Eps 4 DIJODOHKAN TAPI?

37 28 8
                                    

Selepas mobilnya keluar dari pagar rumahku, aku pun masuk kedalam rumah dan tidak biasanya rumah ini sepi.

"Assalamua'laikum.. bun, ayah, dek.. mana kalian?"

Tiba-tiba ada mbok menghampiri aku dan seakan beliau ada sesuatu yang ingin menyampaikan padaku

"Non Nadia . . . "

"Iya mbok, ada apa mbok? Ayah bunda sama adek mana mbok?"

Sepertinya beliau rada-rada ragu untuk menyampaikan sesuatu kepada Nadia, aku pun semakin khawatir apa yang terjadi pada mereka. Tapi sebelum aku bertanya mbok sudah menunduk kepalanya seakan beliau takut untuk menyampaikannya, meskipun aku harus paksa mbok untuk menyampaikannya.

"Mbok . . . kenapa diam? Ayah,bunda sama adek mana mbok? Apa yang terjadi sama mereka mbok?"

Akhirnya . . .

"Non, non jangan marah ya. Mereka sedang berada di rumahnya Adi" Beliau menyampaikannya dengan patah-patah karena ayahnya non Nadia bakal menjodohkan putrinya dengan sahabat kecilnya itu.

Bukannya aku gak senang keluargaku bertemu dengan keluarganya, akan tetapi aku sama Adi saja konflik hanya karena satu masalah. Sekarang aku yang terdiam membisu dan duduk di ruang tamu

"Non, yang sabar ya..

Dengan kalimatnya beliau barusan, aku semakin bingung apa yang terjadi saat ini? Aku pun menatap mata mbok sedalam-dalamnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dan untungnya hanya beliau yang mengerti dengan perasaanku saat ini.

"Gini non, sebenarnya ayah sama bunda non Nadia udah punya rencana untuk menjodohkan non Nadia dengan Adi." Beliau menyampaikan hal ini pada Nadia semakin gugup karena aku pasti tidak terima dengan rencana orangtuaku sendiri, sebab ini bukan zaman siti nurbaya lagi.

Aku tahu beliau takut aku marah tetapi aku balas dengan senyuman meski dihatiku kesal

"Udah mbok jangan takut, terimakasih ya mbok udah kasih tahu good news pada Nadia."

Sebenarnya beliau juga tahu gimana perasaannya Nadia saat ini, tetapi dengan sandiwarannya non Nadia beliau cukup menghargai senyumnya putri majikannya.

"Udah dulu ya mbok, Nadia mau ke kamar dulu ..."

Aku pun menuju ke kamar dengan hati yang kesal, kesal karena aku tidak bisa menemukan tempat yang nyaman untuk meredamkan dua masalah ini.

Sungguh hanya ini yang aku tak mampu mengatasinya, aku tak bisa lagi harus melewatinya kenapa ini harus terjadi dalam hidupku? Aku ingin bahagia tanpa harus ada rasa rindu yang tak terbalas. Aaggghhh.. aku ingin bahagia! Ternyata mbok sudah mendengarkan ungkapan rasa kecewa dari sang putri majikannya itu, tapi beliau tidak menganggunya malah beliau meluangkan waktu untuk Nadia meluapkan kekecewaannya terhadap masalah ini.

Aku pergi melihat foto-foto dulu bersama dia di dinding kamarku, air mataku semakin deras menetes dipipiku. "kita memang sahabat yang kian lama tapi setelah kau pergi untuk masa depanmu mengapa rasa rindu ini datang disaat aku tidak mengundang kerinduan ini? Tapi mengapa saat kau datang kembali rindu ini berubah menjadi benci sebab kau tak pernah mengabari aku waktu kau disana, kenapa harus melalui orang lain aku mengetahui kabar darimu? Tapi kau tak pernah mengerti apa yang aku rasakan, dan yang paling aku sedih orangtua aku bakal menjodohkan aku dengan mu sedangkan kau yang membuatku selalu menangis tanpa henti. Mengapa harus kau yang muncul dalam kehidupanku? Dan kau harus tau aku ingin bahagia.."

DUA PILIHANWhere stories live. Discover now