29. Ikatan Halal [End]

36 7 1
                                    

"Cinta tak akan menghalangi jalan siapa pun untuk berlabuh, ia akan tepat sasaran dengan sendirinya tanpa diminta."

My Rafka, Mei 2022

***

Ruangan megah bernuansa putih dan ada beberapa helaian daun buatan ikut menghiasi. Beberapa tamu undangan dengan setelan jas hitam berada di sana. Kedua mempelai pun sudah siap dengan riasan sejak beberapa menit yang lalu. Di mana Rafka dengan setelah jas warna hitam dan celana warna serupa dan Shafa yang memakai gaun putih dengan anggun.

Mereka berada di lain ruangan karena Shafa tidak akan bersama Rafka jika beluk mengucapkan kalimat sakral dengan ayahnya yang didampingi penghulu. Hati Shafa cukup berdebar kencang saat mendengar suara penghulu yang memulai ucapannya.

"Saya terima nikahnya Mahreen Shafana Al-mahyra binti Doni Saputra dengan seperangkat alat sholat dan mas kawin dibayar tunai," balas Rafka pada penghulu dengan lancar.

Rafka mengucapkan hamdalah dalam hati ketika semua saksi mengucapkan sah. Begitu pun dengan Shafa yang berada di ruangan sebelah yang mengucapkan syukur di dalam hatinya. Akad pernikahan pun telah berlalu, Keisya menuntun gadis cantik itu untuk menemui Rafka.

Rafka yang melihat gadisnya berjalan dari ujung tangga tak bisa mengedipkan matanya karena aura kecantikan Shafa yang memukau. Setelah sampai di hadapannya, Shafa langsung mencium punggung tangan Rafka dengan lembut. Kemudian, lelaki itu membalasnya dengan mencium kening perempuan itu dengan penuh kasih sayang. Sorakan dari beberapa tamu pun ikut meramaikan keromatisan mereka berdua.

"Terima kasih, sudah menghalalkan aku, Kak." Shafa mengucapkan kalimat itu penuh haru, dirinya tak menyangka akan berada di ikatan halal dan suci bersama Rafka.

Rafka tersenyum dan mengusap pipi gadis itu. "Aku juga berterima kasih, kamu sudah mau menerimaku apa adanya. Terima kasih sudah membiarkanku menjadi teman hidupmu dalam kondisi apa pun," sahut Rafka dengan lembut.

Shafa mengangguk mendengar kalimat panjang itu. Sebenarnya dirinya juga banyak ucapan terima kasih yang belum terucapkan. Begitu pun dengan Rafka yang sudah lama ingin menjadi kekasih gadis itu dan memilihnya sebagai pendamping hidup. Kini semua doanya terwujud, ia telah memilikinya dan berjanji dalam hati bahwa tidak akan membuat perempuan itu bersedih sedikit pun.

Selang tiga jam, acara resepsi pun dimulai. Banyak teman-teman kampus mereka yang turut hadir ke acara pernikahan tersebut. Ada beberapa teman mereka yang mengatakan bahwa keduanya adalah pasangan yang serasi. Ada juga yang merasa iri karena bukan orang lain yang memiliki Rafka.

Fadlan menaiki panggung untuk mengucapkan selamat pada sang adik. "Selamat, Sayang. Semoga selalu bahagia," ucapnya pada Shafa seraya mencium kening adiknya itu. 

"Terima kasih, Kak." Shafa memeluk cowok itu dengan air mata yang menggenang.

Cowok itu beralih pada Rafka dan memeluknya sesaat untuk pertama kali. "Selamat, mulai sekarang tugasku sudah selesai dan aku serahkan adikku ke kamu untuk menjaganya. Jangan biarkan dia kehilangan senyum indahnya," lanjut Fadlan pada adik iparnya. 

"Aku akan melakukan tugasku dengan baik," sahut Rafka sambil mengelus kepala istrinya.

Shafa tersenyum bahagia melihat kedua pemuda itu tidak lagi saling melempar tatapan tajam dan penuh amarah. Kali ini ia bisa melihat tatapan lembut keduanya. Mereka sama-sama sosok lelaki hebat bagi Shafa karena telah melindungi dirinya dengan baik.

"Keisya ke mana, ya? Dia udah mengucapkan selamat ke kamu belum?" tanya Fadlan membuat pengantin baru itu mengerutkan alis heran.

"Kakak tumben nanyain Keisya? Paling dia lagi makan atau apa," balas Shafa sambil menatap kakaknya penuh selidik.

"Jangan-jangan mulai ada main sama sahabat kamu, nih, Sayang," timbrung Rafka menggoda cowok itu.

Fadlan memutar bola mata. "Kalian apa-apaan, sih? Nyesel nanya ke kalian!" sungut Fadlan dengan raut wajah yang kesal membuat mereka tertawa bersamaan. Fadlan pun turun dari panggung karena lelah menghadapi adik-adiknya itu.

"Tumben banget, sih?" Shafa menggelengkan kepala tak habis pikir, biasamya kakaknya itu tak pernah bertanya soal wanita.

"Sudahlah, jangan dipikirin," kata Rafka mengedikkan bahu. "Ada yang lebih penting buat kamu pikirkan," lanjut lelaki itu membuat Shafa menoleh.

"Apa, Kak?" tanya Shafa penasaran.

Rafka mencubit pipi gemas cewek itu karena ia terlalu polos baginya. "Yang berdiri di hadapan kamu ini perlu dipikirkan setiap saat," sahut cowok itu tersenyum.

Shafa tersenyum malu, ia mencubit pinggang suaminya itu dengan sengaja. Berani sekali menggodanya sehingga membuat orang yang cukup dekat dengan panggung itu berseru pada mereka. Rafka pun meringis karena cubitan kecil itu, ia malah tambah tertawa kecil melihat sang istri menutup wajah menghadapnya.

Rafka membuka telapak tangannya dengan pelan, lalu menatap wajah Shafa yang berseri dengan teliti. Ia benar-benar bersyukur bisa memiliki gadis baik itu. Mulai sekarang ia akan memulai hidupnya yang baru dan akan mengubur semua perlakuan buruknya. Bahkan, ia berjanji akan menyayangi perempuan berhijab itu sebagai tebusan karena telah banyak menyakiti hatinya.


-Tamat-

________

Terima kasih atas dukungannya dan terima kasih sudah membaca cerita ini:) terima kasih sudah menjadi penyemangatku dalam menulis:)

Jangan lewatkan cerita berikutnya  (Keisya dan Fadlan)!!!

See you next story bby❤😚

Bondowoso, 17 Mei 2022

My Rafka [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang