20. Be Better or Worse?

1.9K 363 116
                                    

Disinilah mereka sekarang, di sebuah ruang pertemuan dengan suasana super canggung, Indonesia menatap Japan dengan tatapan bingung, sementara Japan menunduk dalam.

"Umm, kalau boleh saya tahu, ada apakah gerangan anda dan tuan Shou kemari? apa terjadi masalah?"

Ucap Airlangga memecah keheningan sekaligus kecanggungan yang ada di ruang pertemuan itu, sesaat hanya ada keheningan yang mengisi.

Shou Okamoto, Perdana Menteri Jepang yang masih berusia muda itu menatap Airlangga yang diperkirakan seumuran dengannya, dia berdeham sejenak dan mengucapkan apa yang seharusnya dia katakan sedari tadi.

"Jadi begini, Tuan Airlangga... kehadiran saya kemari adalah untuk membicarakan pembelian software untuk robot yang direncanakan akan dikirimkan paling lambat pada bulan depan nanti... bisa, kan?"

Shou dan Airlangga kemudian meninggalkan tempat itu, dan sekarang yang tersisa adalah Japan dan Indonesia yang masih berada disana, Japan masih tertunduk seolah tidak memiliki keberanian untuk menatap lawan bicaranya ini.

"Japan, ada ap---"

"Kau masih membenciku, Indo?"

Ucap Japan dengan nada spontan, membuat Indonesia kaget, namun dengan cepat dia menetralkan ekspresi wajahnya itu dan terdiam.

Indonesia tidak lagi menyimpan dendam ataupun benci pada Japan, mungkin jika dia mengingatnya akan terasa sakit, namun Indonesia sudah bertekad untuk mengabaikan rasa sakitnya itu, apalagi dulunya Japan juga ikut membantu dirinya dalam upaya kemerdekaan dan dirinya juga sangat menyesali perbuatannya.

Tapi tetap saja, ada rasa sakit yang menelusup di hati Indonesia ketika mengingat semua itu, meskipun Japan yang ada di hadapannya sekarang ini adalah seseorang yang dikenal baik, namun dirinya tidak bisa menampik sebuah kenyataan jika pemuda ini dulunya sangat brutal dan bejat.

"Jujur, aku tidak punya dendam apapun lagi padamu, Japan..."

Pemuda itu menatap Indonesia, yang dibalas dengan senyuman kaku oleh personifikasi Zamrud Khatulistiwa itu, tampaknya Indonesia sendiri lupa caranya tersenyum dengan benar saking lamanya dia tidak pernah berinteraksi dengan siapapun juga.

"Tidakkah kau menaruh dendam padaku, Indo? setelah apa yang ku perbuat pada bangsa dan anak anakmu, apakah kau tidak ingin menjadi seperti China atau Korea yang menjatuhkan rudal mereka padaku di perang di saat itu?"

Indonesia menghela nafas, dia beranjak dari kursinya dan menatap ke arah birunya langit, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang ada di pikirannya sekarang ini.

"Tentu saja aku mau, aku ingin sekali balas dendam, tapi pada akhirnya aku sadar jika dendam tidak akan memberiku apapun selain rasa sakit dan penderitaan yang tiada akhir, jadi aku ingin melepaskan semua itu..."

Japan terdiam.

"Indo, kalau kau tidak keberatan... maukah kau menciptakan memori yang baru lagi bersama denganku?"

Sekarang, Indonesia lah yang terdiam.

Japan ingin membuat kenangan yang baru bersama dengan dirinya?

Indonesia menatap mata hitam pemuda itu, berharap menemukan kebohongan didalamnya, namun yang didapatnya hanyalah tebalnya kabut penyesalan dan rasa sakit yang membuat hatinya ikutan teriris.

Pahit, rasa hambar dalam dirinya berubah menjadi pahit, ini terasa sangat pahit, sampai sampai dirinya ingin memuntahkan apa yang dia makan pagi tadi karenanya.

Sakit, rasa sakit itu kembali lagi, sekarang semakin terasa dan seakan memecahkan dirinya dari dalam.

"Japan... sebenarnya aku..."

DevotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang