Eps 24 BELAJAR MENERIMA

21 8 0
                                    

Maaf ya teman-teman sudah lama aku gak update cerita DUA PILIHAN ini karna kemarin lagi sibuk menyelesaikan tugas akhir proposal kuliah, doakan ya teman-teman biar semua bisa berjalan lancar Aamiin ya Allah
🌻🌻🌻

Nah sekarang aku sudah update cerita DUA PILIHAN Eps 24, bagaimana guys?
Semoga bisa kita ambil dari Eps 24 ini ya 😊😭


Walaupun beribu kata mohon dari bibir Nadia untuk berhenti memaksa Adi berhenti mengejar dikarenakan permintaan orangtua mereka untuk menikah paska pendidikan, tetapi Adi tidak bisa menjauh sebab ia sudah mencintai sosok perempuan sepertinya.
     "Baik, aku akan mencoba mengikuti apa yang kamu inginkan, aku sayang kamu tanpa syarat."
Adi pun pergi meninggalkan Nadia yang diam terpaku setelah mendengar ucapan sayang untuknya tanpa syarat, seakan membuat keputusan Nadia meminta berhenti memaksa tergoyahkan tetapi Nadia harus tegar dan terhadap keputusannya itu. Namun beberapa langkah Adi menuju ke arah mobilnya, seketika Nadia memeluk dirinya dari belakang seakan itu pelukan terakhir buat mereka berdua tetapi tidak ingin mengakhiri dari mereka berdua. Sedangkan Adi mencoba menahan air matanya dan menegakkan tubuhnya untuk memberikan penopang saat Nadia semakin erat memeluknya dari belakang.
     "Maafkan gue belum bisa menjadi sahabat terbaik buat lo dan mencintai lo seutuhnya." tutur Nadia.
Adi pun membalikkan badannya, memegang kedua jemarinya Nadia.
     "Nadia, mungkin kita perlu banyak belajar dalam hal ini dan memang tidak semudah itu dalam kata mencintai menjadi perbuatan, semua butuh proses."
     "Akankah aku bertemu sepertimu besok?" Menahan tangis.
     "Nadia, jika kita ditakdirkan besok aku bersamamu. Tapi jika tidak, aku ikhlas kamu sama pilihan kamu nanti, asal kamu bahagia."
Nadia sungguh tak tertahan lagi air matanya dan memeluk kembali dirinya sebagai yang terakhir tetapi tidak ingin berakhir.
     "Peluklah dengan erat, sebelum kita benar-benar menjauh selamanya." Permintaan Adi ke Nadia.
     "Dan aku sama sekali tidak membenci kamu, lalu aku pinta kamu jangan benci aku ya." Tangis yang tak terbendung lagi.
     "Aku mengerti, ada saatnya kita untuk berpisah sementara karena waktu memberikan kita untuk belajar semuanya dan kembali seperti awal dulu sebelum kita bertemu menjadi sahabat." Dewasanya Adi semakin terlihat didepan matanya Nadia.

Kemudian Nadia pelan-pelan menjauhkan dirinya dari dekapan pelukan hangatnya dan mencoba mundur beberapa langkah darinya, lalu mencoba menguatkan dirinya atas keputusan awalnya yaitu meminta dia berhenti memaksa walaupun masih ingin diperjuangkan lebih olehnya tetapi saat ini Nadia belum siap menerimanya dengan keadaan yang belum tepat saat ini.
     "Selamat tinggal Adi, thank you."
Nadia pun berlari ke dalam rumah, tangisan yang tidak terbendung lagi dan apalagi ditambah oleh marahnya ayah yang sudah mendengar percakapan mereka berdua tadi yang berakhir pahit.
     "Nadia berhenti kamu, apaan kamu ini? Kecewa ayah sama kamu."
     "Maafkan Nadia ayah, Nadia tidak sanggup." Pipi Nadia sudah basah dengan air matanya.
Selepas ia mencium tangan ayahnya yang sedang marah padanya, Nadia langsung menuju ke kamarnya dan menangis sejadi-jadinya.
     Sedangkan Adi sudah pergi meninggalkan rumah Nadia semenjak Nadia sudah masuk kedalam rumahnya, jadi saat ayahnya marah dengan Nadia, Adi tidak tahu karena hal seperti itu bukan ranahnya Adi yang belum siapa-siapa Nadia.
     Adi pun menyetir mobilnya kurang fokus hampir saja terjadi kecelakaan, namun saat Semesta masih menyelamatkannya Adi menghentikan sejenak mobilnya lalu kembali berfikir normal seperti biasanya agar tidak terlalu memikirkan hal tadi yang membuat dirinya hampir kecelakaan.
    "Lo pasti kuat Adi." Hati kecilnya bicara.

DUA PILIHANDove le storie prendono vita. Scoprilo ora