ADAPTATION - 4

5.7K 581 56
                                    


Warning!

Slightly mature scene below! skip it if you feel uncomfortable!



Gista memandangi bercak kemerahan yang kini sudah menghiasi beberapa bagian dari leher dan tulang selangkanya di depan cermin kamar mandi. Dia benar-benar takjub dengan fakta bahwa dia dan Harya mengakhiri aktivitas bercumbu mereka di whirlpool dengan bergosip tentang para artis dalam negeri yang akhir-akhir ini sering kali bertingkah hingga viral di berbagai macam sosial media. Gista juga tak kuasa menahan kagum dengan cara Harya yang mampu mengontrol dirinya sendiri setelah suaminya itu selesai melahap kulitnya tadi malam.

Sewaktu berpacaran dengan Jaden dulu, Gista tidak pernah membiarkan laki-laki itu melakukan hal yang lebih dari sekedar berpegangan tangan, merangkul atau mengecup dahi dan pipinya. Dan untungnya Jaden juga bukan tipe laki-laki yang gemar bersentuhan setiap kali mereka sedang berduaan, berbeda dengan Harya yang justru malah bersikap sebaliknya. Tapi Gista juga bisa membedakan jenis sentuhan seperti apa yang sering Harya lakukan padanya jadi mereka tidak perlu merasa risih dan canggung satu sama lain.

"Ya ampun bisa-bisanya dia heboh gibahin artis setelah bikin leher gue kayak gini." ucap Gista takjub lalu kemudian dia tertawa sendiri selama beberapa detik sampai akhirnya tawa itu pudar secara perlahan dan digantikan dengan helaan nafas yang cukup berat.

Seharusnya dia tidak menganggap sikap Harya itu sebagai suatu hal yang lucu. Laki-laki itu berusaha mati-matian untuk menahan hormon nya tadi malam, tapi sebisa mungkin ia menyembunyikan agar tidak membuatnya merasa bersalah. Gista sendiri tidak mengerti kenapa dia masih belum bisa memberikan apa yang seharusnya menjadi hak Harya sebagai seorang suami. Dia merasa sangat takut dengan apa yang akan terjadi jika dia telah memberikan mahkotanya yang paling berharga ada sahabatnya itu sekaligus takut Harya akan mencari perempuan lain untuk melampampiaskan kebutuhannya jika dia masih belum bisa melayaninya.

Dan rasa takut itu perlahan berubah menjadi rasa bersalah yang bercampur dengan rasa sedih. Tanpa Gista sadari, pelupuk matanya pun mulai tergenang air dan perlahan namun pasti air itu mulai jatuh menuruni pipinya, membentuk sungai kecil yang terus-menerus mengaliri kedua pipinya yang tembam. Tangannya meremas gaun tidur berbahan satin miliknya seiring dengan rasa yang telah tercampur aduk itu mengacak-acak seluruh hati dan pikirannya.

Pintu kamar mandi pun terbuka dengan perlahan, menampakkan Harya yang hanya mengenakan celana training berwarna abu-abu dan bertelanjang dada. Langkahnya langsung terhenti begitu dia melihat Gista yang masih memandangi wajahnya sendiri dengan air mata berlinang didepan cermin. Bahkan saking dalamnya Gista ternggelam dalam rasa bersalah, dia tidak menyadari bahwa Harya sudah berada beberapa langkah tepat di belakangnya.

Harya tidak bertanya, tapi dia jelas tahu apa yang membuat Gista menangis tanpa suara seperti itu. Akhirnya daripada menenangkannya dengan kata-kata, pria itu lebih memilih untuk melingkarkan lengan kekarnya ke sekeliling tubuh Gista dari belakang.

"It's okay, jangan nyalahin diri sendiri." bisik Harya lembut.

"I'm trying, Har... I really am. you know it, right?" balas Gista masih dengan air mata yang bercucuran deras tapi gadis itu sama sekali tidak terisak.

Harya meletakkan dagunya di bahu Gista seraya menganggukkan kepalanya. "I know."

"Maafin gue ya Har... gue masih belum siap dan gue nggak tau kenapa gue ngerasa kayak gitu..." bisik Gista pedih.

"Nggak apa-apa. Gue pun juga ngerasain hal yang sama kayak lo," jawab Harya tenang. "Bukan cuma lo aja kok yang ngerasa aneh dengan rasa itu, gue juga sama."

ADAPTATION (✔)Where stories live. Discover now