Epilog

2.6K 230 33
                                    

Jika ada yang bertanya seperti apa perasaan Syana sekarang, maka sudah dipastikan ia tidak dapat menjawabnya. Mungkin bangga, antusias, rindu, terharu, entahlah. Tapi Syana tau pasti dirinya telah dibuat jatuh cinta berulang kali.

Kini Syana tengah duduk dengan hikmat di salah satu bangku di bandara internasional Djuanda Surabaya.

Jawara olimpiadenya akan segera datang.

Jantungnya terasa berlompatan saat kemarin lusa melihat kedatangan rombongan kontingen Indonesia disambut oleh gegap gempita penuh bangga para petinggi negara dan masyarakat umum. Syana tidak ada di sana tentu saja karena dirinya sudah berada di Surabaya sejak beberapa waktu yang lalu untuk turut menyibukkan diri pada persiapan pernikahan Ansara. Meski begitu, kemarin sepasang matanya tak sudi lepas dari layar televisi demi menyaksikan setiap berita yang dibacakan dengan penuh bangga tentang keberhasilan pasangan ganda putra Double R membawa pulang medali emas olimpiade. Bahkan ia sengaja berganti-ganti kanal untuk melihat lebih banyak siaran berita tentang mereka.

Sudah satu jam lebih Syana menunggu, lebih lama dari yang seharusnya. Tapi gadis itu tampak tidak keberatan, masih dengan kakinya yang mengayun serta senyum manis tersungging di bibir ranumnya.

Satu jam berikutnya ia mulai gelisah. Matanya tidak fokus bergulir kesana kemari menerka barangkali Raga akan muncul dari arah yang tidak ia duga. Khawatir sesuatu yang buruk tengah terjadi.

Tangannya kembali mengutak-atik layar ponselnya untuk membaca kembali pesan antara dirinya dan Raga semalam. Tidak ada yang istimewa, tentu saja hanya berisi rayuan gombal tidak bermutu khas Raga.

Satu tahun belakangan mereka jadi lebih terbiasa berkomunikasi melalui virtual ketimbang secara langsung akibat sempitnya waktu luang Raga di tahun olimpiade ini. Mereka bisa saja hanya bertemu satu atau dua kali dalam satu bulan karena saat akhir pekanpun Raga memilih untuk berlatih dibanding meliburkan diri.

Syana tidak masalah. Ia sendiri juga sudah menikmati kesibukannya mengurus bisnis milik Raga.

Soal pernikahan juga sepertinya tanpa kata mereka sudah sepakat bahwa memang belum saatnya untuk membahasnya. Masih terlalu dini untuk dibahas ketika kemarin hubungan mereka bahkan belum menginjak usia satu tahun. Lucunya, sekarang momen perayaan satu tahun dan dua tahun hubungan mereka sudah berlalu dan tidak ada lagi yang berminat mengulas lagi pembahasan pernikahan. Menilik usia Raga yang tahun ini telah menginjak usia 29 tahun, rupanya ia justru harus rela dilangkahi oleh Kafka dan Lady yang beberapa bulan lalu lebih dulu melangsungkan acara lamaran. Meski belum pasti kapan pernikahan pasangan dispenser ini digelar, setidaknya sudah ada kejelasan bahwa hubungan mereka akan dibawa ke pelaminan.

" Sorry ya bro, gue duluan." Begitu celetukan Kafka saat Raga dan Syana mengajak berfoto.

Raga yang dipojokkan tidak salah tingkah, pria penuh percaya diri itu hanya membalas santai. " Baru juga lamaran, nikahnya tetep duluan gue. Nggak pake ribet lamaran dulu, begitu Syana bilang ayok langsung sat set lo dapet undangan nikahan."

" Nggak mungkin. Kalo lo berdua nikah pasti gue jadi seksi repot, nggak mungkin tiba-tiba dapet undangan." Sahut Lady yang disambut tawa mereka yang hadir saat itu.

Hidup kadang lucu. Yang dulu dikira hanya Ansara di antara mereka bertiga yang akan menikah, justru keadaan berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam kurun waktu dua tahun. Terutama Lady. Entah dukun pelet mana yang Kafka bayar untuk sanggup membekap ego selangit sahabatnya itu hingga bertekuk lutut.

Bandara internasional Djuanda masih seriuh beberapa jam yang lalu. Orang-orang berlalu lalang menggeret koper dan mendorong barang bawaan mereka memadati setiap sudut bandara. Mirisnya, di antara puluhan atau bahkan ratusan kedatangan, kenapa Raga tidak juga memunculkan wajah narsisnya. Ralat, mungkin Raga akan lebih tertarik menunjukkan wajah datar sok jual mahalnya karena ini di tempat umum. Jika tidak salah hitung, ini akan menjadi pertemuan pertama mereka setelah lebih dari tiga bulan. Lumayan lama.

Fit Perfectly Where stories live. Discover now