[13] Scared

7.8K 360 8
                                    

Suara kicauan burung saling bersahutan seiring matahari yang semakin tinggi. Jam baru menunjukkan pukul 8 pagi, Enola pun sudah cantik dan rapi, Ia sudah mandi dan berpakaian sederhana, hanya sebuah baju terusan selutut berwarna cream yang memperanggun penampilan nya.

Selama dua minggu ke depan, sekolah libur, karena baru saja terlaksana ujian akhir semester, dan Enola akan masuk ke kelas 11.

Jadi Enola bebas untuk bangun jam berapa pun yang Ia mau, tapi tetap saja, Enola memilih bangun pagi, karena Ia masih merasa tidak enak kepada keluarga baru nya.

Enola bangkit dari duduk nya, Ia merapikan sedikit rambut nya agar terlihat rapi, tak lupa mengoleskan bedak di sekitar matanya yang menghitam, karena semalam, Ia tidak bisa tidur, memikirkan Kak Brian.

Jujur saja, Enola merasa gugup untuk ke luar kamar, Ia masih takut jika nanti harus berpapasan dengan Brian, karena Brian itu sangat menyeramkan menurut Enola.

Postur tubuh tinggi tegap dilengkapi dengan wajah datar dan mata yang selalu menatapnya dingin.

"Ke bawah enggak ya?" gumam Enola.

Tenggorokan Enola terasa sangat kering, air si atas nakas sudah habis tak bersisa. Ia berniat ke bawah untuk mengambil air, tapi takut berpapasan dengan Brian.

"Semoga aja Kak Brian gak di dapur."

Tak tahan dengan rasa haus yang mendera tenggorokan nya, akhirnya Enola memutuskan pergi ke dapur saja, karena Enola sangat tidak bisa jika harus kehausan, Ia lebih memilih kelaparan dari pada kehausan.

Perlahan, Enola mulai melangkahkan kedua kaki nya keluar dari kamar, saat berada di puncak tangga, Enola memandangi seluruh penjuru rumah, setelah memastikan Brian tidak ada, Enola segera berjalan cepat menuju dapur.

"Ehh, Non ngapain kesini?"

Seorang pelayan yang sudah lumayan berumur menghampiri Enola, Ia sedikit terkejut melihat anak majikan nya itu, karena biasa nya yang ke dapur hanya Zoya dan para pelayan.

Senyum Enola terukir di wajah nya yang cantik, Ia berjalan menghampiri pelayan tersebut.

"Mau minta air minum, Bi, boleh kan?" tanya Enola sopan.

"Boleh atuh," seru Bi Enin.

Bi Enin merupakan pelayan terlama yang bekerja di rumah ini, Ia sudah bekerja hampir selama 19 tahun, sejak Zoya dan Kenan menikah. Ia pun sangat ramah dan sopan.

"Sini, biar Bibi yang ambilin, Non duduk aja di kursi."

Tidak ingin membuat anak majikan nya kesulitan, Bi Enin langsung mengambil alih teko kecil berbahan kaca yang di pegang Enola, lalu berjalan pelan menuju dispenser besar dan tinggi yang berada di sebelah kulkas.

"Makasih Bi, padahal Enola bisa sendiri," ujar Enola tak enak.

"Gapapa atuh, udah tugas Bibi ini mah," kekeh Bi Enin.

Senyum di wajah Enola semakin mengembang, Ia menatap punggung Bi Enin yang sedang menuangkan air ke dalam teko milik nya.

Hidup nya kini terasa semakin berbeda dari hidup nya yang dulu, sekarang, Enola seolah menjadi anak raja, dimana selalu akan ada orang yang membantu nya, meskipun Enola menolak, orang-orang di rumah ini selalu memaksa membantu Enola.

"Ini Non, ai-"

PRANG....

Sebuah gelas jatuh dari atas meja makan, Enola yang mendengar suara Bi Enin saat sedang asik mengamati sekitar, tak sengaja menyenggol gelas tersebut menggunakan siku nya, alhasil gelas itu pun jatuh ke lantai, dan pecah.

ENOLAWhere stories live. Discover now