Eps 25 Maaf

18 8 0
                                    


                          🥀🥀🥀
Kali ini Nadia menangis sejadi jadinya hingga tidak bisa lagi membedakan air mata melepaskan dengan menyesal pada keputusan diri sendirinya karena telah membuat sahabatnya kecilnya itu yang pernah Nadia cintai dari hati sejak ia belum peka dan masih jauh disana, namun kini ia sudah peka dan menyatakan perasaannya yang sesungguhnya pada Nadia bahwa telah mencintai sosok perempuan seperti Nadia tanpa syarat, lalu aku melepaskannya dan masih berharap dengan Ryan yang sudah jelas bakal bertunangan dengan orang lain tetapi aku masih ingin diperjuangkan lebih oleh Ryan karena aku sudah mencintai sosok Ryan lebih dari waktu aku mencintai sahabatku sendiri Adi. Dan kenyataannya, aku tidak bisa melepaskan Adi.
      "Aaaggghhh.. Nadia ada apa dengan diri lo?"
Hari itu Nadia kehabisan kata-kata untuk diri, karena hanyalah air mata yang tersisa terus mengalir tanpa henti hingga dia merasa sulit menemukan solusi yang terbaik untuk diri sendirinya.
      Begitu juga dengan Adi kehabisan kata-kata dan hanyalah tersisa air mata yang terus mengalir mengucur di pipinya Adi yang selama ini Adi terlihat kuat dengan kondisi namun saat ini Adi lemah bukan karena keinginan dirinya tetapi kenyataan yang memaksa dirinya untuk menjauhkan diri dengan Nadia. Sehingga Adi tidak fokus lagi dengan mengendarai mobilnya dan terjadilah kecelakaan yang fatal untuk Adi saat itu.
      "Nadia, lo masih mencintai Adi dan kenapa lo pilih melepaskan Adi dibandingkan Ryan?" Bertanya pada hati kecilnya.
Hingga tengah malam pun Nadia belum juga menemukan jawaban yang terbaik untuk dirinya yang lebih memilih melepaskan Adi dibandingkan Ryan, sampai membasahi bantalnya dengan cucuran air matanya yang terus mengalir. Dan seketika pukul setengah dua pagi, Nadia terbangun dan memutuskan untuk meminta ditengah malam lalu memohon kepadaNya untuk mendapatkan jawaban dan solusi yang terbaik untuk langkah terbaik buat Nadia kedepan menghadapi dengan tegar dan kuat.
      Keesokan paginya, seperti biasa Nadia bersiap-siap pergi ke kampus walaupun dengan mata pandanya dia tetap harus kuat pergi ke kampus karena jika diam di rumah saja tidak akan dia temukan jawaban dan solusi yang terbaik buat dirinya. Pagi ini Nadia tidak diantar dengan ayahnya melainkan membawa mobil sendiri karena dia ingin meluangkan waktu untuk dirinya sendiri.
     "Ayah, bunda.. pagi ini Nadia bawa mobil ya?"
Ternyata ayah masih menanggapi pertanyaan dari putrinya itu dan tidak memendam perasaan benci kepada putrinya itu.
     "Tidak sama ayah perginya?"
     "Nadia ingin bawa mobil ayah, kangen juga sudah lama tidak bawa mobil sendiri, boleh kan ayah?"
     "Boleh, hati-hati ya."
     "Terimakasih ayah, bunda Nadia pergi dulu ya. Assalamu'alaikum."
     "Wa'alaikumsalam."
Akhirnya Nadia melangkah dengan kedua kakinya yang kuat untuk terus melangkah ke kampusnya walaupun hari itu hari yang sudah berbeda dari kemarin. Dan dia pun mengambil kunci mobilnya yang berwarna merah dimana mobilnya itu pernah dibawa oleh Adi waktu itu untuk jalan bersama dengannya, lalu mobilnya itu penuh kenangan dengan Nadia saat waktu itu masih bersama sebelum dia pergi jauh ke Australia melanjutkan pendidikannya. Namun Nadia sangat kuat tidak menangis karena Nadia berharap kabarnya baik-baik saja.
    Sampai di kampus, Nadia pun memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ryan dan kebetulan Ryan pagi itu sudah sampai duluan dikampus. Kemudian Nadia turun dari mobil dan melangkah ke anak tangga menuju pintu utama kampus, lalu tiba-tiba disamperin oleh kedua sahabatnya yang selalu membuat dirinya ceria tetapi hari itu Nadia tidak bisa ceria lagi seperti dulu.
      "Hai Nadia good morning." Disambut Caca.
      "Nad, mata lo kok lembab? Abis nangis ya? Kenapa?" Tanya Angel.
      "Iya kok lembab? Kenapa Nad? Cerita dong." Pinta Caca.
      "Tidak kok, ini kemarin gue abis bergadang. Sudah yuk kita ke kelas lagi."
      "Nad, jangan sembunyi dari kita dong. Kita kan sahabat lo." Tutur Angel.
      "Tidak Angel, gue baik-baik saja kok.."
Angel pun menghela nafasnya.
      "Iya sudah deh, ayo kita ke kelas."
Dipertengahan jalan menuju kelas lantai 2, tiba-tiba Ryan menghadangi Nadia tetapi dia pura-pura tidak melihat sosok Ryan dan terus melangkah yang sedikit lagi menuju kelas.
      "Nad tunggu dulu, gue mau jelasin yang kemarin."
Nadia pun berhenti seketika.
      "Mau jelaskan apa lagi Ryan? Semua sudah cukup dan sudah jelas."
Ryan menggenggam kedua tangannya Nadia.
      "Nad, kita sama-sama dijodohkan dengan orang yang tidak kita cintai."
Nadia pun melepaskan tangannya dari genggaman Ryan.
      "Lo tau dari mana gue tidak mencintai Adi?"
      "Kalau lo mencintai Adi, kenapa lo menjauh darinya?"
      "Sudahlah Ryan, sekarang lo mau apa sih? Tidak usah bawa-bawa orang lain deh."
      "Gue mau lo hingga nanti."
Pas Ryan menyatakan perasaannya, seketika Riri memergoki kami dan kedua sahabat Nadia pun melihat ada sosok Riri yang memergoki Ryan menyatakan perasaannya ke Nadia.
     "Kita sudahi aja Ryan, gue tidak ingin persahabatan gue dengan Riri hancur karena cinta."
Nadia dan kedua sahabatnya pun meninggalkan Ryan yang masih berdiri tegar."
     "Nad, Nadia gue mencintai lo."
Gemetar kakinya Nadia untuk berhenti, sebab Nadia melihat jelas wajahnya Riri walaupun hanya beberapa langkah lagi menuju ke tempat Riri berdiri. Lalu Nadia pun menghela nafas perlahan dan mencoba membalikkan badannya menghadap kembali kearah Ryan.
    "Cukup Ryan, kita sudah selesai."

DUA PILIHANWhere stories live. Discover now