tiga puluh tujuh

6.6K 524 24
                                    

Rafi meletakan gelas berisi air berwarna kuning itu, melihat sekeliling matanya tak sengaja menangkap sosok tua yang turun dari mobil. Dilihatnya punggung yang sudah tidak lagi tegap bergerak memasuki rumah, matanya terus mengikutinya hingga hilang dibalik pintu besar. Setelahnya ia menatap Bara. "Bar." Panggilannya, Bara yang dipanggil hanya mendongak lalu berdehem.

"Lo liat nenek-nenek tadi gak?"

Bara menggeleng, "Nenek mana? Jangan nakutin lo!" Tanyanya setelah melihat sekeliling dan tidak melihat siapapun.

"Tadi yang baru masuk, gue pernah liat dia deh." Ucap Rafi tak yakin.

"Masa depan Lo kali."

Dugh

"Shh sakit bego!" Ringisnya saat kaki Rafi menendang tulang keringnya. Tangannya terulur mengusap kakinya sendiri.

"Gue liat dia kemarin!" Pekik Rafi saat mengingatnya. "Di makam nyokap lo." Lanjutnya membuat Bara mengerutkan keningnya.

"Lo yakin?"

"Kalian siapa?" Tanya seseorang membuat mereka menoleh, mereka serempak beranjak dari duduknya saat melihat seorang pria dengan jas hitam yang melekat ditubuh tegapnya.

"Kita bukan maling kok pak." Bara menyilangkan tangannya di depan dadanya. Rafi membelalakkan matanya terkejut dengan ucapan Bara, melirik pria itu lalu mengulurkan tangannya. "Kita kakaknya Alena pak, saya Rafi." Ucapnya memperkenalkan diri, lalu mengulurkan tangannya.

"Saya Bara." Sahut Bara.

Rafi menatap tangannya yang masih mengambang di udara, merasa tak mendapat respon dari pria didepannya itu Rafi segera menarik tangannya lalu tersenyum kecut.

"Bara?" Tanya pria itu menunjuk Bara. Rafi yang melihat pria itu malah menunjuk Bara semakin dibuat kesal, "Bara timur tenggara." Cibirnya kesal.

"Nathanielbara Pramudya pak, biasa dipanggil Bara." Bara mengulurkan tangannya namun pria didepannya itu hanya diam dengan ekspresi yang tidak bisa ia mengerti.

"Pak!"

"Eh?! Oh iya saya Arga papahnya Alfin." Arga membalas uluran tangan itu.

"Salken pak."

"Panggil om aja."

"Kalian gak mau masuk?" Lanjutnya bertanya.

"Disini aja om."

"Yasudah saya masuk dulu ya." Setelahnya Arga menjauhi mereka masuk kedalam rumah.

"Bapaknya Alfin ganteng anjir, berasa ngaca gue." Gumam Bara yang masih terdengar di telinga Rafi.

"Ganteng kalo jahat gak guna."

"Iye sih, jahat."

Alena menghentikan langkahnya, lagi-lagi ia dibuat terpana dengan kemewahan rumah itu. Kini ia sedang berada di dapur rumah besar itu. Dari tadi saat ia masuk banyak orang yang menyapanya, namun karena Alena tidak mengenal mereka ia hanya membalasnya dengan senyuman.

"Mau lanjut? Atau udah capek?" Tanya Alfin yang melihat Alena berhenti.

"Lanjut aja."

"Oke, kita ke kamar kamu mau?" Tanya Alfin.

"Aku ada kamar disini?" Tanya Alena balik dengan tatapan tak percayanya. Alfin hanya terkekeh lalu meraih tangan Alena dan menuntunnya menaiki tangga.

"Eitt! Mau kemana Lo?!" Gita mendorong Alia yang sejak tadi sudah memperhatikan Alena dan Alfin.

"Apaan sih?! Minggir!" Alia balas mendorong Gita.

"Gak usah ngacau deh Li!"

"Berisik deh lu! Pulang sana!" Alia mendorong Gita hingga tubuh itu terjatuh, lalu segera melanjutkan langkahnya.

AFIA or ALENAOnde histórias criam vida. Descubra agora