Eps 17 BERUSAHA TEGAR

25 18 0
                                    

"Tapi Angel, berusaha tegar tidak semudah kata-kata." tangisnya makin pecah.

Angel menghela nafas dan selalu menyediakan bahunya untuk sahabatnya itu meluapkan semuanya.

"Gue mengerti posisi lo Nad, gue juga pernah merasakan hal ini bahkan lebih berat dari ini." Angel menahan tangisnya agar ia tidak terlalu mengingat kejadian pahitnya waktu papinya masih mengenal miras dan tidak ada yang tahu kejadian itu termasuk sahabatnya sendiri.

Nadia melepaskan pelukan dari sahabatnya itu setelah mendengar suara hati Angel yang belum pernah ia dengar.

"Maaf Angel kalau boleh tau, ada apa dengan masa lalu lo?"

Angel menghela nafas dan memejamkan matanya untuk menahan tangisnya agar tidak menangis lagi karena masa lalu, sebab itu masa lalu yang telah banyak mengajarkan dirinya, papinya dan maminya juga.

"Waktu gue umur 5 tahun, papi gue minum-minuman dan hampir papi dan mami gue pisah." Angel berusaha menahan tangisnya tetapi tidak bisa.

"Gue minta maaf ya dan paling penting lo kini sudah bahagia."

Angel pun menghapus air matanya yang jatuh tanpa meminta.

"Makanya lo juga harus gitu Nad, harus kuat kalau akhir nanti lo bakal memilih untuk bahagia sama siapapun itu yang lo pilih."

Bergantian, Nadia pula yang menghela nafas perlahan dan mencoba untuk tenang bahwa semua akhirnya akan kembali baik-baik saja. Tidak lama kemudian, dosen mereka pun masuk ke kelas dan langsung memulai materi lanjutan minggu lalu. Ditengah keseriusan mereka sedang belajar, tiba-tiba ada notif wa dari nomor asing yang berisi "Gue tunggu dilapangan." Secara spontan Nadia langsung membuka handphonenya yang diletakkan disamping buku bindernya, lalu dia baca secara seksama dan memperhatikan nomor asing itu karena selama ini belum pernah dia temui nomor asing mengajak dirinya ke lapangan di sekitar kampus. Nadia pun mulai menduga antara Ryan atau Adi, tetapi jika Ryan nomor baru pasti ada kabar sedangkan Adi sejak dia di Australia setelah lulus SMA, tidak pernah lagi kontak-kontakkan, tetapi jika nomor asing ini adalah Adi darimana ia dapat nomornya Nadia. Nadia tidak membaca chatnya tetapi hanya membaca diluar chat jadi nomor asing itu tidak terlalu menaruh harapan untuk menunggu di lapangan, sebab Nadia tidak kenal dengan nomor asing tersebut. Konsentrasi Nadia pun jadi terbagi dua karena nomor asing tersebut, Angel pun melihat reaksi wajah sahabatnya itu bingung dan khawatir.

"Ada apa Nad?"

"Ada nomor asing ajak gue ke lapangan."

"Siapa?"

"Tidak tahu." Nadia menggeleng-geleng pelan.

"Yasudah biarkan saja Nad."

Akhirnya Nadia pun mengabaikan nomor asing tersebut dan mengembalikan konsentrasinya ke materi yang diberikan dosennya.

Tidak terasa waktu mata kuliah hari ini selesai dan seperti biasa mereka pergi ke kantin, baru keluar dari kelas tiba-tiba disamperin Ryan.

"Nad, temenin gue ke perpus yuk?"

"Oh iya gue lupa, sorry ya. Okey ayo guys."

Ternyata pas Ryan menyamperinnya, si Adi sudah ada dibalik sela-sela bunga dekat kelas yang tidak jauh dari keberadaan mereka tadi, dia berusaha chat lagi ke Nadia untuk ke lapangan.

"Sebentar guys, ada wa masuk."

"Siapa Nad?" tanya Ryan.

"Tidak tau, nomor asing tadi Angel."

"Sudah, blokir saja bisa jadi heaker." jawab Ryan.

Nadia membaca chat itu dengan fokus untuk mengetahui siapa pengirim chat tersebut, lalu dia menoleh kebelakang apakah Adi yang memintanya untuk ke lapangan.

DUA PILIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang