14. Part Empat Belas

54.2K 6.2K 288
                                    

Halo, gengs!

Maapkeun baru up sore huhu, sinyal akoh lemot 😭

Sekarang Alhamdulillah udah baikan kok hati aku, eh sinyal nya Astaghfirullah! Haha maap salah server.

Sebelum baca, tarik nafas dulu. Huppp, terus buang... Huftt.

Karna di part ini... Ya gataulah gimana kalau kalian bacanya, prediksi saya sih bakal koesel. But, yah jangan marah.

Maki tokohnya aja, akunya jangan ya. Terlalu imut soalnya, hehe... Emang bener sih, aku imut, cantik, baik, rajin menabung tapi tidak hemat. Udah sih, langsung baca jangan lupa tekan bintang dulu dipojok kiri bawah.

Bantu promosiin cerita ini juga ya biar tambah rame, kaya isi kepala aku<3

Bantu promosiin cerita ini juga ya biar tambah rame, kaya isi kepala aku<3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

14. Three's Devil

Seorang pemuda tengah duduk di kursi kebesarannya sambil memikirkan beberapa hal, pemuda bermata biru yang melirik ke sekitarnya tajam dan tanpa putus. Tatapannya seperti psikopat yang haus akan darah, ketenangan mata itu juga seolah menjadi kewaspadaan darinya yang siap berburu kapanpun.

Dia tampak tenang namun tak ada siapapun yang mengetahui isi hati serta otaknya yang tengah memikirkan apa saja.

"Mikir apa sih bos? dari tadi diem mulu mana mukanya serius banget." Tanya Jendra.

Pletak!

Jendra mendapatkan jitakan dari Andan di keningnya, atas ketololan murni lelaki itu. Jendra yang tidak terima pun menatap garang dan balik membalas.

Pletak!!

"Anjer sakit!!" Maki Andan emosi.

"Sakit kan? Rasain, gue juga sakit kenapa lo jitak Andanjing." Kesal Jendra.

"Lagian lo tolol Jend, masih sempet nanya. Muka bos emang selalu datar, kapan bos Malven bicara sih kalau ga penting?!" Balas Andan menggebu-gebu, kesal dengan ketololan Jendra.

Bisa-bisanya lelaki itu mempertanyakan kediaman dan wajah serius Malven, memangnya bos mereka itu punya ekspresi apa selain datar?

Malven juga tidak pernah berbicara jika menurutnya tidak penting. Keterdiaman Malven adalah hal yang wajar, gini nih kalau Jendra gabut. Minta di hajar.

"Ohh, iya ya..." Kata Jendra ngebug.

"Jend," Panggil Malven.

Jendra yang mendengar itu siap empat lima dengan telinganya, lelaki itu berdiri tegak menghadap Malven yang sedang dalam mode tegas.

The Devil Girl? [TERBIT!]Where stories live. Discover now