ADAPTATION - 20

5.3K 480 108
                                    


"Yey gue menang lagi!"

Gista tertawa bahagia sembari mengangkat kedua tangannya ke udara sementara Harya meliriknya dengan ekspresi dongkol sambil merapikan dadu, uang-uangan kertas, kartu serta beberapa rumah-rumah kecil berwarna merah dan biru yang terhampar di atas sebuah kertas dengan berbagai macam nama negara yang menghiasinya.

Ya, mereka berdua baru saja selesai bermain monopoli untuk yang ke 5 kalinya dan semuanya berhasil dimenangkan oleh Gista. Setelah melakukan deep talk dan berbagai macam hal yang panas dan liar tadi malam, di hari minggu sekaligus hari terakhir menghabiskan waktu statycation ini, keduanya memutuskan untuk memainkan beberapa game lawas seperti ular tangga, monopoli dan kartu uno sambil menunggu waktu check out.

"Udahan ah, gue capek." Harya beranjak dari karpet lalu kemudian meregangkan otot-ototnya.

"Halah bilang aja lo takut kalah lagi sama gue." balas Gista dengan cengiran mengejek.

"Ck. Gue tuh cuma ngalah doang sama lo biar lo nya nggak pundung."

"Dih mana ada ngalah sampe 5 kali berturut-turut!"

Harya memutar bola matanya malas seraya berbaring di atas sofa sementara Gista merapikan sisa dari permainan monopoli mereka dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu setelahnya, dia ikut duduk di atas sofa dan membiarkan Harya menjadikan pahanya sebagai bantal. Nampaknya staycation ini lumayan berhasil untuk mencairkan suasana di antara mereka yang semula dingin dan beku. Gista tersenyum tipis sembari memandangi wajah damai Harya dengan mata terpejam serta nafas yang naik turun secara teratur. Entah sejak kapan Gista mulai menyukai pemandangan dibawahnya ini.

Tangan Gista terulur untuk mengusap-usap rambut hitam Harya.

"Kita check out jam berapa?" tanya Harya tiba-tiba tanpa membuka matanya barang sedikitpun. Usapan lembut tangan Gista pada rambutnya membuatnya merasa agak sedikit mengantuk.

"Jam tiga kalau nggak salah." Gista melihat kearah jam tangannya. "Dan kita masih punya waktu sekitar dua jam sebelum check out."

Harya menganggukkan kepalanya lalu kemudian dia menggeliat sedikit untuk menemukan posisi tidur yang lebih enak sementara Gista terus melarikan jemari lentiknya diantara surai hitamnya yang tebal. Rasanya begitu menyenangkan bisa mendapatkan Harya kembali ke dalam dekapannya setelah mereka sedikit menjauh selama dua bulan terakhir ini. Semua obrolan yang terjadi antara dirinya dan Harya disela sesi bercinta mereka juga berhasil membuatnya merasa sedikit lebih tenang.

Dari dulu Gista tahu bahwa Harya adalah orang yang mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk hidupnya. Mereka sudah dipertemukan sejak bayi, melewati fase anak-anak, remaja dan menjadi seorang dewasa bersama-sama, menjalin dan menjalani hubungan dengan pasangan yang berbeda satu sama lain namun tidak sekalipun hal itu membuat hubungan pertemanan mereka merenggang. Harya selalu ada kapanpun saat Gista membutuhkannya, dan hal itu selalu datang di waktu dan kondisi yang tepat.

Tapi Gista baru menyadari bahwa pengaruh Harya ternyata mampu membuatnya ketakutan seperti ini. Ya, ketakutan akan kehilangan sosoknya yang begitu penyayang dan pengertian. Harya selalu memahaminya, tidak pernah marah apalagi menuntut ini-itu mengingat bahwa pernikahan mereka terasa amat sangat canggung di awal. Dan ketika semuanya mulai membaik, tiba-tiba saja hubungan mereka kembali merenggang dan menjadi begitu dingin dan kaku. Mungkin memang sebaiknya Gista mengatakan yang sejujurnya pada Harya soal perasaannya terhadap Marka. Mungkin dengan begitu, segalanya akan menjadi lebih mudah kedepannya.

Begitu Gista hendak mengatakan yang sejujurnya pada Harya, tiba-tiba saja ada telepon masuk yang berasal dari ponsel Harya. Pria itu membuka matanya dengan raut kesal karena dia baru saja ingin terjun ke alam mimpi dalam dekapan Gista yang hangat namun suara ponselnya itu berhasil menghancurkan mood nya.

ADAPTATION (✔)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon