CHAPTER 1 : SMA N 1 BANASPATI

13 1 0
                                    

SMA N 1 BANASPATI : Ruang Musik

Ku tak bisa menggapaimu
Takkan pernah bisa
Walau sudah letih aku
Tak mungkin lepas lagi

Kau hanya mimpi bagiku
Tak untuk jadi nyata
Dan segala rasa buatmu
Harus padam dan berakhir

Petikan gitar itu terdengar sendu dengan alunan suara serak basah seorang laki-laki yang mengiringinya. Lagu dari Utopia sedang ia mainkan dengan hati yang rindu akan pemiliknya. Pesan dari lagu yang memiliki arti rumit yang sulit ia jelaskan lewat petikan gitarnya.

Perlahan nyanyian itu mulai berhenti, berganti dengan keheningan yang menyelimutinya. Duduk dibangku tengah aula dan tidak ada satupun orang yang melihat. Baron nama laki-laki itu, tengah menunduk menatap diam gitar ditangannya. Pikirannya melayang jauh kembali menerawang saat ia bersama gadisnya.

"Kata orang mati satu tumbuh seribu, tapi kenapa seribu yang datang tidak bisa menggantikan satu yang hilang." katanya dengan tawa yang sumbang. Raut wajahnya pias dengan tangan yang memetik senar gitarnya secara tidak beratur.

Banyak yang suka padanya, banyak yang mengejarnya. Namun, kenapa hatinya enggan untuk mencari yang baru? masih rindu dengan sang pemilik hati yang rupanya saja sudah tak berbentuk.

"WOI RONN." suara cempreng itu membuyarkan lamunan Baron, membuat Dia menoleh kearah asal suara. Kriwul, datang dengan tidak sopannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Gue cariin lo di Mang Kumis, ternyata ngamper disini."

Warmis atau Warung Mang Kumis adalah sebutan untuk penjaga kantin sekolah yang memiliki kumis tipis diatas bibirnya dari teman-teman Baron. Namun entah kenapa disana hanya terisi oleh cowok, jarang anak cewek berani ke Mang Kumis karna pastinya akan digoda oleh cowok disana.

"Ada apa?" ujar Baron sembari menaruh gitar ketempat asalnya.

"Ngumpul lah kang di Warmis sama anak-anak yang lain, sendiri mulu."

"Disukain setan cewek kapok lo."

Melirik malas kearah Kriwul, "Cocot lo yang dicipok setan"

"Njing, bibir seksi gini mana steril buat setan" sentak Kriwul dengan raut muka yang bergidik ngeri.

Kriwul membayangkan bagaimana kondisi bibirnya nanti, apa seperti orang struk? Tetangganya pernah bercerita, dulu anaknya ditabok setan dan berakhir dengan kondisi bibir yang menyamping. Di tabok saja sudah seperti ini, apalagi nanti jika dicipok? Tidak tidak, Kriwul tidak mau. Bagaimana jika barisan adek kelasnya nanti akan lari terbirit-birit ketika melihat bibir baru Kriwul?.

"Lo mau sampai kapan disitu? Nunggu dicipok beneran lo ye" suara Baron masuk merusak lamunan Kriwul, dirinya tidak sadar jika Baron sudah berjalan keluar dari ruang musik. Keasikan membayangkan yang enggak-enggak.

"RONN RON! TUNGGUIN GUEE" seru Kriwul dengan langkah tergesa menyusul Baron yang sudah hilang dari jangkauan matanya.

* * *
     Warung Mang Kumis, Warmis.

Baron memperhatikan desakan demi desakan didepannya, malas sekali jika harus berdesakan dengan yang lain.

"Udah dipesenin sama Mas Ben makanan lo, tinggal ke meja pojok aja"

BARONTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon