Pacar Maria

21 8 10
                                    

Part 30.

Holaa jengkel lovers! Vote dulu.

Okeey silahkan dibacaaa!

💢

|PACAR MARIA|

"Miaaw."

"Miaaw miiaww, miaw?"

"Miaw?"

Kucing oren tersebut mengangguk, "miaw. Miii miaw?"

Pipi kucing putih abu tersebut merona, "m-miaww?

Mengelus tubuh kucing putih abu, "miaw!" Jawab kucing oren yakin.

"Miaw, miaw?"

"Grrr, miaw!"

Malu-malu kucing putih abu tersebut mendusel ke tubuh kucing oren, "miaw!"

"Miaw?"

Mengangguk malu, lalu membuang wajahnya ke arah lain.

"Acieee Mariaa, ngomong sama siapa nich. Kok mukanya merah," Tanya seorang lelaki kurang ajar.

Maria yang sedang digoda kucing oren tersebut membelalakkan matanya, dan segera pergi dengan wajah yang memerah.

"Heh cuy kemana lu?" Teriak lelaki itu.

Wajah Maria semakin padam dan berlari hingga ia tak sadar di depannya ada tembok besar.

Duk

"Miaaaaaw?!" Teriak Maria kesakitan.

Lantas kucing oren yang sedari tadi menyimak, dengan segera menghampiri kucing putih abu yang sedang meringis kesakitan tersebut.

"Waduh Mariaaa hati-hati dong!" Ujar pria yang tak lain adalah Farel, sang babu Maria, lalu mengendong kucing putih abu dan menaruhnya di atas kursi.

Kucing oren mendekat dan ikut melompat ke kursi panjang tersebut.

"Miaw miaw?"

Maria menunduk. Malu ceritanya.

"Cailah si oren bisa aja. Ini pula bocah satu ini sok malu!"

"Miaw miaw!" Protes kucing abu tersebut.

"Nyenyenyee!"

Kembali lagi ke kucing oren yang sedang menatap kucing putih abu tersebut khawatir.

"Miaw?"

Kucing putih abu mengangguk, "miaww!"

Farel jengah melihat tingkah kedua kucing tersebut. Kemudian, lelaki itu melangkah menuju pohon mangga yang terletak di rumah tetangganya.

"Anjir banget gue kalah sama kucing!" Makinya pada diri sendiri.

"Mangga, kamu sendiri gak? Sama gue yok!"

"Apa gak mau? Ya elah ga ga, lo kok kayak pemilik lo sih?"

"Gue tau kita temenan tapi kalo lebih emang gak boleh?"

"Ngapa lo?"

Mendengar suara tak asing tersebut, Farel yang semula sedang berbicara kepada mangga menolehkan kepalanya.

Dirinya salah tingkah, sampai-sampai mangga yang ia ajak bicara tadi terayun ke arah kepalanya.

"Anjir!" Umpat Farel.

Ajeng yang melihatnya mengerutkan kening heran, lalu melanjutkan aktivitasnya kembali yakni menjemyur pakaian.

"Ngapain lo disitu?" Tanya Ajeng di sela-sela kegiatannya.

"Ngobrol."

"Sama mba kun?"

Farel menggeleng, "sama mangga."

"Gila bocah ini," Gumam Ajeng.

"Jeng!" Panggil Farel saat ia sudah mendapatkan mangga yang diinginkan.

Gadis itu hanya menatapnya sebentar, lalu berdehem singkat.

"Gue kalah sama kucing."

Menatap lelaki itu sebentar, "maksud lo?"

Lelaki itu memutar bola matanya, "liat noh!"

Gadis itu mendelik. Buset kucing jaman now ada acara pendekatan begitu tanpa harus berantem? Pikirnya.

"Kucing apaan itu? Ajaib banget!"

Farel menjentikkan jarinya, kemudian melepaskan mangga di mulutnya, "gue juga gak ngerti Jeng. Tuh kucing tiba-tiba gue temuin di depan, biasanya kalo kucing jangan sama betina kawin abis itu berantem. Tapi Maria engga! Malah si oyen ngajak pedekatee makanya gue herman."

"Heran Farel."

"Ya itulah pokoknya."

"Terus hubungannya sama lo?"

Lelaki itu menggaruk tengkuknya, "heheh."

"Lo iri sama kucing?" Tanya Ajeng sambil menahan tawa.

"Ck! Rese banget lo. Kucing bucin gitu!" Elaknya.

"Hilih kicing bicin giti."

Farel memutar bola matanya malas, "gak asyik curhat sama lo!"

"Yaudah bodo amat."

"Ck, gak peka banget jadi cewe."

"Lah lo, gak jelas banget jadi cowo."

Tiba-tiba ide gila terlintas di otaknya. Empat kata yang dapat membuat keduanya terhenti melakukan aktivitasnya masing-masing.

"Jadi pacar gue mau?"






















💢

GAK GAK AUTHOR LAGI GAK ADA IDE (ू˃̣̣̣̣̣̣︿˂̣̣̣̣̣̣ ू)

Gak ngertiii alur lagi.

Tapi makasih banget yang masih setia sampe sini.

Maaf yaaa beberapa bab terakhir ini kacau balau.

Okeey next besok ya

JENG(K)ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang