Eps 1 RINDU

159 31 29
                                    

"Izinkan aku untuk rindu dan mencintaimu dalam diam meskipun kamu belum peka serta masih menganggap status kita sebagai sahabat"

(Dimana aku bisa menemukan kenyamanan saat bersamamu seperti dulu? Sedangkan saat ini dirimu telah jauh dari sisiku, tapi kamu jauh dariku karna satu alasanmu yaitu untuk mengejar masa depanmu dan kamu harus terpaksa meninggalkan aku disini dengan segala kenangan yang pernah kita buat waktu itu yang menemani malam sepiku)

Nadia langsung menghentikan ketikan jemariku dan menoleh ke sebuah bingkai foto yang isinya canda tawa mereka sebelum berpisah. Air mata ini sungguh tak tertahan lagi rasanya saat mengingat yang dulu, kenapa kerinduan ini datang tiba-tiba disaat Nadia kesepian? dengan gemetarnya jemariku menggapai bingkai itu, tetesan air mataku pun semakin deras melihat foto itu semakin jelas pula. Lalu Nadia berkata "aku rindu, apa mungkin kita bisa kembali seperti dulu lagi?"

Tak lama kemudian, seorang bunda yang selalu menenangkan sekaligus menguatkan perasaan keluh kesahnya datang dan mengetuk pintu kamarnya. Nadia langsung mengusap air matanya agar ini tidak jadi beban bunda, biarlah Nadia yang mengatasi semua kerinduan ini. Namun, bunda tetap tahu bagaimana perasaannya saat ini terkadang dalam hati kesal kenapa bunda harus ikut campur dalam masalahnya seperti ini?

"Sayang, kamu lagi ngapain? Kok sedih melihat foto Adi?"

Nadia langsung mensingkirkan bingkai itu dan melanjutkan karangannya, namun ia harus jujur dan terbuka sama bunda.

"Bun, Nadia boleh ga sedikit cerita sama bunda?" Menatap bola mata beliau yang begitu indah.

Beliau menghela nafas dan sambil tersenyum lebar melihat sang putri sematawayangnya yang mulai mau bercerita dengan bundanya.

"Sayang, kamu mau berkali-kali cerita sama bunda dari pagi hingga pagi lagi, bunda siap mendengarkan cerita dari kamu dan bunda siap memberikan solusi ke kamu baik itu disekolah, sahabat-sahabat kamu bahkan tentang percintaan kamu."

Nadia hanya menunduk mendengar ucapan dari bunda yang membuat hatinya luluh dan berat rasanya tapi dia harus juga ungkapkan semuanya.

"Bun, apa  bedanya sahabat dengan cinta?"

Bunda menjelaskan perbedaan sahabat dengan cinta yang menjadi pertanyaan putri kesayangannya itu bahwa Kalau sahabat itu, orang yang selalu disamping kamu baik suka maupun duka dan tak pernah meninggalkan kita dan Belum habis ibunya bercerita, langsung dipotong Nadia.

"Jadi, kalau cinta pernah meninggalkan bun. Gitu maksudnya bun?"

Ibunya tersenyum dan melanjutkan berkata.

"Kalau cinta, setelah kamu menikah baru kamu mengenal cinta yang sesungguhnya."

Nadia menoleh jendela yang terbuka di malam hari tanpa adanya bintang-bintang diatas sana.

"Kalau masalah Adi, itu bukan cinta tapi itu sahabat" ujar bunda.

Nadia menoleh kembali ke arah bunda.

"Tapi kata bunda, sahabat itu ga pernah meninggalkan?"

Ibunya tersenyum lebar mendengar cerewetnya Nadia.

"Iya, maksudnya itu tidak pernah meninggalkan kamu di suka maupun duka, bukan berarti sahabat itu tetap selalu bersama dengan kita."

Lanjutan ibunya menjelaskan kepada putri kesayangannya bahwa Kita diciptakan ke dunia ini mempunyai jalan yang berbeda, maka dari itu kita harus miliki satu sahabat dari 1000 pertemanan untuk melengkapi perbedaan didalam hidup kita menjadi satu tujuan yang sama.

"Jadi, Nadia sama Adi sahabat bun?"

Ibunya tersenyum lagi dan sambil membelai kepala putrinya itu.

"Iya kalian itu sahabat. Bunda yakin kok, pasti dia disana juga merindukan kamu disini. Percaya sama bunda, sahabat itu takkan pernah usai sampai kita tua nanti meski kita sudah memiliki pasangan."

Nadia menarik nafas Panjang untuk meyakinkan dirinya kalau dia adalah sahabat sejatinya dan takkan pernah terganti.

"Oiya satu lagi, hanya satu yang membuat sahabat itu usai?" ujar bunda.

Nadia menyipitkan matanya sambil mencerna kalimat yang dituturkan bunda barusan.

"Emangnya apa bun?"

"Rasa percaya tidak ada lagi"

"Bukannya kita harus percaya sama Allah SWT bun?"

"Itu juga benar, sekitar 99% kita harus tanamkan rasa percaya ini didalam diri kita dan selebihnya serahkan kepada Allah SWT" 

Nadia mulai meresapi dan memahami maksud dari kalimat yang dituturkan bunda barusan.

"Jadi kesimpulannya, sahabat itu cinta dari bagian hidup kita. Gitu bun maksudnya?"

Ibunya tersenyum lagi memuji putrinya itu yang kian lama mengerti. " Bijak anak bunda.

Nadia terasa lebih tenang setelah terbuka sama bunda dan dia semakin yakin dia juga pasti merindukannya disini selain itu dia pasti bahagia disana meski tak bersamanya.

"Terima kasih ya bun, udah jadi teman curhat Nadia malam ini."

"Iya sayang, udah ayo tidur lagi besok sekolah kan. Good night sayang"

"Good night bun"

DUA PILIHANWhere stories live. Discover now