Eps 2 DATANG TANPA MENGABARI

56 30 16
                                    

                  🌸🌸🌸

Kemudian aku menarik selimut, mencoba memejamkan mata ini untuk tidak terlalu larut dalam sebuah arti kerinduan yang sangat berarti bagiku saat bersamanya kemarin. Lelapnya tidurku, tidak sengaja mimpikan dirinya terlintas dalam tidurnya bahwa kalau ia sudah melupakannya disini. Nadia begitu sedih mendengarkan kabar dari teman-temannya, kalau ia memang sudah melupakannya disini. Nadia tak bisa berkata apa-apa, yang Nadia hanya bisa cuman meneteskan air mata ini dipipinya, ketika mendengar hal buruk itu barusan dalam mimpinya.

Hingga Nadia terbangun, bantalnya sudah terselimuti dengan linangan air mata. Betapa tak berdayanya bila hal ini, menjadi kesungguhan, Nadia berharap kau disana memang benar-benar tak melupakannya disini dan Nadia sangat sayang dirinya, semoga kamu juga merasa apa yang Nadia rasakan saat ini karna rasanya juga rasamu. Lalu Nadia usap air matanya, Nadia lebarkan senyumnya ini menatap langit yang kian mulai benderang siap menemani hari-harinya walau tak bersamanya disini.

Nadia langsung pergi ke kamar mandi tuk meluapkan segala kerinduannya di bawah shower didukung dengan air yang sejuk menerpa keseluruh tubuhnya. Setelah itu, Nadia membereskan dan membawa beberapa buku untuk hari ini kemudian Nadia turun kebawah menyapa orang-orang termanis dalam hidupku diiringi dengan canda tawa di meja makan.

Tepat pukul setengah tujuh pagi, Nadia siap berangkat ke sekolah bersama ayahnya dengan mobil kesayangan ayah yaitu Fortuner warna hitam. Ayah itu, orangnya juga asyik tapi banyak keselnya. Karena kalau sudah di mobil, ayah selalu membahas topik tentang Adi. Ayahnya selalu tanya, gimana kabarnya Adi sekarang? Gimana dia disana? Dan bla...bla...bla... dia yang mendengarnya sedikit terganggu, soalnya komunikasi dengan dia sudah tidak ada lagi. Nadia telepon via wa atau operator tidak pernah diangkat. Jadi saat ayah bahas soal Adi, kerinduannya muncul lagi plus diiringi dengan kekesalannya kalau Nadia telepon dia tidak pernah diangkat.

"Udahlah yah, ga usah bahas-bahas Adi lagi..!"

"Lah, emang kenapa? Kalian kan sahabat, bahkan sahabat dari kecil. Wajar ayah tanya kabar dia disana.. kalian kelahi?"

Nadia menghela nafas dan sabar menghadapi sifat ayah yang belum mengerti perasaan anaknya sekarang ini. Untuk menyembunyikan keselnya, Nadia menoleh kearah jendela kaca mobil. Ayah terus bertanya.

"Nadia, ayah tanya ada apa Nadia sama Adi?"

Tatapannya tetap kearah jendela kaca mobil.

"Ayah juga pernah kok berada diposisi kamu saat ini"

Nadia segera menoleh ke arah ayah yang tetap fokus ke jalan sambil ayah mencoba tuk mengertikan posisinya saat ini.

"Emang ayah dulunya kayak mana sih sama sahabat ayah?"

"Sebenarnya bunda kamu itu sahabat ayah dulunya."

"Hah! Jadi, sahabat itu bisa jadi cinta ya yah?"

Ayah mulai menceritakan kisah kasihnya waktu itu dan tidak ada sedikit pun kepikiran beliau kalau bunda adalah wanita terakhir yang diciptakan untuk ayah. Sejauh ayah bercerita, ternyata cerita ayah sangat persis dengan kisahnya dan Adi tapi bedanya Nadia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan dia.

"Jadi, kalau Nadia rindu itu wajar karena kalian kan dipisahkan oleh jarak tapi hati tidak pernah dipisahkan oleh jarak kan. Kalian itu masih sahabat cuman tidak bersama-sama lagi seperti dulu tapi yakin pasti ada saatnya kalian berkumpul seperti dulu."

Ayah menguatkan hatinya yang diselimuti dengan rindu yang hanya didalam hati.

Nadia hanya menundukkan wajah ini, untuk mencoba menguatkan rasa rindu ku ini padanya.

DUA PILIHANWhere stories live. Discover now