bab 2

747 180 83
                                    


Malam itu Sean merasa suntuk berada dalam kamarnya. Ia memutuskan untuk mengajak Alona untuk melakukan kegiatan apa pun yang bisa dilakukan.

"Alonaaaa," Panggil Sean di depan kamar Alona.

Pintu kamar pun terbuka, tampak Alona berdiri dengan rambut yang di bungkus handuk.

"Kenapa? Oiya, gue pake baju yang ada di lemari ya? Gapapa kan?" Ujar Alona.

"Ooh, iya gapapa. Gua gabut banget, main aja yok." Ajak Sean.

"Main apaa?" Tanya Alona.

"PS?"

"Gasss,"

Mereka pun pergi ke kamar Sean.

"Alona, jangan di sana woi. Awasss itu ada musuh. Hehhh, awasss. Tuh kan udah di bilangin jangan ke sana, mati kan jadinya," Gerutu Sean yang dari tadi tak bisa berhenti bicara.

Alona memasang wajah cemberut. Alona pikir, bermain PS bersama Sean adalah keputusan yang salah. Dari tadi ia hanya terus menerus mendengarkan ocehan Sean yang merutuki dirinya yang Sean anggap tidak bisa bermain.

"Seannn, awas ituuuuu," Seru Alona.

"Bantuin Alonaaa, jangan cuma teriak doang. Itu di situuuuu." Ujar Sean heboh sendiri.
 
"Aghhhh, tuh kan kalah," Gerutu Sean.

Sean menghempaskan badannya ke lantai yang di alasi karpet.

"Mo main lagi ga?" Tanya Sean.

"Nggak, gue gabisa main." Tolak Alona.

Sean bangun dari posisi nya yang baring tadi. Ia mendekatkan dirinya kepada Alona.

"Lo harus belajar sama gue, biar pro," Ujar Sean sambil menoyor kepala Alona.

Alona kembali memasang wajah cemberut nya.

"Mau ngapain lagi ya?" Tanya Sean.

"Gue mau nanya boleh gak?" Tanya Sean pada Alona.

"Kenapa lo pengen banget kabur?"

Alona terdiam sejenak, apa ia perlu mengatakan nya pada Sean?

"Kalo lo gamau jawab juga gapa-"

"Gue capek Se. Gue gasuka hidup gue di atur atur sama papa. Gue gasuka sama karir gue yang sekarang, gue gasuka harus ketemu banyak orang, di kejar kejar orang kalo keluar. Harus berurusan sama penggemar. Emang enak sih punya banyak penggemar, tapi gue gasuka Se. Gue jadi harus di batasi dalam ngelakuin apa pun. Apa apa itu harus di atur-"

"Gue gasuka di atur atur Se," Akhirnya mulut Alona melontarkan kalimat kalimat itu.

Sean hanya diam mendengarkan ketika Alona berbicara.

"Anggap aja gue temen lo. Lo punya waktu seminggu buat healing disini hehehe. Kalo lo enak di rumah gue, dan nanti lo pengen ke sini lagi, dateng aja. Pintu terbuka lebar buat lo," Ujar Sean.

"Ortu lo?"

"Itu, urusan belakang heheheh,"

"Eh, tapi. Padahal banyak lho, yang pengen jadi artis, jadi orang terkenal. Tapi ternyata ada artis yang nasib nya kayak lo," Ujar Sean.

"Ya, karena gue beda sama mereka. Mungkin mereka emang orangnya suka di kenal banyak orang. Gue gasuka Se di kenal banyak orang. Pernah sekali waktu di mall, gue lagi jalan tuh. Terus ada satu circle anak SMP cewek cewek, agak rame. Terus mereka heboh gitu liat gue ada di situ kan. Mereka ajak gue foto, ya gue mau aja. Terus mereka tetap aja foto foto, walaupun udah ada banyak foto mereka ambil. Waktu gue udah kesita abis sama mereka. Pas gue mau pergi, salah satu dari mereka narik baju gue biar ga pergi, sialnya baju gue sampe robek. Mereka kaget, bukannya langsung minta maaf. Mereka saling tatap tatapan sama temen temennya, sambil senyum senyum. Abis itu gue langsung pergi ninggalin mereka." Alona bercerita panjang lebar mengenai pengalaman nya.

1 Week With You [END]Where stories live. Discover now