Eps 8 INGIN MENGERTI TAPI TIDAK DIMENGERTI

30 28 1
                                    

Kemudian, aku pun pergi meninggalkan mereka berdua di kelas dan aku pergi ke rooftop kampus untuk menenangkan hati dan pikiranku.

"Nad, mau kemana?" tanya Angel.

"Keluar bentar ..."

"Aduh gimana nii dengan Nadia Ngel?" cemas Caca.

Setelah aku sudah di rooftop, seakan apa yang aku rasakan hilang begitu saja dan aku pun merasa damai, hanya alam semesta yang mengerti perasaanku. Senyumanku pun kembali lagi seperti aku dilahirkan ke bumi ini, sungguh aku merasa tenang sekali disini dan aku ingin bahagia selamanya dengan orang-orang yang mengerti aku. Kubuka mata ini pelan-pelan dan melihat langit cerah seakan aku telah menemukan suatu kebahagiaan disana. Terimakasih semesta telah Kau turunkan rasa kebahagiaan tumbuh dalam hatiku, tanpa harus selalu bersama dengan ini aku sudah cukup bahagia. Tiba-tiba ada suara disampingku ...

"Lebih bahagia lagi, bila kita saling mengerti dengan orang yang pernah ada dalam hidup kita ..." tutur Ryan.

Tanpa kusadari

"Iya betul ..." Menoleh ke kanan, "Hah ... Ryan ngapain kamu kesini? Sama siapa kamu kesini?" tanya heran dariku.

Ia hanya tersenyum singkat merespon aku

"Tidak ada kok, tenang aku kesini sendiri ... btw ngapain kamu sendirian di rooftop?"

"Pengen bahagia tanpa ada beban sedikit pun di pikiran ... oiya, kamu tau darimana aku kesini?"

"Sahabat kamu, Angel dan Caca."

Wajahku tertunduk secara pelan dan perlahan kakiku mundur beberapa langkah menuju tempat yang terteduh dari paparan matahari, aku hanya menatap langit yang tetap setia menemaniku dalam keadaan apapun. Sungguh hari itu, aku merasa kehilangan arah karena dia, dia yang dulu tidak peka dan sekarang baru mengerti disaat hati ini mulai membencinya. Mungkin ini yang Namanya antara aku dengan Adi berada di waktu yang salah dan itu bukan hal yang mudah untuk aku lewati, aku tahu dia memang sahabat kecilku tapi tidak akan selamanya terus bersahabat seperti karena perasaan yang tumbuh tidak bisa kita atur. Haruskah aku yang mengakhiri semua ini?

Huft ...

Ryan mengerti apa yang kurasakan saat ini, tapi apakah semudah itu untuk berpaling? Meskipun dalam hati ini masih terukir indah namanya, apa sanggup raga ini menjalani cinta tapi tanpa dicintai dengan tulus? Sungguh hari itu juga hari yang terberat dalam hidupku, ternyata aku sedang berada di antara dua cinta.

"Ryan, aku mau nanya boleh gak?"

(Ia hanya menatap kesana seakan ia siap ditanya)

"Hmm ... kamu tahu gak apa itu sebuah ketulusan?" aku menarik bahunya Ryan dan meminta menatap mataku sedalam-dalamnya

Ryan berat menjawabnya karena ini berkaitan dengan masa laluku, tetapi dia mencoba untuk menjawabnya dan dalam hatinya ia berkata semoga jawaban ini aku terima.

"Ketulusan itu, kita benar-benar tulus mencintai orang yang kita cintai tanpa kita harus menyakitinya."

Aku coba bertanya lagi ...

"Kalau kita disakiti dengan diam-diam apakah kita harus bertahan demi ketulusan yang ada didalam hati ini?" aku menatapnya lebih dalam

Ia pun tidak melanjutkan tatapannya padaku, ia langsung mengalihkan pandangannya ke langit. Aku terus mencoba hingga aku menemukan jawaban darinya, akan tetapi itu tidak berhasil. dia malah pergi meninggalkan aku di rooftop, aku semakin tak menentu rasa didalam hati ini. Sungguh berantakan hatiku karena dia dan sampai saat ini aku belum menemukan satu cara untuk pengungkapan sebenarnya kepada Adi.

Sementara waktu aku mencoba melupakan semua kejadian yang terjadi pada diriku, aku pun turun dari rooftop dan menuju ke kelas. Tiba didepan pintu kelas, mereka pada teriak histeris ketakutan dan aku jadi bingung apa yang terjadi? Aku coba langkahkan kaki ini perlahan dan ternyata.. hal seperti ini yang aku hindari tapi kini aku berada diposisi tersulit untukku, hingga detik ini aku belum menemukan cara apakah aku harus mengakhiri rasa yang ada didalam hatiku untuk Adi atau terus bertahan dengan cara yang ia lakukan seperti ini?

"Adi ... stop!"

Kemudian dia mengalihkan matanya kepadaku dan dia menatapku sedalam-dalamnya, aku mencoba menguatkan bibir ini untuk mengatakan apa yang aku rasakan selama ini tetapi itu gagal. Ia selalu saja membenarkan apa yang ia katakan dan lakukan dan aku selalu salah didepan matanya, ini yang namanya sahabat? Sungguh aku benci sama dia, dia tidak pernah menghargai pendapatku dan perasaanku tetapi orangtua kami sudah berencana. Tidak terbayangkan olehku jika aku terus bertahan dengan rasa ini, bagaimana untuk kedepannya?. Tak sempat kata menjadi kalimat, dia langsung membentakku untuk membenarkan kalimat dari bibirnya sungguh tidak tertahan lagi didalam hati ini. aku pun langsung pergi ke kelas tanpa sepenggal kata terucap dari bibir ini, betapa berantakan hatiku yang telah aku ukir namanya sejak dia masih disana namun dengan cara ini ia balas sungguh aku benci lirik ini.

Ditengah pelajaran berlangsung, hari itu aku tidak terlalu fokus pada dosen didepan mataku betapa menyakitkan yang dia lakukan seperti ini padaku dan sungguh menyakitkan lagi jika harus meninggalkannya dan menghancurkan semua ukiran indah dihati ini. aku telah tau hati ini harus menghindar tapi dalam kenyataan aku tak bisa sebab dia adalah sahabat kecil ku tetapi dia tidak mengerti hingga saat ini apa yang aku rasakan, disaat aku mulai menjauh dia pun mulai mendekati, apakah ini harus tetap bertahan atau harus mengakhiri perasaan ini? sungguh hal seperti ini yang paling aku benci dalam hidup ini, mengapa semua harus terjadi secara bersamaan? Yang ku tahu untuk menjalani hidup ini hanya satu hal yaitu bahagia selamanya. Sampai pelajaran hari itu pun berakhir, akhirnya aku menemukan suatu cara agar persahabatan lama aku dengannya tetap terjalin yaitu aku memutuskan untuk memindahkan perasaanku ini kepada yang lain dan semoga cara tersebut dapat berhasil menenangkan diriku dan mereka berdua.

DUA PILIHANWhere stories live. Discover now