#3 Still Alive | 3

635 128 7
                                    

"Anda bukan anggota NIS, kan?"

Park Byung Soo tersenyum meremehkan, "Aku sama sekali tidak memiliki kewajiban untuk menceritakan apa pekerjaanku kepadamu."

Hae In mengedikan bahunya, "Lalu, apa yang anda mau?"

"Hal sederhana, kamu harus menyelesaikan gelar Doktor selama 6 bulan, lalu bergabung dengan Intelijen Keuangan. Kamu akan bekerja di beberapa Bank Swasta untuk mengungkap dana yang dialirkan kepada kelompok Utara."

Mata Hae In memandang cukup tajam kepada Byung Soo, "Apa ini tugas rahasia?"

"Tentu saja, hanya kamu dan aku yang tahu. Atasanmu di tempat bekerja nanti pun tidak boleh tahu jika kamu bekerja untuk kami, termasuk orang-orang yang kamu cintai."

Hae In masih mengingat dengan jelas isi percakapannya dengan Park Byung Soo, satu tahun yang lalu. Setelah percakapan keduanya selesai, beberapa hari kemudian dirinya sudah terdaftar sebagai mahasiswa strata tiga di SNU untuk melanjutkan riset disertasinya. Dengan otak jeniusnya dia bisa mengejar ketertinggalan semua materi dengan cukup cepat, membuat beberapa dosen mengagumi akan kemampuannya.

Bunyi tanda menyeberang mulai menyadarkan Hae In dari percakapannya dengan Byung Soo, dia segera melangkahkan kakinya untuk menyeberang dan menuju gedung puluhan lantai yang sudah menjadi tempatnya bekerja selama satu tahun belakang ini. Hae In tersenyum ketika Lee Jung Ha-pegawai keamanan gedung-menyapanya dengan ramah seperti biasa.

"Selamat Pagi, Hae In-ssi." sapa pria berusia 55 tahun itu.

Hae In membalasnya dengan ramah pula, "Selamat pagi juga, ahjussi."

"Kamu sudah sarapan?"

"Ne, tentu saja. Aku tidak akan diijinkan bekerja oleh kekasihku jika aku tidak sarapan terlebih dahulu."

Jung Ha tertawa renyah, "Dia benar, kekasihmu pasti wanita yang pintar."

Hae In tersenyum lebar ketika kekasihnya dipuji begitu saja, dia baru ingat jika harus mengabari keberadaannya yang sudah tiba di kantor kepada Ji Soo. Jika tidak dilakukan, maka gadis cantik itu akan memasang wajah seram dan tidak mau berbicara kepadanya. Jika disuruh memilih antara membuat Ji Soo marah atau repotnya dia harus mengabari, Hae In pasti akan memilih repotnya memberi kabar dimana dia selalu berada.

Kim Ji Soo dan rasa cemasnya adalah kombinasi terhebat dalam hidupnya.

"Ne, kalau begitu aku keatas dulu ahjussi. Selamat bekerja, annyeonghasseo." pamitnya dengan ponsel yang sudah dia genggam dan akan mengirimkan pesan pada Ji Soo jika dia sudah sampai dengan selamat di tempatnya bekerja.

>> Oke, selamat bekerja. See ya at night, honey.

Senyum Hae In mengembang sempurna ketika membaca pesan balasan yang cukup cepat itu, padahal dia tahu jika Ji Soo kini sudah berada di rumah sakit tempatnya bekerja dan pasti tengah disibukkan dengan mengontrol para pasien. Tapi gadis itu masih sempat membalas pesannya lengkap dengan emoji yang selalu membuat paginya dimulai dengan tertawa.

Selamat bekerja juga untukmu, bunny. <<

Hae In tidak keberatan sama sekali dengan aktivitas kecil itu, dia masih memiliki banyak waktu untuk pekerjaan lain. Hal yang paling dia hindari di dunia ini adalah membuat orang yang dia cintai mencemaskannya. Dia sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini sejak lahir, hidupnya selalu sendiri tanpa ada orang lain yang selalu menanyakan keberadaannya.

Untuk mendapatkan seorang Kim Ji Soo sangat tidak mudah, dia harus bersabar menunggu selama enam bulan sampai wanita cantik itu menerimanya sebagai kekasih. Mendapati Ji Soo sebagai kekasihnya adalah keputusan yang sangat tepat untuk hidupnya dan dia sangat bahagia akan hal itu.

Short Story Of HaeSooWhere stories live. Discover now