Bab 6

528 131 30
                                    

Sean tengah duduk di kursi sambil menunggu Alona yang ia pikir sedang mandi. Sudah sekitar 15 menit ia menunggu Alona di dapur. Karena kata Alona mereka akan memasak.

"Ehhh, udah stay aja lu." Ujar Alona yang baru datang.

Malam itu Alona mengenakan kaos warna hitam dan celana pendek saja. Sedangkan Sean mengenakan kaos hitam juga dengan celana training nya.

"Kita mau masak apa?" Tanya Sean to the point karena tak mau berlama lama melihat Alona yang hanya mengenakan celana pendek itu. 

Astagaaa Sean, sadar Sean! Inget dosa udah bejibun! 

Sean menelan saliva nya, kemudian mencoba fokus dan mengabaikan pemandangan yang memanjakan mata dan nafsunya.

Astagaaa Sean, inget ini bukan lapak 18+. Author tydac menghendaki ini Sean T_T.

"Sini bantuin gue ngupas bawang," Ujar Alona sambil membuka lemari dan mengambil bakul berisi bawang.

Sean bangkit dari duduknya dan berdiri di samping Alona. Alona menyodorkan pisau pada Sean.

"Lo bisa kupas bawang kan?" Tanya Alona.

"E-eh? Bisa kok, bisa. Apa si yang gabisa di lakuin seorang Sean. Sebagai calon suami yang baik bagi bebeb Tavia, gue harus bisa menguasai urusan dapur." Jawab Sean dengan pede-nya. Lihatlah, lagi lagi nama 'Tavia' terbawa dalam kalimatnya.

Alona yang hampir muntah mendengar jawaban Sean berencana untuk mengerjai Sean.

"Abis di kupas, bawang nya iris tipis ya. Harus tipis banget, pokoknya lo harus menjaga ketipisan bawang nya." Ujar Alona.

"Oke," Jawab Sean santai.

Dengan polosnya Sean benar benar mengiris bawang itu dengan begitu tipis. Kini mata nya benar benar berdekatan dengan alas yang di gunakan untuk mengiris bawang, upaya melihat ketebalan bawang yang akan diirisnya. Ia berusaha mengabaikan mata nya yang mulai terasa perih. Alona hanya diam menahan tawa melihat kelakuan Sean, sambil mengiris tomat dan sayur lain nya.

"Shhh," Sean sudah tak mampu lagi. Kini air mata telah lolos dari mata nya.

"HAHAHAHA!" Alona tertawa puas melihat Sean yang sudah meneteskan air mata.

"Perih Al," Sean mengusap mata dan hidung nya dengan lengan nya.

"Hahahah, lagian kenapa sampe di pelototin sedeket itu bawang nya? Hahahahah," Alona tertawa puas, rencana nya berhasil.

"Al, ini serius? Lo mainin gue?" Sean menatap Alona tak percaya.

Wahhh. Lihatlah gadis di depannya ini sudah berani menjahili nya. Alona masih tertawa melihat wajah Sean yang mulai memerah.

Sean menghampiri Alona dan mengapit kepala Alona di bawah ketiak nya.

"Jail banget sih," Gerutu Sean, masih dengan posisi mengapit kepala Alona.

"Aghhhh, lepasinn. Sean bau ketekkkk," Seru Alona ketika wajahnya tenggelam di bawah ketiak Sean.

"Hahahahah, Rasain noh bau ketek gue," Sean tertawa jahat.

"Seannnn," Alona memberontak.

Sean mengambil pisau yang Alona gunakan tadi. Ia berniat menjahili Alona juga dengan berpura pura menjadi pembunuh. Sean mengayunkan pisau itu dan mengarahkannya ke leher Alona. Alona seketika langsung panik dan semakin memberontak.

"Akhh," Pekik Sean.

Darah menetes ke lantai. Naas nya, pisau tadi justru menyayat lengan Sean. Lagipula salah Sean sendiri, bercanda menggunakan benda tajam.

1 Week With You [END]Where stories live. Discover now