Kue gosong

92 65 29
                                    

Part 9.

Balik lagi nih aku, hihihii!

Lanjut gak? Lanjut lah masa engga.

Oke mood author lagi buruk, jadi langsung aja ya!

💢

|KUE GOSONG|

"Jeng masukin tepung ya?" Tanya Farel.

FYI, keduanya kini sedang membuat sebuah kue, karena tadi tak sengaja mereka berdua melihat video memasak di ponsel milik Farel. Alhasil kini kedua orang berbeda gender itu sedang berkutik di dapur dengan peralatan yang berhamburan di mana-mana.

"Jangan dulu!" Cegah Ajeng saat tangan Farel yang hampir memasukkan gelas takar berisi tepung ke dalam adonan.

"Loh kenapa?"

"Telurnya belum ngembang," Cetus nya, "lo mau kalau kue kita bantet?" Tanya tanpa mengalihkan pandangan dari adonan yang kini sedang ia mixer.

"Lucu dong kalo bantet kayak Maria."

Maria, si kucing milik Farel yang mendengar namanya disebut-sebut mendekat. Ia menatap tak suka ke arah Farel.

Meooong

Lelaki yang kini sedang memakan mesis di meja, menoleh ke sumber suara. Farel mengerurkan keningnya mendapati Maria yang sedang menatapnya tak suka.

Kenapa nih curut?, batinnya.

Perlahan Maria mendekat, lalu mencakar kaki babunya. Kucing itu tersenyum puas melihat laki-laki yang digandang sebagai babunya itu meringis kesakitan.

"Mariaa!" Pekiknya.

Kucing itu menatap sebentar lalu memalingkan wajahnya dengan ekor yang dengan sengaja ia kibakkan ke kaki Farel. Dengan santai si kucing pergi menjauh dari dapur meninggalkan Farel yang sedang meringis kesakitan akibtanya.

"Mampus!" Ejek Ajeng yang tak sengaja melihat kejadian itu.

Farel menatap sengit Ajeng yang kini sedang mentertawakannya.

"Babu, cepet masukkin tepungnya sini!" Perintah gadis itu sekenanya.

"Ck, masukin sendiri."

"Mariaaa!"

"Ck! Nyusahin banget sih lo!" Kesalnya, tapi tetap melakukan perintah yang disuruh Sang ndoro.

"Dah itu!" Kesalnya.

Gadis itu terkikik, "makasih babuuu," Tekannya pada kata terakhir.

Farel tak menjawab, ia kini melanjutkan aktivitas makan mesisnya yang tertunda akibat ulah tidak jelas Sang majikan.

"Nah tinggal, masukin oven nih!" Monolog gadis itu semangat.

Mendengar itu Farel menoleh, "udah jadi?" Tanyanya.

"Belum," Sahut Ajeng sinis. Pasalnya lelaki itu tidak membantunya sama sekali, sedari tadi yang ia lihat hanya memakan topping di meja atau melihatnya yang sedang kesusahan tanpa ada niat membantu. Kurang ajar sekali bukan?

"Oh," Jawabnya singkat, kemudian lanjut mencoba kerupuk yang berada di meja.

Gadis itu menggeram kesal. Ia menarik pasokan oksigen banyak-banyak untuk meredakan emosinya. Sepertinya kuenya ini bisa matang sebelum di masukkan ke dalam oven.

Ajeng menatap jam yang bergantung di dinding. "30 menit ke bentaran gak ya? Hm sejam ajalah!" Finalnya.

"Terus ini suhunya berapa?" Monolognya, "200 derajat aja kali ya?" Lanjutnya, kemudian mengangguk yakin.

Diatur suhu dan waktu di oven milik ibu Farel itu. Kemudian ia tunggu beberapa saat, dirasa suhu oven sudah cukup panas, gadis itu memasukkan kue yang dibuatnya ke dalam oven.

"Beres!" Monolog gadis itu seraya mengelap keringatnya. Ia senang sekali, ibunya harus bangga bisa memiliki anak yang jago masak sepertinya ini.

Gadis berkerudung hitam itu, berjalan mendekati Farel yang kini sedang menelungkupkan wajahnya di meja.

"Woi!" Panggil Ajeng.

Gadis itu berdecak saat tak ada sahutan. Diambilnya sendok kemudian ia ketukkan di kepala lelaku di depannya.

Tuk

"Arghh! Ganggu banget sih lo!" Kesal lelaki itu.

Ajeng mengedikkan bahunya, "jagain kuenya, gue capek mau istirahat."

"Dih siape lo? Presiden?"

"Bukan."

"Terus?"

"Calon makmummu," Jawab gadis itu cuek. Lain dengannya Farel kini merasa jantungnya sedang berdisko. Sakit jantung kali ya? Pikir lelaki itu.

Sejam kemudian..

"Jeng! Udah mateng!" Teriak Farel memanggil Ajeng yang kini sedang bercengkrama dengan ibunya di ruang keluarga.

"Iyaa," Sahut Ajeng dengan sedikit berteriak.

"Bun, Ajeng ke belakang dulu ya!" Pamitnya kepada Maryam.

"Iya! Nanti bunda cicip ya kuenya!" Ucap Maryam semangat, dan dibalas acungan jempol oleh Ajeng.

Dengan langkah girang, gadis itu berjalan dan membuka oven. Namun, sepertinya senyum itu perlahan menghilang. Kini kerutan di kening dan wajah terkejut lah yang menggantikan.

"Apa ini?" Monolognya saat melihat kue yang ada di dalam oven.

Gadis itu dengan segera mengambil kain anti panas (kalian tauu lahh yaa susah jelasinnya author juga gatau namanya hiks) kemudian matanya seakan ingin copot dan mulutnya ingin terjatuh saat itu juga.

Kuenya gosong.

Farel yang penasaran melihat, kemudian tak lama itu ia menyemburkan rasa yang ia tahan beberapa saat yang lalu. Benarkan? Feeling nya bakal gosong.

"Bwahahaha, ngakak gue. Mampus! Tuh yang tadi julidin gue. HAHAHAHA" ejek Farek tak henti tertawa.

Melihat itu, Ajeng kesal sekali. Ditaruh nya kue tersebut lalu di lepaskan kain di tangannya. Tanpa di duga gadis itu langsung mengambil kue gosong itu segenggam tangannya. Dan tanpa babibu ia langsung menyumpal tawa lelaki itu.

"MAMPUS!" Hardik gadis itu, dengan mata menyorot aura permusuhan.










💢

Okey guys, aku langsung double up.

Next aja ya!! Besok ya aku capek hihi. Byeee!

JENG(K)ELWhere stories live. Discover now