◉Khawatir◉

7.3K 587 64
                                    

HOLLA KETEMU LAGI KITA
JANGAN LUPA VOTE & KOMEN
◉▣◉
Happy Reading..
◉◈◉

" Brugh".

" Evan"Pekik mereka bersamaan, seraya menatap nanar Evan yang terduduk lemas, sembari memegangi leher yang terkena pukulan balok yang cukup keras.

Bukannya menangis atau berteriak Evan malah tersenyum, menatap gadis yang tengah menangis tersedu sedu dengan badan bergetar.

"Van lo luka. " Serobot Riri khawatir. Riri hendak menolong Evan namun Evan mencegahnya dengan isyarat tangan. " Gue gak papa kok Ri, lebih baik lo tolongin Resya kakinya luka parah. Bisa jadi kakinya retak karna tiga sialan itu. " Riri membalikkan badannya, melangkah pelan dan membantu gadis itu untuk berdiri tapi kembali jatuh.

"Lo bisa berdiri?. "

Resya termasuk salah satu siswi di Sma ini,tapi beberapa bulan terakhir Resya di skorsing atas tindakkan kekerasan yang di lakukan Nila, saudara tirinya yang kini sudah berlari meninggalkan mereka yang terluka.

Tapi tenang saja Raka dkk akan mengejar ketiga gadis itu dan membawanya ke ruang bk.

" Evan, kaki gue sakit banget. "Lirih Resya pelan. Evan beringsut pelan, meraba betis yang kini memar kemerah merahan.

Riri menggeleng kan kepalanya tidak habis pikir."Udah woi, kalau mau bucin jangan disini, Nanti aja kalau kaki sama leher lo berdua udah baikan.

◉▣◉

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju UKS, bau obat obatan sudah tercium dengan jelas di indra penciuman mereka. Beberapa suster penjaga uks datang dan membantu membersihkan luka memar yang mereka dapatkan.

" Van, beneran itu lo ngak sakit? Memar loh. "

Evan menoleh pelan ke arah Resya yang menampakkan raut wajah khawatir, terlintas ide jahil untuk mengusili gadis manis dan cengeng di depannya ini.

" Itu apa'an?" tanya Evan balik dengan wajah pura pura kebingungan.

Riri, sedari tadi gadis itu hanya memperhatikan mereka, sangking kesalnya dengan keharmonisan dua insan itu Ririlangsung bangkit dan  menoyor kepala Evan cukup keras. "Blo'on lo, dia khawatir anjir, lo malah kagak peka. Memang ya semua cowok sama aja. " Oceh Riri menatap Evan demgan tajam, sedangkan yang di tatap membalasnya dengan kata-kata yang menjengkelkan.

"Kenapa sih kalo cewek kesel ke cowok selalu bilang'  Semua cowok sama aja. 'nyenyenyey'. Basi tau gak, cewek itu aneh, baperan serba salah pokoknya aneh para cewek itu sudah mendarah daging.

Riri menunjuk Resya yang diam memperhatikan. " Lo tinggalin dia deh, Tu cowok kagak ada benernga. Bener bener aneh semejak kecelakaan dua bulan yang lalu. Dari pada nanti lo dimakan, terus di panggang pakai lidi lebih baik lo tinggalin dia terus lo cari cowok yang leb__

"Apa'an sih Lo, kalo lo emang kagak suka, mending pergi dari sini. Dan makasih atas bantuannya. Dari pada ngoceh kagak jelas.

Riri mendelik tajam menahan kekesalannya." Dasar kagak tau di untung. Udah di tolongin juga.

Riri hendak melangkah keluar UKS, tapi ia kembali masuk setelah mengingat kata Bundanya kemaren malam, tentang Evan. "Kenapa balik lagi lo. " Tanya Evan melihat Riri kembali menghampirinya.

"Idih, kepedean banget soh lo, gue cuma mau bilang Bunda kangen lo. Lo di suruh pulang. Tapi gue ngak maksa karna keputusan ada di elo.

Evan memejamkan matanya sejenak lalu menghembuskan nafas secara perlahan. Sebenarnya ia bisa saja kembali kerumah itu , tapi tantangannya kagak main main men.
Ada si Gio di sana, cowok lemes tukang fitnah dan cengeng." Lo kan tahu, gue ngak bisa tenang di rumah itu kalo ada Gio.

Transmigrasi Evan  (Telah Terbit) Where stories live. Discover now