Eps 23 BERHENTI MEMAKSA

23 12 2
                                    

Saat Nadia sudah masuk kedalam rumah, seketika ayah memintaku untuk duduk bersamanya di ruang tamu dengan Adi dan bunda sekalian. Nadia hanya menunduk diam saja disamping bunda.

"Nadia, besok kita jumpai keluarga Adi ya?" Tutur ayah.
"Bolehkah Nadia meminta satu permintaan untuk ayah kali ini saja?"
"Apa Nadia?"
Nadia mendengus nafas pelan-pelan.
"Bolehkah Nadia memilih sendiri ayah?"

Sekarang ayah yang menghela nafas lalu melirik ke arah Adi sedangkan bunda hanya menunduk diam saja, karena bunda juga tidak ingin putri sulungnya itu merasa terbebankan dengan perjodohan ini.
"Kenapa kamu memilih sendiri Nadia? Padahal masa depan kamu sudah didepan mata kamu."

"Itu bagi ayah, bukan bagi Nadia."

Akhirnya Adi pun meleraikan perselisihan pendapat antara aku dengan ayah agar permasalahan ini tidak panjang. Sedangkan Nadia menangis diperlukan bunda yang menenangkanku.

"Yasudah gak apa-apa om, mungkin Nadia butuh sendiri dan Adi pamit ya om tante."

Sebelum Adi pergi, aku menahan dirinya untuk bicara sebentar ke taman didepan kolam renang rumahku.

"Sebentar, gue mau bicara sama lo didepan." Nadia beranjak dari sofa.
"Okey." Adi mengangguk pelan.

Pas Adi sudah berdiri di sampingku, aku pun tanpa basa-basi lagi langsung bertanya ke to the point.
"Kamu mencintai aku karena hati atau karena permintaan orangtua kita?"
Adi menggenggam kedua jemariku, lalu menatap mataku secara dalam.

"Nadia, aku tahu salah dan aku datang di saat kamu sudah mulai melupakan aku," belum selesai Adi bicara, Nadia langsung menanggapinya.
"Aku gak minta kamu meminta maaf atas kesalahan kamu, tapi aku cuman minta kamu mencintai aku karena hati atau permintaan orangtua kita? Cuman itu Adi."

Adi masih menggenggam kedua jemariku dengan erat seolah dia tidak ingin berpisah dengan Nadia. Dan Adi hanya menggenggam tetapi tidak bisa menjawab pertanyaan dari Nadia itu,
"Kenapa diam? Gak bisa jawab pertanyaan itu? Padahal simpel loh pertanyaannya."
Adi mendengus nafas pelan sambil menggenggam kedua jemariku.
"Bukan begitu, tapi aku gak mau pisah sama kamu Nadia Putri Kharisma Syafitri."

Nadia hanya tersenyum singkat saja didepan wajahnya Adi yang penuh harapan itu.
"Tidak mau pisah karena hati atau karena orangtua kita?"

Akhirnya Adi beranikan diri untuk menjawab pertanyaanku.
"Gue tidak ingin pisah karena hati." Menatap mataku dengan sangat dalam.
"Tapi kalau takdir memaksa untuk berpisah? Karena gue ingin bahagia tanpa terpaksa." Membalas tatapannya yang sangat dalam.
"Sampi kapanpun gue selalu ada buat lo." Tutur Adi.
"Kita memang selalu ada karena kita berawal dari sahabat dan tidak lebih untuk selanjutnya, itu kan janji lo dulu?"

Sepertinya Adi sudah mulai lelah dengan pernyataan dari Nadia yang meminta dirinya untuk berhenti memaksakan perjodohan tersebut, walaupun dia menjawab karena hati tapi itu hanya sekedar omongan saja untuk membuatku jatuh cinta lagi kepadanya.
Adi pun melepaskan genggaman dari kedua jemariku, lalu dia mendengus nafas pelan di depanku.

"Baik, mulai hari ini gue tidak memaksakan perjodohan kita lagi tapi ingat kalau lo balik ke gue lagi dan gue masih menerima lo."
Nadia hanya tersenyum singkat dan fokus ke matanya.
"Adi, Adi. Tentu gue selalu balik ke lo karena kita sahabat, karena sahabat tidak selalu jadi cinta sebab cinta tidak harus saling memiliki, seperti kita saat ini."
"Jadi lo masih cinta sama gue?" Tanya tulus dari Adi.
"Gue memang masih cinta sama lo dan lo juga cinta sama gue tapi kita hanya sekedar best friend forever."
Nadia melanjutkan terakhir penjelasannya kepada Adi.
"Selesai kan semua? Jadi mulai hari ini berhenti memaksa perjodohan kita karena gue ingin bahagia dan tenang."

DUA PILIHANحيث تعيش القصص. اكتشف الآن