ADAPTATION - 11

4.9K 485 72
                                    


Suara adzan subuh membangunkan Harya dari tidur nyenyak yang baru berhasil dia dapatkan sekitar 3 jam yang lalu itu. Dia menatap langit-langit kamarnya dengan sorot hampa, berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya yang nampaknya masih tertinggal di alam mimpi itu lalu tak lama setelahnya dia menoleh ke arah Gista yang masih tertidur di sebelahnya.

Selama beberapa saat Harya hanya bisa memandangi wanitanya yang tadi malam terpaksa harus mandi lagi dan mengganti bajunya setelah 'permainan kecil' mereka selesai. Harya bahkan tidak langsung tidur dan memilih untuk menonton televisi dengan Gista yang juga berusaha untuk tidur dengan memunggunginya. Tak ada obrolan random ataupun deep talk seperti yang sering mereka lakukan menjelang tidur. Keduanya merasa sangat malu dan canggung sekali sampai-sampai tak ada satupun dari mereka berdua yang berani untuk menatap mata satu sama lain.

Rasa bersalah itu kembali melingkupi hati Harya. Entah kenapa perbuatannya tadi malam itu sudah sangat melampaui batas. Tidak seharusnya dia membiarkan Gista menggodanya seperti itu dan tidak seharusnya juga dia tergoda karenanya. Harya berdecak pelan seraya menyentuh pipi tembam Gista yang sangat menggemaskan itu. Meskipun masih didera rasa bersalah, Harya tak bisa memungkiri bahwa dia sangat menikmatinya. Dia sangat menikmati layanan kecil dari Gista itu dan sedikit berharap hal itu akan membawa mereka untuk bisa lebih dekat lagi sebagai sepasang suami-istri.

"Gis," panggil Harya lembut setelah dia puas memandangi wajah cantik istrinya itu. "Agis, bangun. Sholat subuh dulu yuk?"

Gista menggeliat dan mengerang pelan lalu kemudian dia melingkarkan lengannya ke leher Harya tanpa sadar. Laki-laki itu tertawa kecil sambil mengecup dahi Gista sekilas.

"Ayo kita sholat dulu. abis itu lo mau tidur lagi terserah deh. yuk? panggilan dari Allah jangan di tunda-tunda."

Masih dengan setengah mengantuk, Gista pun mengubah posisinya menjadi duduk. Sepasang matanya masih menyipit sementara Harya meraih kedua tangannya agar gadis itu segera bangun dari tempat tidur lalu kemudian menggiringnya ke kamar mandi. Padahal biasanya Gista lah yang sering bangun lebih dulu saat mendengar suara azan.

Harya mengambil air wudhu duluan sedangkan Gista duduk di atas toilet sambil menunggu gilirannya. Matanya masih terpejam namun sepasang telinganya tetap menangkap suara aliran air serta pergerakan Harya di sekitarnya.

Selesai melaksanakan sholat subuh, Harya dan Gista pun kembali berbaring di tempat tidur mereka. Gista yang sudah sepenuhnya sadar dengan keberadaan Harya di sekitarnya langsung kembali ke mode malu dan canggungnya lagi. Pikirannya melayang ke kejadian tadi malam yang berhasil membuatnya tidak mampu menatap wajah Harya lama-lama sekaligus membuatnya kesulitan untuk tidur nyenyak. Dia bahkan masih bisa merasakan sensasi asing namun menyenangkan itu diantara kedua kakinya hingga saat ini.

Hal yang sama juga terjadi pada Harya. Dia bahkan berusaha sebisa mungkin untuk menemukan topik yang tepat agar suasana canggung ini bisa sedikit terkikis. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk melakukannya dengan tindakan saja daripada dengan kata-kata. Toh selama ini dia memang selalu seperti itu bukan?

Tanpa aba-aba sama sekali, dia langsung melingkarkan lengan kekarnya ke sekeliling pinggang Gista hingga membuat perempuan itu memekik kaget. Harya menyembunyikan wajahnya di bahu Gista dan memeluknya erat-erat. Berusaha untuk menenangkan tubuh sang istri yang agak sedikit menegang. Harya tidak ingin berlama-lama berada di situasi yang canggung dengannya. Sebelum menjadi istrinya, Agista Sasmaya adalah sahabat dekatnya, dan dia tidak ingin hubungan mereka menjadi kacau balau hanya karena sentuhan-sentuhan yang mereka lakukan tadi malam. Bukan ini yang Harya mau.

"Nyesel ya?" tanya Harya tiba-tiba membuat Gista yang sempat panik langsung terdiam. Tubuhnya yang semula tegang pun perlahan melemas. "Lo nyesel sama apa yang kita lakuin tadi malem?"

ADAPTATION (✔)Where stories live. Discover now