Devotion 11 : Little Dark Story

2.8K 415 46
                                    

Catatan Tertulis : Cerita ini tidak berhubungan dengan cerita utama, hanya sebagai kisah tambahan

Airlangga berdiam diri di kamar lamanya, ranjang king size miliknya terasa dingin, tanda jika sudah lama dia tidak tidur disana, beberapa funitur seperti kursi dan beberapa rak buku sudah mulai berdebu karena sudah lama tak dijamah oleh sang pemilik

Sebenarnya ini bukanlah kamar miliknya, namun kamar Indonesia, ayah asuhnya, kamar ini adalah kamar miliknya juga saat dia masih kecil dan sudah tak digunakan lagi sejak ibukota negara Indonesia yang dipindahkan dari Jakarta ke Makassar karena keadaan kota Jakarta yang mulai tenggelam akibat pemanasan global yang makin parah dari tahun ke tahun

Jika kamar itu tidak lagi dipakai, kenapa Airlangga kembali kesana?

Alasannya simpel, pria itu hanya ingin mengambil barangnya yang tertinggal di tempat itu sebelumnya, untuk dijadikan kenang kenangan karena ada banyak sekali barang antik yang masih tersimpan di dalamnya

Airlangga melangkahkan kakinya diantara dinginnya lantai keramik, debu mulai berterbangan, mencoba menempel diantara jas hitam yang dipakai oleh pria itu sekarang ini

Ada beberapa barang di sana, seperti Iphone layar sentuh yang terlihat sudah sangat tua, kamera yang berukuran besar, hingga laptop tua yang mulai berdebu dan mungkin telah rusak karena sudah lumayan lama tak terpakai lagi

Pria itu menatap buku buku yang sepertinya masih tersusun rapi didalam rak yang terbungkus kaca, dengan hati hati Airlangga segera membuka penghalang kaca itu dan mengambil beberapa album foto dan beberapa benda dia pindahkan kedalam sebuah kardus yang ada di sampingnya, hingga kotak itu pun hampir terisi penuh karena barang

Airlangga pun membawa kardus itu dan berniat membawanya pergi, sebelum pada akhirnya sebuah tong sampah mengalihkan perhatiannya

Dengan penasaran, pria itu membuka tong sampah, dan menemukan benda benda yang membuat dirinya kembali teringat masa lalunya yang kelam

Sebuah album foto yang tampaknya sudah divandalisasi hingga rusak dan hampir sudah tidak berbentuk, obat obatan, benda benda tajam hingga bekas botol minuman keras

Indonesia sempat mengalami depresi dan gangguan mental, itu karena dia mengalami trauma atas perlakuan buruk yang diterimanya di masa lalu, mulai dari dikucilkan, dipermalukan hingga dilecehkan secara moral

Ketika dirinya masih kecil, Indonesia kerapkali mabuk mabukan dan merokok, sebenarnya hal itu sangat dilarang oleh United Nations karena personifikasi negara harus hidup sehat karena menjadi panutan bagi rakyat di negara itu, namun Indonesia tidak peduli dan mengabaikannya

Seolah belum cukup, dia mulai mencoba menorehkan luka pada kedua lengannya dengan beberapa benda tajam seperti cutter, membuat darahnya mengalir hingga sprei ternodai dengan darahnya itu, saat Airlangga kecil mencoba masuk dan melihat, Indonesia berteriak karena ketakutan dan melemparinya dengan barang barang di dekatnya, Airlangga ingat pernah terkena sebuah gelas kaca yang dilempar oleh Indonesia dan itu membuat keningnya masih berbekas luka hingga sekarang ini

Airlangga meraba bekas luka yang berada di dekat pelipisnya, salah satu dari beberapa bekas luka yang tidak bisa meregenerasi dan menimbulkan bekas disana, sudah tak lagi sakit namun masih ada rasa ngilu yang tak dapat dijelaskan olehnya sendiri

Uh, kenangan yang menyakitkan

Tidak hanya itu, Indonesia melukai bahkan mencoba membunuh para dokter spesialis dan psikiater yang dikirim langsung oleh pihak UN untuk merawat masalah mental Indonesia yang makin lama makin buruk, Airlangga yang saat itu masih kecil tidak bisa melakukan apapun selain melihat para dokter yang mencoba menangani ayahnya dengan berbagai cara, baik dengan cara halus maupun menggunakan kekerasan

Kondisi Indonesia yang semakin kacau membuat UN pun memutuskan untuk mengambil alih pemerintahan di Indonesia untuk sementara, hingga sang personifikasi negara sudah pulih dan bisa memerintah negaranya lagi

Airlangga mempelajari banyak hal untuk memerintah sebuah negara dari mereka, karena sudah sangat lama, Airlangga jadi lupa siapa yang telah mengajarinya pada saat itu

Ah, seandainya saja dia masih ingat, dia pasti akan datang ke tempat orang orang itu berada dan mengucapkan terima kasih banyak pada mereka karena sudah mendidik dirinya untuk jadi seorang presiden yang kuat

"Dimana mereka sekarang? Apakah mereka masih hidup diluar sana?"

"Tapi... itu sudah sangat lama..."

Pria itu meraih album foto yang sudah rusak itu dari tong sampah, kemudian membukannya, sebagian besar foto yang masih tersisa sudah dicoret di bagian muka dan robek, Airlangga mendesah kecewa melihat semua itu karena tidak menemukan petunjuk apapun dari masa lalunya

"Padahal ini bisa dijadikan kenangan, tapi sudah hancur lebur begini..."

"Ayahanda pasti sudah tidak ingin melihat barang barang ini lagi..."

Gumamnya dengan penuh rasa kecewa, pria itu pun keluar bersama dengan barang barang yang sudah dirinya pindahkan kedalam kardus

"Apa semuanya sudah selesai?"

Tanya Aurora, Airlangga memberi sebuah anggukan sebagai jawaban

"Dan, untuk apa kau ikut membawa tong sampah dari kamar master?"

Ucapnya ketika melihat sebuah tempat sampah yang dibawa keluar dari kamar Indonesia oleh Airlangga

"Ada beberapa barang yang sudah tak lagi berguna disini, sebaiknya kita musnahkan saja karena tidak ada yang bisa dilakukan padanya..."

Aurora menatap isi dari tempat sampah itu, hanya beberapa album foto rusak dan botol botol minuman alkohol, untuk apa menghancurkan barang ini jika sebenarnya tidak perlu dihancurkan dan tak berguna?

Namun mengingat Airlangga adalah atasannya, perintah pria itu adalah suatu prioritas utama bagi dirinya, dan wanita itu tak akan membantah

"Alexander!"

Seorang pria yang tadinya membantu para pasukan pemindahan pun segera berjalan mendekati wanita dengan seragam militer yang memanggilnya

"Ada apa, Jendral?"

"Bakar benda ini..."

Ucap Aurora sembari menunjuk tong sampah di hadapannya, tanpa perlu diperintah dua kali, Alexander langsung menuangkan minyak tanah dan melemparkan lighter kedalam tong sampah yang sudah diberi minyak tanah, menciptakan kobaran api yang besar secara instan dan melalap semua benda yang berada di sekitarnya dalam sekejap mata

Airlangga terdiam, menyaksikan barang barang itu hangus dilalap api bersama dengan tiap kenangan buruk yang dibawanya, Aurora yang melirik pria itu hanya bisa kebingungan dan menyimpan tanda tanya di hati

Sementara itu, Airlangga tersenyum kecil, dengan ini paling tidak sang ayah tidak akan melihat benda itu lagi kalau kalau dia kembali ke sini, dan semua barang yang dia bawa akan diberikan kepada museum untuk dirawat dan dijaga dengan baik

Dia sudah berjanji didalam hatinya bahwa dirinya tidak akan membuat Indonesia kembali terjatuh ke masa lalunya yang kelam, dan menjadikan dunia ini lebih baik, lebih layak dan lebih indah dari sebelumnya, untuk hari ini, esok dan juga selamanya

DevotionWhere stories live. Discover now