28° B'

63 11 1
                                    

Rychell keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang terpasang ditubuhnya. Tak lupa handuk yang melilit rambutnya. Gadis itu melangkah dan duduk dimeja rias.

Matanya melirik Reya yang rebahan dikasur dari cermin meja rias. Merasa diperhatikan, Reya beralih menatap Rychell.

"Kenapa?"

"Ada hairdryer?"

Gadis itu beralih duduk dan mengernyit. "ada, cari disitu" lalu ia kembali baring.

Dengan perasaan dongkol, Rychell membuka lemari meja rias dan mengobrak-abrik isinya. Pindah disisi kirinya.

Setelah ketemu, ia mencolok kabel tersebut pada stopkontak yang ada didinding.

Gadis itu mulai mengeringkan rambutnya setelah membuka handuk yang melilit rambutnya.

"Lo...siapanya Al?" Tanya Rychell disela-sela berisiknya hairdryer itu.

Reya menghentikan tangan yang tadinya menari-nari diatas layar handphone.

"Penting banget?"

Gadis itu mengangkat kedua bahunya, "gak juga"

"Yaudah, tapi kalo lo mau tau..." Reya meletakkan handphone disampingnya.

"....tanya aja sama orangnya sendiri,"

Rychell mematikan alat pengering rambut tersebut dan menghela gusar. Lalu ia menyimpan kembali dan berdiri, dijemurnya handuk dan dibukanya bathrobe ditubuh dirinya.

"Tanya sama dia berasa tanya sama patung," balas Rychell dan naik keatas kasur.

Mendengar itu, Reya terkekeh. Lalu ia memutar tubuhnya menjadi menghadap Rychell. Ia tersenyum lebar membuat gadis dihadapannya ngeri.

"Ngapa lo natap gue gitu?"

Reya kembali terkekeh membuat Rychell heran. Aneh banget.

"Gausah khawatir, posisi lo gabakal gue ambil. Lo bakal jadi satu-satunya penghuni hati Ales"

Rychell mendelik dan memutar tubuhnya jadi menghadap dinding. Melihat itu, Reya tertawa lepas.

"Ciee, salting ciee" godanya membuat Rychell sedikit kesal.

"Berisik!"









|Marry|









Mata itu terbuka, kala tukang make up berkata bahwa dirinya telah selesai. Dirinya melihat cermin meja rias tersebut dan merasakan detak jantungnya berhenti seketika.

Tidak menor, dan natural. Memang dirinya minta agar dirias senatural mungkin. Melihat itu, Evanny menutup mulutnya.

Tak menyangka, jika menantunya secantik itu ketika dirias. Memang natural, dan bisa buat siapapun jatuh hati pada pandangan pertama. Apalagi baju kebaya yang terbalut ditubuh idealnya.

"Makasih mbak,"

"Sama-sama buk, coba berdiri dulu kak"

Rychell berdiri dan berbalik menatap Evanny. Mata wanita itu berkaca-kaca.

"Seandainya kamu putri mama, mama bahagia banget bisa liat anak mama nikah" ucapnya penuh haru membuat Rychell sedikit terenyuh. Ia teringat pada mamanya.

"Maaf buk, kak, ganggu haru kalian. Tapi ini sepatunya mau dipake atau nggak?"

Evanny tersenyum. "pake aja mbak, toh duduknya dikursi juga"

SURREPTITIOUS✓Where stories live. Discover now