48. Part Empat Puluh Delapan

39.6K 4.9K 429
                                    

Yuhuuu, Gengs! Part yang kalian tunggu-tunggu dateng nih.

Please!!
Kalian bacanya harus pelan-pelan di part ini biar ngerti, oke?

Inget! Bacanya perlahan.

Inget! Bacanya perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

48. Terbongkar

"Tidak mungkin! Surat itu palsukan Jevanya, kamu mau mencoba menipu saya?!" Tanya Rans sarkas.

"Terserah kalau anda tidak percaya, tapi mengenai kebuktian surat itu. Kita bisa bersama-sama mengeceknya di rumah sakit," Jevanya tersenyum percaya diri, melirik Friska yang sudah menegang karna barhasil melihat isi surat itu saat Rans menjatuhkannya.

Mampus lo. Batin Jevanya.

Kenan yang penasaran mengambilnya dan membaca isi dari surat tersebut, seketika wajah lelaki itu berubah merah padam. Kenan merobek suratnya dan menatap Jevanya tajam.

"Jangan mulai drama murahan lo deh Jev, belum ada seminggu Friska pengobatan ke Jerman. Gimana penyakitnya bisa sembuh dari empat tahun yang lalu?" Kenan menatap Jevanya sinis, dia juga sama seperti Kris awalnya. Tidak bisa menerima kenyataan jika memang Friska membohongi mereka semua.

"Surat apa itu mas, Ken?" Tanya Lusy.

"Dia mau coba fitnah Friska ma,"

Jevanya memutar bola matanya, gadis itu masih setia berdiri tegak di hadapan keluarganya seraya memainkan kuku-kuku yang baru di catnya dengan warna merah darah kemarin.

Jevanya menatap jari-jarinya kemudian melirik Friska yang menunduk. Ck, lagi gadis itu memerankan peran sebagai korban. Membuatnya di sini bener seperti seorang antagonis, padahal Jevanya hanya ingin membongkar kebusukan Friska.

Tapi kali ini ia akan memastikan provokasi Friska tidak berhasil.

Jevanya menatap bergantian dan tersenyum kecil, dia jadi memikirkan ingin menusuk gadis itu dengan kuku panjangnya. Ah, pasti rasanya sangat seru.

Kok gue jadi sikopet gini ya? Pasti ketularan Malven nih. Batin Jevanya sesegera mungkin menurunkan tangannya sebelum nafsu ingin menikam Friska kembali muncul.

"Kalau lo ga percaya sih terserah, tinggal bawa surat itu ke rumah sakit dan cek asli atau enggak." Jevanya mengorek kupingnya, jengah mendengar nada-nada tinggi yang tercipta di ruangan itu.

"Kakak jangan fitnah aku, surat itu pasti palsu. Aku ini jelas sakit kak, kenapa kakak tega sama adik sendiri?" Friska menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan, Lusy segera mendekap anaknya dan mengunus Jevanya dengan tatapan tajam.

The Devil Girl? [TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang