tiga puluh sembilan

6.2K 458 3
                                    

Setelah mendengar semua penjelasan Rafi tentang Alen, kini Alena berada dikamar rosa, "Maaf mah..." Ucapnya setelah lama diam.

"Iya maaf kenapa? Kamu dari tadi minta maaf terus." Tangan Rosa terulur menghapus air mata putrinya. "Kenapa?"

"Makasih mamah udah mau rawat aku, aku gak tau diri banget ya mah?"

"Hey, kenapa sih? Ada masalah disana? Kamu dimarahin lagi sama mereka?" Rosa membenarkan posisinya, berusaha duduk.

"Enggak, mereka baik kok." Jawabnya membuat Rosa tersenyum lega.

"Tapi enggak." Lanjutnya.

"Hah? Gimana maksudnya?" Tanya Rosa tak mengerti.

"Kata Alfin mereka dulu sering nyiksa Afi, mereka sering lakuin hal-hal buruk yang buat Afi sakit, tapi yang paling parah,"

Rosa menunggu kelanjutan dari ucapan anaknya itu.

"Mereka usir Afi tanpa alasan yang jelas mah." Alena kembali menunduk, "Dan kalo emang bener aku itu Afi, aku mau bersyukur karena aku diusir dari sana." Alena menyeka air matanya lalu terkekeh, mendongak menatap Rosa yang kini tersenyum tulus.

"Aku bisa ketemu sama mamah, papah, kak Rafi, Kak Bara, semuanya."

Rosa masih setia dengan diam nya, hanya berniat mendengar cerita putrinya tanpa mau memotongnya.

"Maaf kalo sikap aku kemarin nyakitin mamah, aku kesel karena mamah gak cerita ke aku, aku marah." Alena menghela napasnya.

"Tapi kata Alfin aku salah, harusnya aku gak marah sama mamah, katanya biar gimanapun juga mamah udah rawat aku, mamah udah sayang sama aku, mamah yang udah bikin aku jadi orang yang kayak sekarang. Mungkin kalo aku masih disana aku gak akan kenal sama mamah, aku gak akan bisa ngerasain kasih sayang yang bener-bener buat aku bahagia, buat aku aman."

Alena mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Rosa, "Karena Alfin bilang gitu, aku jadi kesel sama mereka. Kesel kenapa mereka usir aku, kenapa mereka gak mau nerima aku, kenapa mereka sakitin fisik dan mental aku. Ya, walaupun aku gak ngerasain sakitnya karena aku amnesia sekarang, tapi denger dari cerita Alfin, dan dari apa yang aku liat dirumah itu kayaknya Afi kesiksa banget deh mah."

"Iya, mamah tau. Tapi kamu juga gak boleh marah sama mereka, tanpa mereka kamu gak ada disini Len..." Rosa mengusap lembut lengan Alena.

"Iya, kak Rafi tadi juga bilang gitu." Alena terkekeh saat mengingat betapa labil keputusannya, dan betapa lucu saat Rafi berusaha menjelaskan semuanya.

"Oh ya? Bagus dong."

Terjadi keheningan beberapa saat sebelum pintu terbuka dan menampilkan Harsa yang lengkap dengan keringat bercucuran serta sebagian besar baju putihnya yang basah dengan noda merah.

"Papah habis ngapain?"

"Iya pah, ngapain sampai basah begitu?"

Harsa menghela napas, "papah disembur sama Bar—"

"HUAAAA!!! PANAS ANJIR!!"

Belum sempat Harsa menjawab, teriakan itu mengalihkan mereka.

"Kenapa tuh?" Tanya Rosa.

"Aku keluar dulu mah, mau liat." Alena segera beranjak keluar, keningnya berkerut melihat Ryan yang berlari mengelilingi meja makan.

"Kenapa kak?" Tanyanya saat Grey melangkah kearahnya.

"Kena minyak, aneh emang." Grey menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan niatnya untuk mengambil tisu.

"Ayo ke dapur, kita buat bakwan." Grey menariknya.

AFIA or ALENAWhere stories live. Discover now