#4 Another Man | 8

479 109 8
                                    

Kedua bola mata Hae In menatap tajam ketika Teddy Big mulai menjelajah semua ruangan, dia tidak bisa membiarkan Woong dan teman-temannya begitu saja. Bagaimanapun kejadian ini akibat ulahnya sendiri, semua penghuni sekolah ini tidak layak dijadikan mangsa oleh Teddy Big.

"Bisakah kamu disini saja dan segera menelpon polisi? Aku akan pergi untuk melindungi teman-teman yang lain." pinta Hae In pada Ji Soo.

Tangannya akan melepas genggaman tangan Ji Soo, namun yang terjadi adalah Ji Soo kembali menarik tangannya dengan kuat. Membuatnya segera berbalik dan menatap bingung pada wanita cantik dibelakangnya ini.

"Wae?" tanya Hae In masih bingung dengan sikap diam Ji Soo.

"Bisakah kita diam hingga bantuan dari polisi datang?"

Hae In mulai menyadari jika tangan Ji Soo mulai gemetaran, dia lantas balas menggenggam tangan itu dan menarik Ji Soo ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan wanita itu setenang mungkin, menepuk punggung Ji Soo dengan lembut.

"Aku seorang polisi, menghadapi pria semacam Teddy Big sudah biasa kutangani. Aku berjanji akan baik-baik saja."

Mendengar penuturan Hae In membuat Ji Soo segera mengangguk percaya akan ucapan pria itu, Hae In lantas melepas pelukan mereka dan memegang kedua bahu Ji Soo dengan keras.

"Jangan berbuat yang aneh-aneh dan menganggu konsentrasiku, pastikan setelah aku mengejar Teddy kamu lindungi murid-murid dan membawanya ke tempat yang aman. Arraseo?"

Kepala Ji Soo mengangguk dua kali sebelum Hae In tersenyum dan berbalik badan untuk menghadapi Teddy Big seorang diri. Membiarkan Ji Soo berdiam diri di ruangan Laboratorium untuk segera menghubungi polisi atau siapapun kenalannya.

Dengan langkah mengendap dan selalu menempel pada dinding, Hae In berjalan untuk memasuki ruang kelasnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dia bisa memasuki pintu keluar ruang kelasnya sendiri. Dia sedikit hafal akan desain ruangan tersebut, jika teman-temannya tidak melakukan improve pada ruangan itu. Mungkin dia bisa menangkap Teddy dengan cepat, sepenglihatannya pria itu tidak memiliki kemampuan beladiri yang baik.

Semoga.

Bibir Hae In kembali mengumpat ketika melihat tumpukan ban dan karung yang memenuhi salah satu lorong, kesal dengan idenya sendiri yang mendesain lorong terakhir seperti pusat latihan di sekolah kepolisian. Dengan perlahan dia melewati tumpukan ban tersebut, segera mencapai lorong selanjutnya.

Nafas Hae In sedikit tersengal ketika dia berada di area delapan pintu yang mana hasil ide Woong untuk mengecoh pengunjung yang memasuki labirin kelas mereka. Tangannya menggaruk kesal kepalanya yang tidak gatal, otaknya mulai bekerja untuk mengingat gambar yang dia sudah kerjakan beberapa hari yang lalu.

Setelah mengingat dengan baik, dia lantas membuka pintu yang berada di belakangnya. Sedikit mengendap untuk tidak menimbulkan suara, dirinya seketika terdiam ketia mendengar bunyi langkah kaki. Dengan segera dia berjongkok, mencari peralatan yang bisa dia gunakan sebagai senjata.

Sial.

Kenapa di kondisi seperti ini dia tidak memiliki senjata apapun.

Kerutan kening Hae In menghilang ketika matanya menangkap keberadaan tiga orang yang memasuki lorong yang mengarah kepadanya. Matanya mengerjap saat melihat Air Nailer terletak begitu saja disampingnya, bersyukur banyak paku yang tertinggal juga disana walau pergerakannya terbatas karena panjang kabel tersebut yang pendek.

"Hya, ayo kita belok ke kiri." ucap salah satu dari mereka, yang memiliki kepala pelontos.

"Kamu saja, aku akan bergerak kesini."

Short Story Of HaeSooWhere stories live. Discover now