tiga puluh dua

7.2K 521 4
                                    

"Gak ada." Lagi-lagi Grey menghela napasnya.

Mereka sudah mencari kesana-kemari, ke tempat yang sering Bara datangi namun nihil.

"Balik aja deh, siapa tau Bara di rumah." Ryan yang sudah sangat lelah memilih duduk.

"Iya, Fi. Capek banget gue."

Rafi menghela napasnya lalu mengangguk. "Gue harus anterin Lena balik."

"Yaudah, kita balik dulu." Grey menepuk pundak Rafi lalu berlalu menuju mobilnya, disusul Ryan yang terlihat sangat lemas.

Menghela napas, Rafi menyusul mereka. Memasuki mobil lalu mobil itu melaju, kembali menuju sekolah.

Hening, tak ada yang membuai pembicaraan, perjalanan menuju sekolah hanya diisi keheningan dengan pikiran masing-masing.

Mobil Grey memasuki area sekolah, mematikannya lalu turun.

"Gue duluan." Rafi berjalan mendahului mereka, melangkahkan kakinya menuju kelas Alena.

Sesampainya disana Rafi kembali dibuat kesal, melihat Alfin yang sedang tertawa bersama Alena, mereka terlihat sangat bahagia. Bahkan Rafi merasa gagal menjadi seorang kakak yang tidak bisa membuat adiknya tertawa selepas itu.

Memberanikan diri untuk masuk, Rafi menepuk punggung Alena membuat sang empunya berbalik dan menatapnya.

"Ayo pulang." Rafi menarik tangannya, membawanya pergi dari sana tanpa menoleh sedikitpun saat Tristan memanggilinya.

"Kak Rafi kenapa?" Tanya Alena yang merasakan perbedaan dari kakaknya itu.

"Gapapa." Jawab Rafi berusaha tersenyum. Sungguh, Rafi sangat lelah sekarang, dari tadi pagi sampai siang ini ia berputar kesana kemari mencari keberadaan Bara namun tidak menemukannya, bahkan jejaknya saja tidak dapat ia rasakan.

Menghela napasnya Rafi meraih helm Alena dan memakaikannya di kepala adiknya itu. Menaiki motornya, Rafi menunggu Alena naik. Setelahnya motor itu meninggalkan area sekolah.

Alena menatap punggung didepannya itu, tangannya terulur untuk memeluknya, berusaha memberikan ketenangan untuk pemiliknya. Menyandarkan kepalanya Alena berbisik "Kalo ada masalah cerita ya kak, jangan gini."

Sesampainya di rumah, Alena segera menuju kamarnya lalu mengganti seragamnya dengan kaus dan celana panjang. Setelahnya ia turun dan menunggu Rafi di sofa.

Tadi diperjalanan pulang Rafi bilang akan lanjut mencari Bara, Alena sudah memaksa ingin ikut mencari kakaknya yang satu itu, tapi Rafi juga bilang bahwa ia akan mencari ke penjara, baiklah Alena kalah. Sekarang Rafi akan mengantarnya dulu ke rumah sakit.

"Udah?" Tanya Rafi yang menuruni tangga dengan tangan yang membawa handphone dan kunci motornya.

"Udah." Alena mengangguk.

Rafi tersenyum singkat lalu mengangguk, keduanya keluar menaiki motor itu lalu melaju pergi.

Dan lagi-lagi hanya ada keheningan, Rafi yang mood nya sedang buruk dan Alena yang tidak tau harus mengatakan apa membuat perjalanan keduanya ke rumah sakit hanya diisi oleh suara motor yang berlalu-lalang dan angin yang berhembus tipis.

Alena turun, melepaskan helmnya lalu memberikannya kepada Rafi. "Kak Rafi gak masuk dulu?" Tanyanya yang tidak melihat pergerakan dari Rafi.

"Aku langsung aja ya, Ryan udah nunggu. Pamitin aja ke mamah." Jawab Rafi kembali menyalakan mesin motornya.

"Yaudah, ati-ati jangan ngebut. Kabarin juga."

Rafi mengangguk, mengusap sekilas pipi adiknya lalu berlalu dengan motornya.

AFIA or ALENAМесто, где живут истории. Откройте их для себя