F9c

941 217 18
                                    


Setelah misi yang gagal di Victoria Harbour, kelompok mereka kembali ke Korea Selatan dan berencana untuk kembali melakukan misi selanjutnya seminggu lagi ketika kapal yang mereka targetkan telah bersandar di dermaga Korea.


Renjun langsung menyalakan teleponnya begitu dia sudah keluar dari exit gate bandara. Masing-masing mereka memilih penerbangan masing-masing, mungkin efek pertengkaran dingin yang belum selesai hingga detik ini.


Mark mengambil penerbangan tercepat untuk kembali ke Korea. Jaemin Jeno dan Jisung juga melakukan hal yang sama, tetapi mereka memiliki penerbangan yang berbeda -ntah hal ini disengaja atau tidak-. Donghyuck memilih untuk tinggal di China lebih lama. Sedangkan Renjun kembali tiga hari setelah kepergian 4 anggota teamnya.


Renjun menarik koper kecilnya ke mobil yang dia tinggalkan di bandara. Begitu semua sudah rapi dan dia sudah duduk nyaman di kursi mobilnya, Renjun membuka kontak di handphone nya dan mulai scrolling untuk mencari kontak seseorang yang berhutang budi padanya.


Renjun jarang menagih utang yang dimiliki orang lain padanya, baik utang budi ataupun material. Tetapi Renjun juga bukan orang bodoh, dia tanpa raga akan menggunakan apapun yang bisa dia pakai bila memang harus terpaksa.


Baru saja menelepon, telepon itu langsung tersambung.


"Hey, high tea?" sapa Renjun.


"Business?" tanya suara di seberang.


"Yup,"


"Seoul?"


"Hmm." Renjun menyalakan mobilnya dan mulai mengendarai.


Dari seberang terdengar beberapa pinta dari orang itu pada bawahannya untuk membooking tempat. "Lex Deux nine PM." infonya.


Setelahnya telepon ditutup.


━╋━◇◇◇━╋━


"Aculeus." Kata Renjun tanpa salam. Dia langsung mendudukan tubuhnya pada kursi didepan perempuan yang sedang menyesap anggur merahnya dengan elegan. Warna anggur merah dan lipstik yang dia pakai sangat mirip.


Di ruangan khusus VVIP itu hanyalah ada mereka berdua, bahkan pelayan pun tak akan masuk sebelum mendapat izin dari sang pemesan ruangan.


"Permintaanmu cukup berat." tawa wanita yang berusia lumayan jauh dengan agen China tersebut.


"Kau bisa." bantah Renjun.


Wanita itu tersenyum samar. Matanya lalu melihat ke jendela yang menunjukan pemandangan di sekitar kota itu. Pemandangan yang hanya dapat dilihat dari lantai tertinggi gedung yang ada di Seoul. "Kau terlalu percaya padaku." candanya.


"Light me up." pinta Renjun kembali. Kali ini diapun mengambil secangkir teh yang sudah disiapkan untuknya.

Foxtrot ≡ NorenminWhere stories live. Discover now