F7e

1.4K 310 38
                                    


"You okay?" tanya Rowon yang melihat bagaimana Renjun terlihat agak lemas akhir-akhir ini.

"How sweet of you," balas Renjun dengan senyuman menggoda. Itu bukan jawaban yang diinginkan Rowon, tapi setidaknya cukup untuk memastikan bahwa Renjun cukup baik-baik saja.

"Nah, ini juaranya." puji Jaeyoon dengan sorakan ketika beberapa helai plastik dijatuhkan ke atas meja.

"Oh, ini?" pancing Renjun.

Pil-pil dalam plastik yang ada diatas meja seratus persen sama dengan gambaran target yang diberikan kepada mereka untuk misi ini. Inilah pil yang Renjun tunggu-tunggu sejak awal. Pilnya berwarna putih dan ungu dengan lambang scorpio pada kapsul ungunya.

"Kau sudah tau aculeus?" tanya Zuho dengan penasaran.

Renjun mengangkat bahunya. "Bisikan pipit sudah sampai, tapi belum ada yang menawarkanku."

"Ini kesempatan emasmu." cengir Youngbin yang segera mengambil 1 pil, membuka pil itu dan menjatuhkan serbuknya ke dalam mulutnya.

Renjun baru meraih 1 kapsul dan akan membukanya ketika Inseong bilang akan ke toilet. Walaupun begitu, tangan Inseong sudah sempat mencolek Renjun dan dengan kepalanya menyuruh Renjun mengikutinya.

Agen China itu menutup kembali kapsul akuleus dan menahannya dalam genggaman. Dia berjalan mengikuti Inseong, tetapi bukannya ke toilet, Inseong malah membawanya keluar dari klub dan ke gang di samping klub itu.

Jantung Renjun berdetak kencang. Dia dengan sigap langsung memasukan 1 kapsul tadi kedalam saku kecil jeans-nya.

Situasi ini adalah bendera merah bahwa penyamarannya sudah terbongkar. Jeno masih ada di dalam klub, Mark tidak dapat melihat mereka, tidak ada kamera dibagian situ, Jisung dan Jaemin tidak akan tau apa yang terjadi, Chenle mungkin bisa mengakses kamera dari kalung Kentang, tapi Kentang hanya akan Renjun panggil ketika semua sudah terlambat dan tidak ada jalan keluar.

Tangan Renjun sudah siap mengambil pisau yang dia sembunyikan di sepatunya ketika Inseong berbalik dan memegang kedua pundak Renjun lalu membantingnya ke dinding.

Renjun sudah ingin mengambil pisau, tetapi ada insting kuat yang berteriak untuk tidak melakukan hal itu. Inseong meremas kedua pundak Renjun dengan kuat dan mendekatkan badannya seakan ingin mengendus leher Renjun. Tapi bukan itu yang terjadi.

"Junwoo, lari." bisik Inseong.

Suaranya sangat kecil. Jika mulutnya tidak berada begitu dekat dengan telinga Renjun, mungkin Renjun tidak dapat mendengarnya.

"Inseong? Apa maksudmu?" bisik Renjun yang otomatis memegang kedua tangan Inseong agar jangan mencengkramnya begitu kuat.

Nafas Inseong terdengar naik turun dengan berat dan tergesa-gesa. "Mereka akan segera mengetahui penyamaranmu sekalinya suatu kata kunci aku ucapkan. Aku ingin kau bertingkah seakan tidak mengetahui apapun, setelah mereka menembakku, tolong berpura-puralah terkejut." racaunya masih dalam bisikan dengan kecepatan tinggi.

"T-tunggu, apa maksudmu Inseong?" Renjun mulai panik dan ingin mendorong Inseong agar dia dapat menatap wajah Inseong, tetapi Inseong terus menahan agar tubuh Renjun yang lebih kecil tertutup oleh tubuh tingginya.

"Lari Junwoo. Mereka tak mengizinkanku keluar, dan sekalinya mereka tahu kau mencoba untuk masuk, kau tak akan pernah lolos dari mereka. Jangan mencoba untuk menerobos The Scorpion, Junwoo. Aku bukan kaki mereka," ada jeda yang sangat mematikan diantara kalimat Inseong yang tergesa-gesa. "aku tangan kedua."

Tubuh Renjun membatu. Dia tau penyamarannya sudah terbongkar dan intel mereka salah. Demi Tuhan! Tangan kedua!!!

"Aku tahu kau orang baik. Jangan menjadi sepertiku, Junwoo. Lari selagi kau bisa." mohon Inseong.

Foxtrot ≡ NorenminWhere stories live. Discover now