Devotion 30 : Double Trouble

1.3K 251 147
                                    

Sore hari kini berganti malam, tidak seperti biasanya, America tengah berdiri sembari menghisap sebatang rokok, bersantai diatas atap sebuah gedung, menikmati udara segar setelah seharian penuh bekerja sebagai perwakilan sebuah negara.

Pikirannya sedikit kacau, oleh karena itu dia memutuskan untuk sendirian, mulai dari masalah ekonomi, imigran hingga tanah jajahan yang meminta kemerdekaan, semua itu hinggap di kepalanya seolah menjadi parasit.

America stress berat, mantan negara adikuasa itu terbebani oleh banyak hal, namun dia memutuskan untuk menanggung hal itu sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu jika dirinya sudah melemah, tidak sekuat dulu.

Dia tidak ingin itu terjadi...

Namun, semua yang dia pikirkan kini terganggu oleh seseorang, sosok itu adalah Indonesia, personifikasi negara yang telah merebut tahtanya sebagai negara adikuasa, negara yang dikira olehnya akan segera bubar dalam hitungan tahun itu kini telah menjadi sangat kuat dan berkuasa.

Seandainya Indonesia mau membuka dirinya sedikit saja pada pergaulan Internasional, mungkin kini ini dia bisa memberi pengaruh ke seluruh dunia dan menguasai segalanya, dan America tersingkir tanpa ada yang mau memperhatikan.

America membenci Indonesia.

Karena dirinya, America terpaksa harus merelakan dirinya tidak lagi disebut sebagai adikuasa, dan kini Indonesia semakin kuat saja dan seolah mustahil baginya untuk membuat Indonesia tunduk pada dirinya seperti di masa perang dulu.

Rokok di tangannya masih menyala, asap tembakau mengepul di antara dinginnya udara malam, semuanya terasa sangat tenang, America sangat menikmati semua ini, sebelum pada akhirnya dia harus kembali dibuat sibuk oleh banyaknya tugas yang seolah tidak ada habisnya.

Ding! Ding!

Ponsel miliknya berbunyi, dan satu pesan dari Singapore muncul disana, membuat America menaikkan satu alisnya, tidak biasanya teman yang pernah mengkhianati dirinya itu mengirimkan pesan kepadanya.

Dengan perasaan bercampur aduk, America kini membuka pesan itu, berharap jika itu bukan kabar buruk.

..............

"Ini, berkas yang kau inginkan... dengan semua dokumen ini kau bisa menuntut Indonesia, bukan?"

Singapore menyerahkan sebuah map coklat yang berisi dokumen mengenai sebuah proyek senjata nuklir yang kabar miringnya dikembangkan oleh Indonesia, awalnya America berpikir jika itu hanyalah gosip murahan yang berkembang diantara elite global.

Namun, sepertinya dia salah, gosip itu bukan sekedar isapan jempol semata, dibuktikan dengan Singapore yang kini membawakan dokumen asli mengenai senjata nuklir yang selama ini dikiranya hanyalah bualan kosong dari mulut ke mulut saja.

America sudah paham betul tabiat Indonesia, meskipun dia terlihat bodoh lagi dungu, dirinya memiliki jiwa sebagai pembawa kedamaian, dan setahunya Indonesia sangat melarang adanya usaha pembuatan senjata perang, baik itu bom atom, nuklir hingga senjata biologis, bahkan Indonesia menentang keras adanya genosida dan kejahatan perang.

Namun... apakah kini dia dapat mempertanyakan semua hal yang dia ketahui tentang Indonesia yang selama ini selalu dianggapnya remeh?
America membuka berkas itu lagi, semuanya lengkap tanpa ada satu pun yang tertinggal, bahkan data data orang yang menjadi korban selama eksperimen proyek senjata itu pun tercatat dengan begitu rapih.

Mantan negara adikuasa itu kini hanya bisa tercekat di tempatnya, bagaimana tidak, korban yang merupakan hasil dari eksperimen senjata itu sangatlah banyak! ini jumlahnya melebihi data imigran yang berhasil dideportasi.

Devotionحيث تعيش القصص. اكتشف الآن