2° B

288 22 0
                                    

Sumpah kalo bisa tenggelam dadakan, itu yang akan dilakukan Rychell saat ini. Nafasnya tertahan saat melihat kemurkaan sang papa yang berdiri dihadapannya. Lihat tali pinggang yang dipegang pria paruh baya itu, sangat panjang dan mampu membuat bulu kuduk merinding.

"Darimana aja kamu?! Pulang larut, bukannya belajar malah kelayapan!"

"Kamu pikir cari uang itu gampang hah?!"

Splash!

Mata cantik itu terpejam. Mata yang biasanya menunjukkan tatapan datar kini mengeluarkan liquid beningnya. Rasanya sangat perih, ia berani taruhan jikalau pahanya memerah bahkan membiru.

"Kamu membuat tamu papa menunggu sangat lama!"

"Kamu nyaris membuat mereka batalin saham ke perusahaan papa! Apa kamu mau jatuh miskin hah?!"

Gadis itu hanya diam tanpa bersuara. Karena sungguh, ia lelah dengan semua ini. Ia ingin mati saja. Kenapa rasanya sesulit ini?

°°°°°

Sesenggukan itu tak berhenti. Meskipun tidak begitu jelas, namun dapat dipastikan bahwa gadis yang memendam wajahnya dibawah bantal itu tengah menangis. Sangat disayangkan, karena ia membuang airmata hanya untuk orang yang sama sekali tidak memikirkan kebahagiaan dirinya.

"Biar kamu ada gunanya bantu papa buat dapetin saham itu, mengerti?"

"Kenapa Rychell? Kenapa bukan dia?"

"Karena dia belum sembuh, gausah bantah deh!"

"Tapi ma——"

"Papa sama Mama gak terima penolakan! Kalo kamu nolak, mending kamu keluar dari rumah ini!"

Gadis itu membuka mata dan menjauh dari bantal. Ia meraba hidungnya sendiri karena merasa ada yang meleleh. Bukan. Bukan ingus. Karena dibantal terdapat noda merah, sialan. Lantas ia langsung beranjak dari kasur dan masuk kedalam kamar mandi.

°°°°°

"Kyle, bagi dong jajannya. Pelit banget lo,"

"No! Ini aja gue kurang! Beli Sono dikantin, tadi diajak kagak mau!"

Rey mendengus kasar lalu membuka handphonenya. Ia mendapat pesan dari seseorang yang dekat dengannya beberapa hari ini.

"Si Rychell kemana? Kok belum Dateng?"

Rey mengalihkan pandangannya kearah Kenzo yang baru sampai. Mungkin dari ruang guru. Ah iya, Kenzo adalah ketua Futsal. Ia ditunjuk langsung sama pelatih Futsal dilapangan. Jadi tidak heran jika setiap pagi ia keluar-masuk ruang guru.

"I don't know, eh anak barunya udah Dateng belum?"

Kenzo mendelik. "udah, kenapa? Awas lo kalo macem-macem!"

"Apasi? Siapa lo siapa gue?" Acuh gadis dengan rambut sebahu itu sembari tetap memakan cemilannya.

Kenzo hanya berdecih lalu kembali duduk ditempat duduknya.

"Coba telpon Rychell," gadis lain yang duduk didepan Kenzo berbicara padanya. Pada Kenzo.

Gadis itu terlihat sedikit khawatir, padahal mereka hanya teman sebangku dan mereka tak pernah berinteraksi. Cukup heran, kenapa bisa mereka bisa begitu.

Kenzo menunjukkan cengirannya. "gue gaada pulsa,"

Gadis itu memutar bolamatanya. "Stingy"


°°°°°



Tok! Tok! Tok!

"Masuk,"

SURREPTITIOUS✓Where stories live. Discover now