3| SETUJU?

2.2K 98 3
                                    

Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!

Happy Reading 💜

•••

Kiran dapat melihat bunda dan Gibran yang duduk di kursi rumah sakit yang tersedia. Kiran lantas mempercepat langkahnya diikuti oleh Jefan yang mengekor di belakang.

"Bunda, papa beneran kecelakaan?" tanya Kiran sesampainya ia di depan sang bunda yang berurai air mata.

"Lo nggak liat bunda yang matanya sembab gitu? Lo pikir ini boongan?!" sentak Gibran cukup kesal mendengar penuturan kakaknya.

"Gue cuma nanya, nggak perlu nyolot gitu lo jawabnya!"

"Udah, udaaah, kenapa berantem sih? Papa lagi di operasi di dalem," lerai bunda dengan suara sengaunya.

Pandangan bunda teralih pada Jefan yang berdiri tak jauh dari sana, "Makasih udah anterin Kiran ke sini, Jefan," ucap bunda dengan senyuman tipisnya.

Jefan hanya mengangguk, "Keadaan om Sukma gimana tante?"

"Dokter belum bilang apa-apa karena operasi nya belum selesai. Tapi, katanya bagian kepalanya cukup parah karena kebentur stir," jelas bunda dengan suara bergetar menahan tangis.

Gibran menuntun bunda untuk duduk kembali. Kiran duduk di samping bunda dengan Jefan yang berada di sampingnya. Namun, dengan kursi kosong yang menjadi pembatas keduanya.

•••

Kiran masuk ke rumah dengan perasaan lesu. Bunda dan Gibran masih ada di rumah sakit, sedangkan dirinya di perintah pulang oleh bunda dengan di antar Jefan.

"Nak, mau ya menikah dengan Jefan. Dia baik loh, papa juga udah kenal baik sama keluarganya. Papa mohon.

"ARGHHHHHH!" Kiran membanting kesal tas nya ke atas kasur.

Memikirkan percakapan tadi dengan papa nya membuat Kiran kesal.

Papa nya sadar setelah tiga jam selesai melaksanakan oprasi. Itu bisa di sebut keajaiban karena belum genap 24 jam papa nya sudah sadar pasca operasi.

Namun, yang membuat Kiran pusing ialah karena permintaan papanya yang menginginkan Kiran untuk menikah dengan Jefan, gurunya.

Papa nya yang memohon membuat Kiran tak kuasa untuk menolak. Apalagi keadaan papa nya yang tidak baik-baik saja membuat Kiran tidak tega.

"Tapi, papa janji bakal bahagia kalo aku nikah sama dia. Papa harus sehat dan jaga bunda terus."

"ARGHHHHHH! HARUSNYA GUE NGGAK BILANG GITU ANJIINGG!" teriak Kiran bak kesetanan karena setelahnya gadis itu melemparkan semua barang yang dapat dijangkaunya.

Tangisnya pecah saat itu juga, Kiran melemparkan diri ke atas ranjang, memukuli bantal untuk melampiaskan rasa marahnya.

"Gue nggak mau nikah sama dia, HUAAAAA!" tangisan Kiran terendam bantal karena gadis itu menangis dalam keadaan telungkup di atas ranjang.

TOK...TOK...TOK

Kiran berhenti menangis saat menangkap suara ketukan. Gadis itu beranjak dan duduk kasur.

MARRIED WITH PEMBINA OSIS [SELESAI]Where stories live. Discover now