◉Perubahan◉

12.1K 1K 90
                                    

KETEMU LAGI KITA
VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA YA.

Evan tampak melamun memikirkan raganya yang kini entah bernasib seperti apa. Apakah ia benar benar mati? Lalu bagaimana dengan diarynya.

Reyhan melangkah masuk dan menepuk pundak Evan pelan" Lo bengong in apa?" Tanya Reyhan santai.

"Bukan Apa apa" Sahut Evan singkat.

Reyhan menghela nafas dalam" Lo kenapa berubah gini?"

"Seharusnya lo sadar apa penyebab Gue kayak gini, Gue udah ingat semuannya, dan Gue benci lo" Tekan Evan membuat Reyhan terdiam seribu bahasa.

Dokter Bima masuk ke dalam ruangan lalu memeriksa keadaan Evan yang jauh lebih baik dari sebelumnya " Dok, saya udah boleh pulang kan?"Dokter Bima menganguk dan memeriksa sisa impus yang tersisa.

"Habisin dulu cairan impusnya baru kamu bisa pulang" Evan menganguk paham seraya menatap selang impus yang mengalir pelan. " Kalo aja itu impus bisa diminum pasti bakalan gue minum biar cepetan gue minggat dari sini.

▣◉


Evan berjalan santai memasuki rumah mewah yang sangat minimalis, hal pertama yang di lihatnya adalah Raka dan Riri, Kakak kembarnya. 

Evan hanya melirik sekilas, tahu sangat tahu jika mereka berdua sama sekali tidak menyukai Evan.

"Gua kira lo udah ke rahmatullah" Sindir Riri terlampau santai, sedangkan Evan hanya menatap gadis itu datar. Ingin sekali menghempas dan melemparnya tapi Evan harus ingat jika laki laki sejati tidak akan menyakiti perempuan.

Riri berkacak pinggang dengan mata melotot" Lo jangan sok sok an dingin deh, wajah lo jauh berbeda dari kami, jangan jangan lo anak pungut lagi. Muka lo jelek penuh jerawat apa lo ngak mampu ya beli alat alat perawatan?"Ejek Riri.

Evan benar benar sudah kepalang kesal menendang meja kecil di samping sofa.

"Bruk"

"Lo cewek apaan ha? Lemes amat tu mulut" Sindir Evan dan berlalu meninggalkan mereka yang cengo.

"Itu beneran Revan? Sejak kapan tu bocah bisa nendang meja? Kepentok meja aja nangis kejer" Gumam Riri.

Di dalam kamar Evan benar benar emosi " Keluarga apa'an sih ini ? Lebih parah dari nasib keluarga gue, kalo tau begini ogah gue nolong si setan sialan itu.

Evan mendengar dering ponsel di balik lemari, dengan langkah pelan ia mencari sumber suara" Ponsel siapa nih. " gumamnya lalu menekan tombol hijau.

" Gue minta lo lakuin semua cara agar keluarga lo benci sama lo, kalau bisa lo harus di usir dari sana. Dan kalau lo nolak lo  bakalan tau akibatnya. "Ucap seseorang dari seberang sana.

Evan mematikan ponsel itu cepat" Idih, ngak ada yang bisa nyuruh gue termasuk lo sekalipun. "

"Tok Tok"

" Iya siapa?"tanya Evan setengah berteriak.

Di luar terdengar gedoran pintu yang kian mengencang.

"Eh anjing buka ngak!" bentak orang itu dengan kerasnya, dan terdengar sangat marah.

Dengan tergesa gesa Evan membuka pintu perlahan namun di sambut hangat oleh bogeman mentah.

Transmigrasi Evan  (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang