◉Antik?◉

10.2K 1K 44
                                    

HOLLA KITA KETEMU LAGI...
VOTE & KOMENNYA JANGAN LUPA..
◉▣◉
Happy reading
◉▣◉

Dengan langkah santai Evan menuruni anak tangga, pakaian yang di kenakanya terbilang cukup santai dengan rambut yang sengaja di acak acakkan, Reyhan menatap sinis Evan yang melewatinya.

"Sialan kayak lo ngak bakalan berhenti nyakitin Gio, Iri hati lo terlalu berlebihan, untuk di sebut manusia. " Evan mengeraskan rahangnya dan tangan mulai terkepal kuat, seakan siap menghabisi lawan bicaranya saat ini. "

"Lo udah kehasut setan letoy itu ya Bang? Terkadang gue kasihan liat lo, terlalu bodoh dan mau aja di jadiin babu sama makluk astral satu itu. Kapan sih mata jelek  itu bakalan terbuka lebar? Oh gue tau sampai adek lo ini
mati ya?.

Reyhan bangkit " Maksud lo apaan?. Lo yang letoy sialan, Ngak bisa apa apa, bisanya cuma nyusahin orang, bodoh dan lo-

"Lo apa ha? Lo jauh lebih bodoh dari gue" Evan langsung keluar dari rumah sekedar mencari udara segar. Udara di rumah sebesar ini hanyalah udara panas yang di buat oleh Gio makluk sialan, sekaligus tukang hasut seperti setan.

Satpam muda penjaga rumah menyapa Evan dengan hangatnya " Den Revan teh mau kemana?" Evan membalas senyuman itu tak kalah manis" Mau keluar jalan jalan Pak, tapi bingung naik apa? Bapak punya motor ngak, atau sepeda gitu?."Satpam itu tampak menggeleng ragu" Bukannya Aden ngak bisa bawa satupun kendaraan?".

Evan menjatuhkan rahangnya" Sebodoh itukah seorang Revan, oh no jatuh sudah harga dirinya.

Evan mengaruk tengkuknya yang tak gatal" Hehe, bukannya ngak bisa Pak, tapi males oh ya Pak barang barang itu mau di pindahin kemana Pak?" Tanya Evan mengalihkan suasana.

"Oh itu den, mau Bapak pindahin ke gudang belakang, rencananya kan besok bagasi rumah mau di perluas, Den Gio mau di beliin mobil keluaran terbaru sama Orang tua Aden. Emangnya aden ngak tau" Evan menghembuskan nafas malas" Gua aja sebagai anaknya ngak di kasih kendaraan, lah ini si letoy yang bukan siapa siapa dikasih mobil. Mana pengeluaran terbaru lagi, Fiks gue harus cari uang buat beli motor baru dan cari sirkuit balapan untuk mendapatkan uang. Karna ia yakin seorang Evan tidak pernah kalah dalam balapan jenis apapun.

Evan berpikir sejenak. "Biasanya ya kalo di gudang orang kaya kan banyak guci mahal tuh lumayan buat di jadiin bahan taruhan dan modal nyewa motor buat balapan, yaudah deh ngak papa gue berdebu di sana, yang penting gua punya uang" batin Evan.

Revan menawarkan bantuan kepada satpam muda itu, setelah di setujui akhirnya Evan membawa tumpukan kardus yang lumayan berat itu menuju gudang belakang.

Evan membuka kunci gudang dan matanya berbinar" Waw ini kan guci yang harganya 100 jt? Mana masih bersih lagi kalau gue jual sekarang buat nyewa motor aja lebih, bisa nih buat foya foya bentar. "

Evan meraih guci berukuran sedang, diangkat dan di sembunyikan guci itu dibalik jaket hitamnya. " Gua ngak mungkin bawa guci ini lewat pintu depan, bisa bisa gue di larang lagi. Kayaknya lewat tembok belakang bakalan aman deh" Ujar Evan lalu berjalan cepat ke arah tembok abu abu yang tidaklah terlalu tinggi.

Evan memanjat tembok itu dengan selamat. Tujuannya saat ini adalah toko barang antik, letaknya lumayan jauh dari rumahnya, dengan terpaksa Evan harus menaiki Angkot beberapa kali.

◉▣▣

Sesampainya di toko itu, sang pemilik toko menyambutnya dengan ramah. Pemilik sekaligus pengumpul barang Antik ini merasa tertarik dengan guci yang di bawa Evan.

"Apakah kamu mau menjual barang itu kepada saya?" Evan mengangguk cepat. Laki laki tua itu memeriksa guci tersebut dengan teliti, membawanya di tas meja dan di lihat dari ukiran untuk memastikan ini barang asli.

Evan menguap lebar" Kek, berapa lama lagi kau akan memeriksanya. Saya butuh uangnya untuk menyewa motor. " Tanpa rasa malu Evan mengeluh sedangkan laki laki itu menatap Evan tajam.

"Dasar bawel, ya saya percaya jika ini barang asli. bagaimana kalau saya membelinya 95 juta?" Evan berpikir sejenak, sebenarnya ia mengharapkan guci ini di harga 100 jt tapi bagaimana lagi. Lagian kan kurangnya cuma 5 juta.

Laki laki tua itu tertawa tiba tiba. " Kamu mengharapkan guci ini 100 jt? Baiklah akan saya penuhi.

Evan membelalakkan matanya kaget" Bagaimana Kakek bisa tau, kakek Cenayang ya!" laki laki tua itu menggeleng" Enak saja, Saya ini sudah tua dan saya bisa membaca isi pikiran seseorang dan termasuk kamu, oh iya saya juga tau kalo kamu bukanlah pemilik asli raga ini bukan?. "

Lagi lagi Evan kaget, hampir saja bola matanya menggelinding di lantai" Kakek ini manusia atau bukan? Kenapa bisa-

"Kamu tidak perlu tau, sekarang kamu hanya perlu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, saya yakin kalau kamu adalah orang baik, boleh saya minta no rekening kamu?"

Evan mengeleng cepat" Ngak punya saya kek, Kakek ngak ada uang cash gitu?" Ujar Evan ketus menampung tangannya ke arah Kakek tua itu.

Laki laki tua itu membuka laci kasirnya, menyerahkan beberapa amplop tebal pada Evan, untuk mencegah hal buruk yang terjadi. Laki laki tua itu memberikannya tas sandang dan memasukkan beberapa amplop uang ke dalam sana.

"Hati hati,  eh apa kamu tidak menginginkan skateboard itu? Saya sudah sangat bosan melihatnya" Evan melihat skateboar cantik itu" Berapa harganya?".

" Ambil saja, saya sudah muak dengan skateboard itu" Evan mengucapkan terima kasih yang banyak pada lelaki tua yang ramah. Sesampainya di rumah ia langsung masuk ke dalam kamar. Kata pembantu rumahnya para kakak kakaknya sedang berlibur di pantai untuk merayakan ulang tahun Gio yang ke 16, dan naasnya tidak ada seorang pun yang peduli padanya.

Evan mengotak atik ponselnya, menghubungi penyewaan motor dengan kualitas yang terbaik.

"Saya setuju dengan harganya"

"Kualitas nya harus baik, buat balapan soalnya"

" Anterin aja kalo bisa , oh iya masnya tau tempat balapan yang biasa di isi anak muda ngak?

"Oh baik saya tunggu mas.

Malam harinya🌛🌟

Reyhan dan yang lainnya tampak tertawa bahagia, menceritakan pengalaman mereka di pantai siang tadi, Reyhan benar benar tertawa melihat tingkah gemas Gio yang memainkan boneka beruang pemberiannya.

Raka melirik sinis ke arah Evan. bagaimana tidak pakaian yang di kenakan Evan terbilang brandal dan urakkan. Itu  bukanlah ciri khas si cupu Revan.

" Lo mau kemana?"tanya Riri dengan raut santai, lalu berdiri mendekatinya dan berbisik" Evan tersenyum mendengar bisikkan itu.

Raka menarik Riri dengan sangat kasar. Takut takut jika Riri sudah luluh kepada Revan. Bisa bisa Riri ikut ikutan jahat dan ikut membully Gio " Lo bisikkin apa sama sialan itu?

"Ya sesuatu yang ngak penting sih, yaudahlah ya, yuk lanjutin becandanya.

Evan mengedikkan bahunya acuh, keluar dari rumah menatap binar motor sport sewaan nya" Dah lama gue ngak bawa motor. Gimana ya tampang mereka setelah tau kalo gue meninggal? Siapa tau mereka nyesel atau malah bahagia. Awas aja kalo mereka bahagia gue pites kepala mereka satu persatu.

Satpam muda tercengang lebar melihat Tuan mudanya mengendarai motor Sport dengan lajunya" Saya teh ngak salah liat kan? Duh kebanyakan ngopi nih Saya. Jadi ngelantur gini penglihatannya.

Vote dan komen dulu..
Baru boleh geser ke bawah..
Udah follow akun ini belum?

Transmigrasi Evan  (Telah Terbit) Where stories live. Discover now