"Apalagi rendang, papeda, dan lain-lain, mereka belum pernah merasakan itu semua Chef. Oh iya, kita sediakan kimchi juga besok, agar mereka tetap merasa di negara mereka," tambah Nadhira.

"Wuah ... Memang nggak salah lagi, Bu Dhira memang hebat," puji Keduanya.

"MasyaaAllah, kalian bisa aja,"

"Bu Dhira mau lunch sekalian? Berhubung waktunya sudah mau memasuki luch, biar saya masakan," tawar kepala Chef.

"Boleh, jangan yang berat-berat ya Chef, badan saya agaknya nggak terlalu enak," ucap Nadhira.

"Istirahat dulu, Bu Dhira," kata Nurdin.

"Iya, nanti istirahat,"

Kepala Chef itu berpamitan dengan Nurdin juga Nadhira, mau ke dapur, memasak makan siang untuk Nadhira. Nurdin, menyusul berpamitan. Kini hanya tinggal Nadhira dan angin yang intens menyapu wajahnya.

"Assalamu'alaikum," sapa seseorang yang baru datang.

"Waalaikumussalam." Nadhira menoleh ke arah sumber suara.

"Eh, Hasan. Aku kira siapa, duduk," tawar Nadhira.

Hasan duduk di seberang meja Nadhira, keduanya memandang bentangan samudera, yang dipenuhi oleh wisatawan di tepian.

"Allah Maha besar kan, menciptakan laut, dengan kekayaan alam di dalamnya," sahut Hasan.

"Iya, juga misterinya, karena kita tidak pernah tahu ada apa yang menunggu kita di dasarnya," jawab Nadhira.

"Seperti manusia, maksud kamu?" Nadhira mengangguk tanda setuju.

"Iya, kita nggak pernah tahu hati manusia, karena hanya Allah swt dan orang itu saja yang tahu," ujar Nadhira kemudian.

Hasan menghela nafas panjang, sesekali melirik wanita di hadapannya. Ada keinginan untuk jujur padanya.

"Dhir," panggil Hasan.

"Hhmm,"

"Hari ini hari terakhir aku disini, kamu nggak mau nemenin aku jalan-jalan sekitar sini? Sebelum aku kembali bergelut dengan naskah-naskah,"

"Emangnya kamu mau kemana?"

"Aku udah keliling sini sih, seru-seruan di tepi pantai gitu, camp ala-ala, nyalain api unggun, liat langit yang penuh dengan gemerlap bintang," papar Hasan.

"Sorry ... Kalau itu enggak bisa, gimana kalau dinner?" Tawar Nadhira.

"Boleh, tapi ... Kali ini aku yang traktir, aku juga mau ngomong sesuatu sama kamu nanti malam," jawab Hasan.

Mereka menikmati lunch bersama, sementara itu Syam masih dengan Alexa di gedung tinggi, yang tak jauh dari FS.
**
Hari sudah menunjukkan waktu makan malam, Nadhira sudah meminta izin dengan mertuanya untuk makan malam di luar. Syam belum pulang, saat mengantar Alexa sejak sore tadi.

"Dhira." Pria dengan kaos putih, yang di balut dengan jaket hitam casual, dan celana jeans itu melambaikan tangan ke arah Nadhira. Nadhria yang tahu keberadaan Hasan, langsung menghampirinya.

"Sorry, lama. Tadi cari taksi online nggak dapat-dapat," ucap Nadhira.

"It's okay, nggak papa, kamu mau pesan apa?" tanya Hasan. Menyodorkan buku menu.

Setelah memilih makanan, Hasan memanggil pelayan, dan tak lama kemudian makanan mereka datang, mereka menikmati hidangan. Sesekali bercerita tentang pekerjaan masing-masing, dan rencana masa depan.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata sudah memperhatikan mereka sejak kedatangan Nadhira, siapa lagi kalau bukan Syam. Kebetulan Syam juga sedang makan di restoran yang sama bersama Alexa.

"You, liatin apa sih?" Alexa ikut melihat ke arah Nadhira dan Hasan. Alexa berdiri dari duduknya, dan menghampiri mereka. Membuat Syam kaget, dan terpaksa mengekor di belakang kekasihnya.

"Uu ... Ternyata kamu juga punya boyfriend, ya? Not bad." Nadhira kaget dengan kehadiran Alexa. Dan reflek berdiri.

"Alexa," gumam Nadhira. Mata Nadhira langsung tertuju pada Syam yang berada di belakang Alexa.

"Pilihan pegawai kamu oke juga, sayang," cicit Alexa. Melingkarkan tangan ke lengan Syam.

Hasan bertanya pada Nadhira lewat sorot mata, tetapi Nadhira masih bergeming. Melihat itu, Alexa langsung memperkenalkan diri pada Hasan.

"Alexa, girlfriend Syam Mahardika, boss girlfriend you." Wanita itu mengulurkan tangannya dengan angkuhnya.

"Hasan, teman Dhira," ucap Hasan. Menyambut uluran tangan dari Alexa.

"Kita double date saja, sayang, dengan  mereka," sahut Alexa. Yang segera mendapat anggukan dari Syam.

Suasana menjadi canggung, setelah kehadiran Syam dan Alexa di meja mereka. Syam masih dengan wajah dinginnya, tatapan yang menyimpan amarah pada Nadhira.

"Eee saya ke toilet dulu," pamit Nadhira pada semua orang yang ada di meja itu.

Setelah selesai dengan urusannya di toilet, Nadhira mencuci tangannya di wastafel sebelum keluar.

Ceklek!

Lengan Nadhira segera mendapat tarikan dari seseorang, menyeretnya di sudut ruangan yang jauh dari pengunjung.

"Sakit!" Pekik Nadhira. Pria itu masih mencengkeram lengan Nadhira.

"Kamu itu perempuan jenis apa, hmm? Sudah saya bilang, kan! Jangan bertemu dengan laki-laki itu," sentak Syam.

"Hari ini, hari terakhir dia disini, besok dia sudah pulang. Makanya, saya mau diajak keluar, hanya untuk menghormatinya," bela Nadhira.

"Nggak ada urusan! Saya nggak peduli dengan itu, kamu itu istri saya! Keluar tanpa izin suami, itu dosa! di tambah kamu bertemu dengan laki-laki lain, apa kamu memang semurah itu, hmm?" Cengkeraman Syam semakin kencang, dengan tatapan mata yang mendiskriminasi.

Nadhira tersulut emosinya, karena Syam berulang kali mencelanya dengan kata itu. Padahal ia tak seperti yang dikatakan.

"Jangan bicara soal dosa, kalau kamu sendiri melakukan itu! Saya memang salah keluar tanpa izin suami dan bertemu dengan Hasan, tapi kamu nggak lihat diri kamu sendiri?" jawab Nadhira, menatap balik Syam, dengan tatapan menantang.

"Kau ...." Suara gigi yang diadu bisa Nadhira dengar.

"Kurang ajar! Perempuan nusyuz." Tangan Syam sudah melayang di udara, dan siap menampar Nadhira. Namun, dengan sigap Nadhira mencegah tangan itu menyentuh wajahnya.

"Nusyuz? jangan jadikan alasan itu, untuk membenarkan perilaku mu. Jangan jadi suami yang ingin berlaku semena-mena dan menjadikan ayat ini sebagai justifikasi atas segala perbuatanmu terhadap saya, Mas. Laki-laki itu adalah qowwam, sudah belum? Kamu melakukan itu semua?"  Ujar Nadhira, meskipun dengan nada lembut penuh ketegasan. Dan sengaja menekan kata qowwam (pemimpin dalam rumah tangga).

Nusyuz, adalah Pelanggaran atau penyelewengan isteri dalam al-Quran. Seperti membantah perintah suami, kasar dengan suami, dll.

Deg!

Syam seketika membisu, setelah mendengar Perkataan Nadhira, apa yang di katakan Nadhira ada benarnya. Ia belum melakukan perannya sebagai suami. Syam memilih untuk keluar lebih dulu, setelah kalah dalam perdebatan.

NADHIRA CHAIRUNNISAWhere stories live. Discover now