[1] Enola's Life

17.2K 487 30
                                    

"ANJING!"

PRANG....

"CEWEK GOBLOK!"

PLAK....

Suara pecahan gelas yang menghantam lantai dan suara tamparan saling bersahutan seiring malam. Bahkan langit pun seakan merasakan suasana mencekam tersebut dengan suara gemuruh yang menyahut disertai rintikan hujan.

Sesosok pria muda sedang mengamuk di tengah rumah yang ukurannya lumayan besar, wajahnya merah, gigi bergemelatuk marah, kedua tangan mengepal, tak lupa mata nya pun melotot tajam seolah ingin membalikkan bumi.

"DASAR JALANG KECIL!"

"M-maaf...."

Seorang gadis mungil terdiam di lantai yang dingin dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, bahkan piyama panjang yang Ia pakai sudah lusuh akibat tumpahan minuman dari gelas yang pecah.

Gadis itu baru saja terjatuh akibat tamparan pria tersebut yang sangat kuat, bahkan gadis itu tak bisa merasakan pipinya, alias kebas.

Derai air mata terus mengalir di kedua pipinya, mata indah bengkak karena terus menangis, hidungnya merah, dan terdapat luka-luka di tangan kirinya akibat terkena pecahan gelas.

Darah segar mulai menetes membasahi lantai tempat gadis itu duduk, tubuhnya langsung bergetar, jujur saja, gadis itu sedikit takut dengan darah.

"AKHH!" Teriak gadis itu.

"LO NANGIS SETELAH BIKIN BAJU BASKET GUE BASAH?"

Pria itu semakin marah dan kesal karena gadis itu malah menangis, menurutnya menangis tak akan membuat baju basket nya kembali kering dan bersih.

Alhasil pria itu menjambak rambut nya dengan lumayan keras, sampai-sampai kepala gadis itu mendongak ke atas. Padahal gadis itu hanya melakukan satu kesalahan kecil saja, yaitu memasukkan seragam basket nya ke dalam mesin cuci.

"M-maaf Kak, a-aku lupa," isak gadis itu pilu.

Belum juga rasa sakit di tangan kiri dan pipinya menghilang, sekarang kepala nya pun terasa sangat sakit, seakan seluruh rambut nya akan tercabut. Belum lagi tubuh nya yang sangat lemas, karena kekurangan asupan.

Gadis itu memejamkan kedua matanya rapat saat melihat wajah marah Sang Kakak, sungguh, Ia tak sanggup melihat wajah menyeramkan Kakak nya itu, padahal sudah hampir setiap hari dia melihat nya, karena Kakak nya itu selalu marah padanya, bahkan pada hal kecil sekali pun.

"BABI! LUPA KATA LO?" Bentak pria itu kasar.

"AKHHH, Kak l-lepasin, sakit," mohon nya.

"LO EMANG PANTES DISIKSA!"

BUGH....

Kepala gadis itu menghantam meja yang ada di sebelahnya, saat Sang Kakak mendorong kepalanya tanpa perasaan dan rasa kasihan sedikit pun.

Ya Tuhan, batin gadis itu menjerit.

Tangan kanan gadis itu yang baik-baik saja langsung menyentuh pelipisnya, kepalanya langsung berdenyut nyeri setelah menghantam sisi meja kayu yang keras.

"Sudahlah Gavin, Papah sudah muak mendengar suaranya menangis."

Pria yang dipanggil Gavin itu menoleh ke arah Bayu a.k.a Papah nya yang sedang duduk di meja ruang keluarga sambil memainkan Ipad miliknya, tak lupa secangkir kopi yang menemaninya di atas meja.

"Tapi, dia udah basahin baju basket Ku, dan besok aku ada jadwal latihan," balas Gavin tak terima.

Perlahan Bayu mengalihkan tatapannya dari Ipad, Ia melirik ke arah putri nya yang masih menangis tertahan di lantai, lalu langsung menatap Gavin dengan wajah santai, seolah tak terjadi apa-apa.

ENOLAWhere stories live. Discover now