ADAPTATION - 29

5.9K 465 43
                                    



Dulu Gista tidak pernah percaya dengan yang namanya keajaiban.

Dia lebih percaya bahwa suatu hal yang baik atau bagus bisa didapatkan dengan bekerja keras dan selalu fokus. Gista juga tidak percaya dengan yang namanya keberuntungan atau apapun itu yang tidak ada hubungannya dengan kerjas keras. Menurut Gista, ketika dia ingin mendapatkan nilai yang bagus, maka dia harus belajar sekeras mungkin apapun yang terjadi. Karena itu begitu dia mendengar bahwa ada banyak orang yang bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan karena keberuntungan, keajaiban atau bahkan rahmat dari Tuhan, Gista benar-benar sangat meragukannya.

Sampai akhirnya dia merasakan sendiri betapa besar dan luar biasanya rahmat dari Tuhan itu begitu dia melihat hasil dari ketiga test pack nya yang menunjukkan dua garis berwarna merah yang menandakan bahwa dirinya tengah mengandung saat itu.

Tangisan adalah reaksi pertama yang ia tunjukkan sampai-sampai Harya yang mendengar tangisannya pun langsung ikut masuk ke kamar mandi pagi itu. Dan begitu Harya tahu apa yang membuat Gista menangis, dia pun langsung membawa istrinya itu ke dalam pelukkannya sembari mengucapkan 'alhamdulillah' berkali-kali untuk memuji kekuasaan sang pencipta beserta rahmat yang diturunkan-NYA untuk dirinya dan Gista.

Tapi sekarang, mereka harus melalui proses yang cukup melelahkan tatkala Harya jadi lebih sering mengalami morning sickness sedangkan Gista kerap makan 2 kali lipat jauh lebih banyak daripada biasanya. Keduanya juga belum memeriksakan kandungan Gista ke dokter karena Harya yang jatuh sakit karena morning sickness nya itu.

"Har, masih mual ya?" tanya Gista begitu dia mendapati Harya yang sedang berdiri dengan kepala tertunduk di wastafel kamar mandi mereka.

"Aku nggak tau ini yang keberapa kalinya aku muntah," jawab Harya susah payah. "Kamu tunggu di luar aja gih, nanti kamu ikutan mual juga lagi."

Gista menggelengkan kepalanya sembari tangan kirinya memijat tengkuk Harya dengan lembut sementara tangan kanannya mengusap perutnya yang masih rata.

"Udah ya nak, jangan dibikin mual terus papinya. Kasian tuh dari tadi pagi papi belum makan sama sekali." ucap Gista pada perutnya.

Akhirnya dengan tubuh yang masih setengah lemas, Harya berjalan lagi menuju meja makan dengan dituntun oleh Gista. Tak pernah Harya bayangkan sebelumnya bahwa dia akan merasakan yang namanya morning sickness. Padahal hal itu biasanya lebih sering terjadi pada wanita yang sedang mengandung. Harya sendiri juga heran karena Gista sama sekali tidak mengalami gejala mual dan muntah seperti yang sedang dialaminya sekarang.

"Ternyata kayak gini ya rasanya morning sickness? Aku jadi nyesel gara-gara dulu sempet ngeledekkin Jerome yang kena morning sickness juga pas Khansa baru-baru hamil," ucap Harya lemas sembari bersandar pada kursi makan lalu kemudian melirik ke arah Gista yang kini sedang mengupas apel dan jeruk lalu kemudian memotongnya dengan rapi dan meletakkannya di piring Harya. "Seriusan, Gis. Kayaknya aku bakalan mikir-mikir juga deh kalau mau bikin kamu sedih. Jadi ibu hamil berat banget ternyata."

Gista tertawa geli seraya menyuapkan sepotong apel ke mulut Harya. "Maaf yaaa. Jadinya malah kamu yang mual-mual gini, padahal aku udah mempersiapkan diri buat ngalamin gejala kayak gini loh, Har."

"Nggak apa-apa. Demi si baby, mau mualnya kayak apa juga aku jabanin deh."

"Utututu baik banget sih papinya." Gita mencubit gemas pipi Harya lalu kemudian mengecupnya dengan lembut. "Eh tumben kamu nggak bau rokok! Sebuah kemajuan nih!"

"Lagi mual gini aku mana bisa ngerokok deh? Tiap mau hisap satu batang langsung kepengen muntah aja rasanya."

"Ih nggak apa-apa, bagus kalau gitu! Hitung-hitung ngurangin juga kan?"

ADAPTATION (✔)Where stories live. Discover now