dua puluh dua

9.3K 766 5
                                    


"Nanti temenin gue ke makam Opa mau?" Tanya Alfin yang diangguki oleh Gita.

Seperti yang dikatakan tadi, hari ini adalah hari istirahat. Saat ini mereka sedang berada di kantin, Gita memakan mie instan pesanannya.

"Lo ga makan?" Tanya Gita di sela-sela kegiatan makannya.

"Engga, ga laper."

"Gita!"

Uhukk uhukk

"Eh?! Minum." Alfin dengan segera membuka botol air mineral dihadapannya lalu menyerahkannya kepada Gita.

"Gila lo!" Alfin memberikan tatapan tajamnya pada Cindy, masih ingat Cindy kan?

"Maap, gatau gue, itu si Alia bikin ulah lagi." Cindy memberitahu.

"Kenapa lagi dia?" Tanya Alfin, dari nada bicaranya terdengar Alfin sangat malas.

"Gatau deh, ayo cepetan!" Cindy menarik tangan Gita hingga sang empunya mau tak mau mengikutinya.

Alfin menghela napasnya jengah, 'ngapain lagi sih dia?' batinnya lalu mengikuti mereka.

Terdengar suara yang sangat ramai, lapangan sudah dipenuhi oleh siswa siswi yang berdesakan untuk melihat apa yang terjadi.

"Gita cepet pisahin!" Cindy mendorong tubuh Gita memasuki kerumunan itu.

Gita melebarkan matanya melihat Alia yang mengambil sebuah paku besar yang sudah berkarat dan mengarahkannya ke arah seseorang yang sudah tersungkur di lapangan yang mulai panas itu. Semua orang disana memekik panik dan takut sekaligus, tapi tak ada satupun yang berani melerai mereka.

"Astaga?! Lia udah!" Gita menarik Alia mundur saat melihat apa yang terjadi.

"Lepasin! Gue mau dia mati." Alia menggerakkan tangannya memberontak.

"Sadar Lia! Lo ga boleh gini!" Gita menarik Alia lagi. Gita semakin melebarkan matanya saat orang yang tersungkur tadi mendongak, mata orang itu sudah berair terlihat jelas raut ketakutan di wajahnya.

"Afi?"

"Lepasin gue Git!" Alia kembali memberontak.

Alfin yang baru saja sampai buru-buru menghampiri Alena, "Fi?!" Menyembunyikan tubuh Alena di balik tubuhnya.

"Lo apaan sih?!"

Pertengkaran itu tak jelas tak luput dari pengelihatan guru yang sedang lewat, guru itu menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" Tanyanya sedikit keras agar terdengar oleh semuanya.

"Mendadak bisu kalian semua?"

"Yang merasa terlibat, ikut saya ke ruang BK! Yang tidak, kembali ke kelas!" Guru itu lalu melangkah meninggalkan kerumunan.

Satu persatu yang tadi menonton kini mulai menjauh, tak mau terlibat dengan perselisihan itu.

Alfin membantu Alena bangun lalu menuntunnya, tak ada penolakan dari Alena sebab Alena tak mampu melakukannya, tubuhnya sangat tidak bertenaga sekarang.

"Bawa Git." Alfin melangkah lebih dulu, lalu disusul oleh Gita yang masih setia memegangi Alia.

Sampai di ruang BK, guru-guru yang berada disana menatap mereka kesal. Alia dan Alena dipersilahkan duduk oleh Bu Weni, guru yang menyuruh mereka ke ruang BK tadi.

"Kalian ini ya." Bu Weni duduk di hadapan mereka berdua.

"Eh?! Kamu adiknya Prafino kan?" Tanya Bu Weni sembari menunjuk Alena.

"Iya Bu." Jawab Alena lirih, masih berusaha menahan tangisnya mati-matian.

"Kalian terlibat juga?" tanya Bu Weni menunjuk Gita dan Alfin yang masih berdiri di ambang pintu.

AFIA or ALENAWhere stories live. Discover now