ADAPTATION - 21

4.5K 468 29
                                    


Sesuai dengan apa yang Harya katakan di telepon tadi, Gista benar-benar datang ke rumah Lila dengan penampilan yang sangat kacau. Makeup nya agak sedikit luntur karena keringat dan air mata, wajahnya memerah dan dia tidak henti-hentinya terisak bahkan setelah Lila membukakan pintu untuknya.

"Laaa..."

"Ya ampun Gis..." Lila menatap Gista dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan sorot prihatin sementara Arjun yang berdiri di belakangnya hanya bisa termangu.

Tanpa banyak bicara lagi, Gista langsung menghambur ke dalam pelukkan Lila yang dengan senang hati langsung melingkarkan kedua lengannya ke tubuh sahabatnya itu. Apapun yang telah terjadi di antara Gista dan Harya tadi, keduanya pasti sedang sama-sama kacau, jadi untuk sekarang Lila tidak ingin bertanya-tanya dulu. Dia ingin agar pasangan itu sama-sama meredakan emosinya masing-masing.

Melihat kondisi Gista yang terlihat kacau seperti itu, mau tak mau Arjun pun ikut merasa khawatir dengan keadaan Harya sekarang. Karena itu, setelah Lila membawa Gista masuk ke kamar tamu, dia pun langsung menghubungi nomor Harya sembari berharap bahwa sahabat sekaligus rekan kerjanya itu baik-baik saja. Arjun tentunya sangat percaya bahwa Harya adalah tipe orang yang tenang dan selalu berkepala dingin saat sedang menghadapi masalah. Hanya saja yang menjadi masalahnya kali ini adalah Gista, istri sekaligus seseorang yang sangat berharga untuk Harya secara pribadi.

Dan di dering pertama, Harya benar-benar langsung mengangkat teleponnya.

"Halo, Jun!"

Arjun terhenyak. Dari nada suaranya saja dia bisa menebak bahwa Harya pasti sedang panik dan gelisah luar biasa di rumahnya sana.

"You okay, bro?" tanya Arjun dengan intonasi sepelan mungkin.

"Not really," Terdengar helaan nafas yang cukup berat disana. "Gista beneran dateng ke rumah lo?"

"Iya. Sekarang dia lagi ditenangin sama Lila di kamar tamu. She looks awful."

"I know. And it was my fault," Suara Harya terdengar begitu lelah, frustrasi dan merasa sangat bersalah sehingga membuat Arjun meringis miris. Seumur-umur berteman dekat dan bekerja di perusahaan yang sama dengan Harya, ini adalah pertama kalinya Arjun mendengar nada lirih yang keluar dari sahabatnya yang selalu ceria dan santai itu. "I was fucked up. Really fucked up, bro!"

Kali ini gantian Arjun yang menghela nafas. Sejujurnya dia belum tahu sama sekali soal masalah apa yang mendera rumah tangga Harya dan Gista. Dan dilihat dari gestur Lila yang begitu tenang dan cenderung mengerti dengan keadaan Gista tadi, nampaknya istrinya itu sudah tahu soal itu namun dia tidak ingin menceritakannya padanya dengan alasan privasi.

"Lo mau gue ke sana?" tawar Arjun.

"Nggak, nggak usah, Jun." tolak Harya cepat diiringi dengan kekehannya yang sendu. "Gue baik-baik aja kok. Lagian besok kita ketemu di kantor kan."

"Ya udah kalau gitu. Jujur, gue sendiri masih clueless soal masalah apa yang terjadi sama lo dan Gista hari ini. Jadi gue harap lo bisa ceritain semuanya secara detail ke gue besok," kata Arjun tegas. "Dan jangan macem-macem ya, Har. kalau lo macem-macem gue bakalan nginep di rumah lo besok!"

Harya tertawa pelan. "Emang gue mau ngapain sih, Jun?"

"Who knows? Siapa tau lo mau mabok-mabokan atau mungkin bunuh diri?"

"Nggak lah, anjir! Lo sendiri kan tau kalau gue nggak doyan minum, dan gue juga masih sayang sama diri gue sendiri ye! Ya kali cuma gara-gara masalah beginian doang gue sampe mau bunuh diri!" Harya tergelak meskipun hatinya masih terasa begitu hampa.

ADAPTATION (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang