Devotion 23 : Void of Agony

2K 359 177
                                    

"Wah, jurang ini dalam sekali! pasti akan sangat seru jika ada seseorang yang terjatuh dari atas sini!"

Poland, alias peroasting handal yang sering menjadi biang masalah, tengah berdiri di tepian sebuah jurang yang terlihat dalam, entah karena gabut atau bosan hidup, pemuda itu malah berdiri di sana dengan posisi yang condong menuju ke mulut jurang.

Dia tidak tahu apa yang dia lakukan di tempat itu, yang jelas dia hanya berkeliling dunia tanpa alasan yang jelas ketika presiden dan tentara di negaranya sedang mencarinya.

Tapi kembali ke perannya di cerita ini, dia adalah tokoh semi antagonis, yang tentu saja tidak bisa ditebak apa peran yang sesungguhnya sedang dia mainkan di dalam cerita ini.

Poland memandangi mulut jurang itu, hanya kegelapan tanpa secercah cahaya dan ruang hampa yang bisa dia lihat dengan matanya ini.

Seperti apa yang dia rasakan.

Bisa dibilang, Poland juga memiliki trauma yang sama dengan Indonesia, hanya saja, dia melampiaskan semua kebencian dan rasa sakitnya pada orang orang disekitarnya melalui perkataannya, berbeda dari Indonesia memilih diam dan berubah menjadi sosok yang berbeda dari dirinya.

"Hmm... kenapa waktu itu aku tidak menjatuhkan UN kesini saja ya? toh dia juga tidak berguna..."

Gumam Poland, dirinya menyimpan dendam kesumat atas UN yang berhasil menghentikan perang Anti Russia yang diselenggarakan oleh America waktu itu, tapi dengan bodohnya membiarkan perang dunia ketiga terjadi begitu saja.

Bodoh, sungguh keputusan yang tidak berguna, keluar dari mulut organisasi yang tidak berguna pula, yang tidak becus dan tidak pantas disebut sebagai penjaga keamanan dunia.

Masih bisakah dia menyebut dirinya sebagai penjaga kedamaian dunia ketika dia mengorbankan jutaan anak Palestina untuk mati sia sia di tangan tentara zionis tiap tahunnya?

"Aku tidak sabar lagi untuk bertemu dengan UN di world meeting, tolong ingatkan aku untuk mendorongnya hingga jatuh ke dalam sini, ya?"

Poland berbicara entah pada siapa, personifikasi negara dengan kadar kewarasan yang masih dipertanyakan itu akhirnya melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

- Perang bukan cara yang salah untuk mendapatkan perdamaian, namun cara untuk menutupi kejahatan satu orang dengan mengorbankan jutaan orang yang tidak bersalah -

"Kenapa kau seperti ini, Indies?"

"Siapa yang kau panggil?"

Indonesia tersenyum manis, yang entah kenapa malah terlihat seperti mengejek di mata Netherlands.

Pemuda itu sangat tidak menyukai panggilan yang diberikan oleh Netherlands padanya, nama itu seolah mengingatkan dirinya pada 350 tahun penjajahan yang pernah terjadi pada dirinya dulu, nama yang menjijikkan dan haram untuk disebut.

"Indonesia, kenapa kau seperti ini?"

"Apa maksudmu?"

"Kenapa kau seperti ini? kenapa kau bersikap seperti pengecut?"

Atmosfer ruangan itu seketika tidak enak, ketika Netherlands muncul sebagai antagonis dan menginterupsi pembicaraan Indonesia dan Japan.

"Aku tidak punya alasan untuk berperang, aku tidak peduli mau hubunganku dengan seluruh dunia ini rusak sekalipun, aku akan tetap menjadi negara yang netral..."

"Heh, kau hanya menutupi fakta betapa lemahnya dirimu dengan menjadi sebuah negara netral..."

BRAKK!

Meja di depan mereka memiliki motif yang baru, yakni sebuah retakan, Indonesia langsung menarik kerah pakaian pria itu dan melotot dengan tatapan penuh emosi padanya.

"Tutup lubang busuk yang kau sebut sebagai mulut itu, Belanda!"

Japan yang sudah dikacangin oleh Indonesia sejak kehadiran tiang listrik tidak berakhlak ini pun jadi panik, ketika mereka sudah mengambil ancang ancang untuk adu mekanik satu sama lain, dia disini untuk berdamai bukan untuk berperang!

"Indo-san! onegai... aku memang sudah menjajahmu selama 3,5 tahun, aku tahu penderitaan yang kau alami saat itu, jangan lakukan ini, kau akan menganggu sebagian dari wilayah negaramu!! yamete kudasai!!"

Tapi sepertinya dua negara maju ini menolak mendengarkan dirinya, hingga terjadilah baku hantam di antara dua negara yang pernah terlibat konflik di masa lalu itu.

Japan yang otaknya ngelag akibat dulunya diserang menggunakan nuklir oleh duo Korea dan China pun bukannya melerai malah menjadi kambing conge yang menonton siaran langsung Netherlands dan Indonesia yang tengah beradu jotos.

"Master! Master Indonesia!!"

Aurora yang baru muncul entah dari mana segera menghampiri dan melerai mereka berdua, wanita berkaki robot itu melewati Japan lalu segera menarik Netherlands dan menyingkirkan nya dari Indonesia.

"Ada apa ini?"

Airlangga muncul bersama dengan perdana menteri Jepang dan raja Belanda di kedua sisinya, rupanya kerjasama itu tidak berlangsung dengan baik karena suatu alasan, dan kedua negara berserta keturunan penjajah itu akhirnya pamit pulang karena merasa tidak punya alasan untuk tetap di sana lebih lama lagi.

"Kenapa kau menolak permintaan kerjasama itu, Airlangga?"

Airlangga menatap ke arahnya dan tersenyum manis, pria itu memegang kedua tangan Indonesia yang terasa dingin ketika bersentuhan dengan jari jarinya yang lebih besar.

"Pertama, aku tau siasat liciknya Jepang, mereka sengaja membuat kita konsumtif akan tekhnologi mereka, sehingga kita akan terus memesan dan memesan barang mereka, padahal sebenarnya kita bisa membuat yang lebih baik darinya..."

Indonesia terdiam sejenak, itu benar, sebelumnya dia sangat tergantung pada Japan di bidang teknologi, padahal dengan SDA yang dia punya dia bisa membuat yang lebih baik.

"Kedua, aku sadar jika kerjasama itu sama sekali tidak menguntungkan, karena kita yang mengekspor bahan mentah dan mereka menjual bahan jadi yang mereka buat dari bahan mentah yang kita ekspor dengan harga yang mahal, itu jelas akan membuat kita rugi, kan?"

Lagi lagi, Airlangga benar....

"Ketiga, aku yakin pada kemampuan para ilmuwan dan mekanik kita, mereka sudah bekerja keras untuk menciptakan semua ini, tidak etis rasanya jika usaha mereka tidak diperhatikan dan didukung..."

Airlangga benar lagi, sebelumnya orang orang cerdas di negara ini telah dibuang dan dipungut oleh bangsa lain, fakta yang menyakitkan.

"Keempat, aku sayang padamu!"

"Aku juga, anakku..."

Ayah dan anak itu berpelukan, dia merasa sangat bangga terhadap anak semata wayangnya itu, Aurora yang biasanya hanya berwajah dingin dan keras itu meleleh karena melihat adegan manis yang ada didepannya.

Indonesia mengulurkan tangannya pada Aurora, membuat tentara wanita yang dulunya berkebangsaan Finlandia itu seketika membeku.

"Master?"

"Kau yakin tidak mau bergabung?"

Wajah wanita itu seketika berseri seri, dia mengangguk dengan cepat.

"Huaaa!!! tentu saja aku mau!!"

Aurora segera menghambur ke pelukan Indonesia, dan sekarang Indonesia merasa sedikit sesak karena dihimpit oleh seorang pria dan wanita dewasa di hadapannya ini, namun tetap saja, dia bahagia.

To Be Continued

Yo! Aku kembali lagi karena tengah dalam masa produktif! :]

Mohon maaf karena ngasih angst di plot flashback yang sebelumnya, sebagai gantinya, chapter setelah ini akan membahas sesuatu yang lebih serius, jadi tunggu aja, ya!

Thanks for reading
May god bless you all! ❤

DevotionWhere stories live. Discover now