+1

3.5K 193 14
                                    

WOI WOI !! UHUY 400 REBU BRODIH

VOTE NYA LAH YEEE, EMAN-EMAN BACA DOANG VOTE NYA ENGGAK.

CUSS BACA LOPYU








-•••••••••••-

"Jadi?"

Alena mengerutkan keningnya bingung, ayolah pikirannya sedang kalut sekarang ditambah dengan Alfin yang dengan tidak jelas bertanya seperti itu membuat kepalanya semakin pening.

"Apa?" tanyanya tidak paham.

Alfin terdengar menghela napas, tampak sekali laki-laki yang ternyata adalah kakak kandungnya itu lelah, wajahnya yang tadinya sumringah saat bertanya kepadanya kini terlihat masam. "Jadi kamu pilih siapa?" Kata Alfin lagi menjelaskan maksudnya.

Kini berganti, Alena yang menghela napas. Dirinya juga tidak tahu, harus mengambil keputusan yang bagaimana untuk menanggapi ajakan dua laki-laki yang kini sedang berada diruang tamu rumahnya dan mengobrol akrab.

Bisa-bisanya mereka dalam situasi seperti ini malah berbincang layaknya sahabat dekat.

"Nggak tau lah, aku nggak bisa kalau disuruh milih-milih," jawabnya putus asa, sampai kapanpun sepertinya pilihan ini hanya akan menjadi pilihan.

"Kenapa gitu?"

Alena membelalakkan matanya, menatap Alfin dengan matanya yang hampir saja keluar, "Kenapa? Masih tanya kenapa?" geramnya.

"Ya maksudnya kan mereka baik, ya kamu tinggal pilih yang mana," Alfin menjelaskan maksudnya dengan telunjuknya yang menunjuk kearah sofa yang lumayan berjarak dari tempat duduk mereka.

"Ya itu dia, karena mereka sama-sama baik kan jadi nggak bisa milih," gumam Alena yang masih bisa didengar oleh Alfin.

"Mau dua duanya aja boleh nggak sih?" tanyanya yang mengundang tatapan horor dari kakaknya itu.

Alfin menatap intens wajah Alena yang terlihat biasa saja setelah mengatakan hal yang hampir membuat jantungnya lompat, "Maruk! Manusia begini nih yang bikin kaum jomblo merajalela."

Alena terkekeh, pasalnya ia benar-benar tidak bisa memilih. Beberapa minggu yang lalu setelah dari makam Bara mereka pulang kerumah, betapa terkejutnya mereka saat melihat mobil biru tua yang tak lain dan tak bukan adalah milik Tristan. Saat mereka masuk mereka semakin dibuat terkejut, ruang tamu sudah ramai dengan orang-orang yang menggunakan pakaian rapi tak terkecuali Tristan yang terlihat tampan dengan pakaian semi formalnya yang memadukan antara celana jeans dan kaos lalu jas hitam yang melekat di tubuhnya menambah kesan dewasa seorang Tristan.

Awalnya Alena sudah mantap mengantungi jawaban 'ya' untuk pertanyaan Rafi, namun saat melihat Tristan yang memberanikan diri datang kerumahnya dengan keluarganya untuk melamarnya Alena menjadi bimbang.

"Ya habisnya gimana? Aku nggak bisa nih disuruh milih yang begini-begini."

"Ya terserah sih, aku mah dukung aja keputusan kamu. Toh mereka juga sama-sama baik seperti yang kamu bilang, jadi mau sama Tristan ataupun bang Rafi fine-fine aja," Alfin mengangguk-anggukkan kepalanya saat berkata demikian.

Alena semakin kalut sekarang, kakaknya ini bukannya membantu atau bagaimana malah membuatnya semakin bingung. Lagipula jika dipikirkan, ia masih terlalu muda untuk memikirkan masalah seperti ini.

Melihat Alena yang hanya diam dan tidak merespon ucapannya membuat Alfin kembali membuka mulutnya, "Ini nih, dulu aku ada rencana sama bang Bara. Kita mau buat lomba buat mereka, jadi nanti siapa yang menang bisa jadi sama kamu," tangannya kembali bergerak menunjuk Rafi dan Tristan yang masih duduk disana, terlihat bibir laki-laki dihadapan Alena ini tersenyum tipis.

AFIA or ALENAWhere stories live. Discover now