ADAPTATION - 1

9K 747 57
                                    



Banyak yang bilang kalau menikah dengan teman sendiri itu awalnya memang terasa sedikit canggung. Tapi lama kelamaan mereka mulai bisa beradaptasi sendiri karena merasa sudah saling mengenal satu sama lain, sudah saling memahami kebiasaan baik dan buruk masing-masing, dan sudah saling mengerti soal perubahan status mereka dari 'berteman' menjadi 'suami-istri'.

Tapi hal itu tidak berlaku bagi Harya Al Ghazi dan istri sekaligus temannya sejak kecil, Agista Sasmaya yang baru saja resmi menikah 1 hari yang lalu.

Tadinya mereka berencana untuk menjadikan Osaka sebagai tempat berbulan madu. Tapi karena terbentur dengan urusan pekerjaan masing-masing yang memang tidak bisa ditinggalkan lama-lama dan hanya bisa memperoleh cuti selama 5 hari ditambah libur weekend 2 hari, maka mereka memutuskan untuk mengubah tujuan menjadi ke Malang. Beruntungnya di Malang ada juga hotel yang menyediakan nuansa berbau Jejepangan yang mampu menggantikan kegagalan rencana mereka untuk pergi ke negara aslinya.

Dan disinilah mereka berdua, disalah satu hotel berbentuk cottage yang telah mereka pesan tepat 2 minggu sebelum pernikahan mereka berlangsung. Harya yang sedang sibuk dengan ponselnya, dan yang Gista masih berada di kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak lama kemudian, Gista pun keluar dari kamar mandi dengan kaus milik Harya yang dipadu dengan celana pendek sepaha yang menampilkan kaki jenjangnya yang putih bersih. Matanya bertatapan dengan mata Harya yang kini sedang memandangnya dengan sorot yang sukar ditebak. Ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar saling menatap satu sama lain dengan status baru.

Keduanya pun mendengus menahan tawa.

"Kenapa malah ketawa sih lo? tolol banget!" tukas Gista membuat tawa Harya semakin berkumandang keras.

"Gue masih nggak nyangka aja, cewek yang biasanya sering gue ledekkin, gue kerjain, gue bikin nangis sampe ngeraung-raung sekarang malah jadi bini gue!" kata Harya geli. "Lagian kenapa lo mau aja sih gue jadiin istri? Sini gue tepuk bahu lo biar lo sadar!"

"Gak tau nih! Lo pake pelet kali makanya gue mau aja jadi istri lo!" Gista berjalan menghampiri Harya lalu kemudian berbaring di sebelahnya. "Lo nggak mandi?"

"Ini gue mau mandi," Harya bangkit dari tempat tidur lalu kemudian meregangkan otot-ototnya. "Lain kali mandi bareng lah, biar romantis."

"Dih ogah! Malu tau!" tolak Gista segera.

"Yaelah waktu kecil juga kita sering mandi bareng kali, Sampe di dokumentasiin segala tuh sama emak-emak kita! Mana gue item banget lagi dulu!"

"Sekarang juga masih item."

Harya melirik Gista sinis. "Makasih loh udah diperjelas."

"Tapi gue suka kok," kata Gista lagi sambil ikut bangkit dari tempat tidur, dan mulai menyiapkan pakaian Harya dan mengambil handuk. Seulas senyum terpatri di bibirnya begitu dia menyerahkan handuknya pada sang suami. "I always love your tan skin. It's nice."

Harya yang tadinya sempat kesal karena pengakuan jujur Gista soal kulitnya langsung terdiam seribu bahasa. Memang sejak dulu hanya Gista yang tidak pernah mengejek warna kulitnya ketika beberapa teman main mereka hampir semuanya selalu mengolok-oloknya secara bergantian. Hanya Gista yang selalu menghibur dan membesarkan hati Harya dengan mengatakan bahwa meskipun kulitnya tidak seputih teman-teman yang lain, Gista tetap menyukainya.

Dulu, saat mereka masih menjadi sepasang sahabat yang dibesarkan bersama-sama sejak kecil Harya merasa sangat senang setiap kali Gista mengatakan bahwa gadis itu menyukai kulit eksotisnya. Tapi setelah status mereka berubah menjadi sepasang suami-istri begini entah kenapa Harya jadi malu dan salah tingkah sendiri. Belum lagi penampilan sederhana Gista yang malam ini nampak begitu berbeda dari biasanya.

ADAPTATION (✔)Where stories live. Discover now