ADAPTATION - 26

8.1K 462 52
                                    


"Har, mau mandi dulu."

Harya menggelengkan kepalanya sembari mengeratkan dekapannya pada Gista. Keduanya masih berada di sofa ruang TV dan Harya benar-benar tidak memberi kesempatan pada Gista untuk melepaskan diri. Dia masih ingin merasakan tubuh sang istri dalam dekapannya, masih ingin menghirup aroma nya yang masih terasa begitu manis meski sudah berada seharian di luar. Simpelnya, Harya masih ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa Gista memang sudah benar-benar pulang ke rumah.

"Nanti aja mandinya. Aku masih kangen sama kamu." balas Harya.

"Tapi aku bau banget tau."

"Nggak kok. Kamu masih wangi, wangi banget malah. Aku suka."

Kedua pipi Gista langsung merona merah. Tak pernah sekalipun terbesit dalam benaknya bahwa akan ada hari dimana dia menggunakan 'aku-kamu' saat sedang berinteraksi dengan Harya. Dan entah ini hanya perasaannya saja atau apa, tapi suara Harya saat menyebut dirinya aku terdengar 10 kali lipat lebih lembut dan manis daripada biasanya. Sekarang Gista bisa paham kenapa ada banyak mantan pacar Harya yang tidak bisa sepenuhnya melupakan pria itu bahkan sampai ada yang terobsesi dengan begitu hebatnya seperti Jessie.

Selama hampir 5 menit keduanya tetap berada di posisi berpelukkan seperti itu sampai akhirnya Gista mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Harya. Pria itu membuka matanya perlahan dan balas menatap wajah sang istri yang nampak begitu lelah. Belum lagi kedua matanya yang sembab akibat menangis tadi.

"Udahan nangisnya, hm?" tanya Harya lembut.

Gista mengangkat kedua bahunya lemah seraya menyentuh pipi Harya. Benar saja, tidak ada gumpalan lemak lagi disana. Pipinya benar-benar sangat tirus dan hal itu membuat Gista merasa sangat bersalah dan juga menyesal.

"Kurus banget." ucap Gista serak. "Sering skip makan deh ya pasti?"

"Nggak kok. Kemarin-kemarin emang lagi banyak kerjaan aja makanya suka lupa buat makan tepat waktu." Harya tersenyum tipis. "Jelek banget mata kamu, udah kayak mata panda."

"Besok aku mulai pake masker mata deh biar cepet ilang," Gista tertawa pelan. "Jadi pake aku-kamu nih sekarang?"

"Aku sih pengen pake aku-kamu. Tapi kamunya nyaman nggak?"

"Nyaman. Lebih kerasa suami-istrinya kalau pake aku-kamu."

Keduanya sama-sama tertawa sampai akhirnya raut wajah Gista berubah menjadi sendu lagi. Bagaimana bisa Harya tetap terlihat tenang dan santai seolah tak pernah terjadi apa-apa diantara mereka seperti ini coba? Pria itu benar-benar memperlakukannya dengan sangat lembut dan manis. Bahkan lebih dari itu. Gista menggigit bibir bawahnya. Ah setiap kali dia melihat wajah Harya, dorongan untuk menangis pasti selalu saja muncul didalam hati dan benaknya.

"I'm sorry..." lirih Gista.

"For what?" Harya meraih pinggang Gista dan mengubah posisinya menjadi duduk sedangkan Gista berada di pangkuannya.

"For hurting you. Aku udah nyakitin kamu selama ini dan aku nyesel banget, Har." Gista menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sial, dia benar-benar ingin menangis lagi sekarang.

"Aku nggak merasa tersakiti," Harya menyibakkan rambut panjang Gista ke belakang bahunya. "Karena aku tau alasanku yang sebenarnya untuk nikahin kamu itu untuk apa. Dan dari semua alasan itu, cuma satu yang menurutku sangat valid. It's simply because I love you."

"Sejak kapan, Har?" tanya Gista penasaran. "Sejak kapan kamu cinta sama aku?"

"Entah, aku juga lupa. Mungkin dari kita remaja? Kamu adalah perempuan kedua setelah mama yang selalu ada di sekitarku. Tadinya aku pikir aku nggak akan mungkin punya rasa yang lebih sama kamu karena kita udah terlalu sering dan terlalu lama barengan. Tapi ternyata aku salah, aku yang jatuh cinta duluan sama kamu and I can't stop it."

ADAPTATION (✔)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt