꧁☬Sandiwara☬꧂

1K 185 51
                                    

Mirai POV

"Bagaimana? Mengenai (name) itu, apa benar??" tanya ibu dengan tatapan fokus menatap korbannya.

"Aku dengar dia sudah dibawa ke hadapan 'dia'," jawab ayah sekenanya.

"Lalu? Tentang kita yang menutup mulutnya bagaimana? Bisa bisa dia memberitahu sisi buruk kita pada Afo bukan?!" Ibu mulai panik.

Aku menghela napas pelan, bersamaan dengan mulut yang ku sunggingkan lebar lebar.

"Tenang saja ibu..." aku berucap seraya memutus lengan dari sebuah tubuh, "Semuanya sudah kurencanakan dengan baik, tinggal menunggu tanggal mainnya saja," sambungku.

"Perlu bantuan kami? Rencana mu pasti punya celah, jadi biarkan ayah dan ibu menyempurnakan nya," -Ayah

"Tidak ayah, terimakasih. Tapi kali ini aku ingin melakukannya sendiri," -Aku

"Baiklah kalau memang begitu. Tapi kalau ada masalah kami tidak mau tau loh," -Ibu

"Rencanaku tidak bercelah dan tidak akan gagal. Jika semua berjalan dengan lancar, aku akan mendapat banyak keuntungan," seruku senang.

Astaga, aku tidak sabar menantikan hari itu!! Hari dimana kemenangan akan jatuh di tanganku!!

"Keuntungan? Apa saja??" -Ibu

"Ada deh," Aku menjawab asal. Untuk pertanyaan yang ini, ayah maupun ibu tidak boleh tau jawabannya.

"Karena salah satu keuntungan itu adalah mendapatkan Shoto~!"

***

Author POV

Masih dengan kondisi tidak sadarkan diri, (name) akhirnya dapat kembali sadar karena AFO yang memberinya sedikit energi.

"Bangunlah gadisku, sampai kapan kau akan seperti ini?" tanya AFO pelan, kakinya yang panjang ia duselkan pada badan (name) guna membangunkannya.

(Name) perlahan membuka mata, dan melirik kesana kemari dengan sorot mata yang bergulir lemas. Badannya masih sulit untuk dia gerakkan akibat tubuh yang terasa berat.

Wajarlah ya, soalnya itu badan ga dipake selama 2 hari. Kurang energi aja gitu, jadi perlu adaptasi dalam proses gerakinnya.

"Dimana...??" gumam (name) lirih, luka yang dibuat Toga cukup untuk membuatnya merasa perih saat ini.

"Selamat datang, anakku..." sapa AFO dengan kedua tangan yang merentang seakan menyambut kedatangan (name).

(Name) sendiri masih sibuk berusaha buat beranjak dari posisinya yang terbaring di tanah. Dengan tumpuan kedua tangan, akhirnya ia berhasil berdiri walau masih rada gemeteran.

"Tadi ngomong apa? Bisa tolong di ulangi? Ga kedengeran tadi," pinta (name) dengan mimik wajah kikuk. Merasa bersalah dia karena kek ga dengerin apa yang AFO bilang.

"Se-selamat datang, anakku..." ulang AFO, nadanya ikutan kikuk.

"Selamat datang?? Untuk? Terus itu apa maksud manggil 'anakku'?? Dari tadi perasaan pada salah orang mulu dah," oceh (name) sambil berkacak pinggang. Ia tengah memasang tampang keheranan saat ini.

AFO hanya diam tak menanggapi.

"Emm, bisa minta tolong itu topengnya dibuka om? Soalnya saya jadi gabisa liat ekspresi om nya," -(name)

Yaa AFO seperti biasa pakai topeng dia yang warnanya hitam perak gitu. Setelah (name) minta dia buka topengnya, dia agak ragu. Enaknya diturutin atau tidak?

"Sebelum itu, mau mendengar sebuah kisah??" -AFO

"Eee... sebenernya lebih pengen tau nama tempat ini sih, soalnya aku gatau ini ada dimana," -(name)

Quirkless (Todoroki Shoto X Readers)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora